"Kadang, keputusan yang diambil berbeda sama apa yang dirasakan di hati. Itulah mengapa, manusia lebih sering mengambil tindakan dibanding memikirkannya kembali."***
Satu hari sebelum pergi...
Siang itu, di cafetaria diujung dekat sekolah SMAnya dulu. Ada tiga gadis yang sedang menunggu kehadiran seseorang yang paling mereka ingin temui untuk meminta penjelasannya secara rinci atas pesan singkat yang dia sampaikan itu.
Rasanya aneh, mereka merasa Raya yang bukan mengirimkan pesan itu karena Raya belum pernah berbicara tentang masalah ini. Ini terlalu mendadak bagi mereka, apalagi Raya ingin bicara langsung bertemu dengan mereka semua tidak menggunakan perantara apapun. Ah, mereka yakin ini hal yang urgent.
"Eh, kira-kira Raya kenapa ya?" tanya Tini khawatir sambil mengaduk americanonya.
"Gue juga gak tau, Raya gak ngasih tau gue apa-apa soal ini." Agatha menjawab, lalu memakan donat madu yang dipesannya.
"Udah kita tungguin aja anaknya datang," jawab Raisa agar mereka berdua tidak menebak-nebak yang belum pasti, toh belum tentu tebakannya tepat sasaran.
Agatha dan Tini mengangguk mengikuti saran Raisa, ya memang lebih baik mereka menunggu sang pelaku tiba daripada harus menebak-nebak sesuatu yang belum tentu pasti tertebak.
Tak lama, suara bel khas cafe terdengar pertanda bahwa ada seseorang yang baru saja datang memasukinya dan benar saja, sekarang ada seorang gadis yang baru datang dengan rambut kuncir kuda itu berjalan mengarah ke meja yang sudah ada mereka bertiga. Ya dia Raya, gadis itu berjalan dengan muka sembab dan mereka sudah bisa menebak apa yang baru saja gadis itu lakukan. Menangis.
"Ray, lo kenapa?" Kalimat pertanyaan dari Agatha pertama kali yang keluar.
Raya menggeleng. "Gue gapapa."
"Sekarang lo ceritain sama kita, kenapa lo kirim pesan kaya gitu," tanya Tini ingin tau, meski ia bukan sahabat Raya dari lama tapi ia benar-benar khawatir dengannya.
"Iya Ray, lo jelasin sama kita tanpa ada yang ditutup-tutupi," sahut Raisa ikut khawatir.
"Besok gue akan ke Bandung."
"Hah? Bandung?!" seru mereka.
"Wah bagus lah,lo mau liburan kan ke sana?" Tini terlihat sumringah mendengar kabar baik itu.
"Iya, ajak-ajak kita lah." Kini Raisa yang mengira lagi.
"Serius lo mau liburan? Kalau boleh, gue mau ikut juga." Dan sekarang Agatha.
"Bukan liburan, tapi menetap di sana,"
"What?!"
"Lo gak bercanda kan, Ray?" Agatha terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Fiksi Remaja[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...