32. Gelap Gulita

74 19 10
                                    

"Jangan pernah menjadi cahaya untuk seseorang yang membenci gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah menjadi cahaya untuk seseorang yang membenci gelap."

***

Sebulan kemudian...

Gadis bersurai hitam legam terbangun dari tidurnya, ia menatap sekelilingnya hanya ada hamparan rumput di sana. Tidak ada satupun orang di sana.

Ia bangkit dari posisi tidurnya dengan wajah kebingungan, lalu berjalan lurus ke depan untuk mencari petunjuk dirinya berada. Di depan sana ada sebuah cahaya, Raya segera menghampirinya dengan tergesa-gesa. Seakan cahaya itu memiliki durasi waktu untuk hilang kembali.

Ia terus berlari dengan terseok-seok karena kakinya terluka, sedikit lagi ia akan sampai. Ia terus  berlari menambah kecepatannya dari sebelumnya.

Setelah sampai, ia ragu untuk mendekati tubuhnya lebih dekat dengan cahaya itu. Hingga tak lama wajah seseorang muncul dari sana, pria paruh baya. Ketika ia ingin mendekati, tiba-tiba tubuhnya terpental. Pertanda bahwa dirinya tidak diperbolehkan memasuki cahaya tersebut.

Wajah yang muncul dari dalam cahaya itu sepertinya ia mengenalinya, tapi siapa? Ia terus berpikir agar menemukan sosok yang di hadapannya adalah sosok yang pernah ia kenali. "Ayah?" ucapnya terkejut, setelah menemukan ingatannya.

Pria paruh baya itu tersenyum. "Sebaiknya kamu cepat pergi dari sini, Nak," pintanya.

Gadis itu menggeleng kuat. "Gak! Aku maunya ikut ayah!"

Lagi-lagi pria itu tersenyum, namun sekarang dengan tatapan sendu. "Gak bisa, masih banyak tugas yang harus kamu kerjakan di sana."

"Aku udah gak kuat, Yah. Lebih baik aku ikut Ayah. Aku gak mau keluar dari tempat ini." Gadis itu terus-menerus keras kepala.

"Masih ada ibumu, dia masih butuh sosok kamu di sana," nasihatnya.

Gadis itu akhirnya termenung ketika mendengar kata 'ibu' yang diucapkannya. Yah, masih ada ibu. Tidak seharusnya ia bersikap egois seperti ini.

"Kalau kamu sayang sama Ayah, turutin permintaan Ayah. Ayah mohon sama kamu," kata pria paruh baya itu. Iris mata pria itu sepertinya memang sedang memohon dengannya, ia jadi tak kuasa. Apa sebaiknya ia turuti saja permintaannya, tapi...

"Tapi..."

"Kamu udah janji kan sama Ayah, kalau kamu akan terus jaga ibumu sampai takdir yang pisahin kalian dengan sendirinya," potongnya.

"Jadi Ayah mohon, tolong kabulkan permintaan terakhir Ayah untuk kali ini aja," lanjutnya.

Lagi-lagi ia dibuat bingung, bagaimana ini. Apakah ia harus mengikuti egonya atau mengikuti permintaan Ayahnya?

Ia menghela napas ketika sudah menemukan jawabannya, ia sudah memantapkan hatinya.

"Aku mau nurutin permintaan Ayah," balasnya sambil memejamkan matanya. Yah, lebih baik seperti itu, bukan?

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang