15. Dia Selalu Ada

72 26 4
                                    

"Di saat kondisi benar-benar di titik terendah, dia selalu datang mencari titik celah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di saat kondisi benar-benar di titik terendah, dia selalu datang mencari titik celah."

***

"Bu Niti, ini kue buatan ibu. Kata ibu maaf ya donatnya jadinya kemalaman," ucap Raya menyodorkan 2 box thinwall plastik yang di dalamnya ada donat bervariasi topping, mulai dari topping keju, selai coklat, seres, gula dan masih banyak yang lainnya.

Setelah membuat donat tadi siang, Raya diminta Tyas untuk menitipkan donat-donat itu ke warung Bu Niti. Tyas dan Niti sudah membuat kesepakatan bahwa mereka saling bekerja sama. Tyas yang membuat donat, sementara Niti yang menjualnya. Mereka sama-sama perempuan baik dan Raya selaku anak Bu Tyas tidak akan ragu untuk berkerja sama dengan Bu Niti.

Bu Niti menerima box thinwall itu. "Oalah, gapapa Ray. Makin malem makin enak, apalagi kan bapak-bapak di sini banyak yang bergadang. Jadi ya lumayan buat pengganjal lapar mereka,"

"Iyasi Bu, oh iya kata ibu dijualnya dari ibu cuman tiga ribu aja. Terserah Bu Niti mau ngambil untung berapa," jelas Raya mengikuti amanah Tyas.

"Iya Ray, nanti saya jual empat ribu aja. Oh iya kalau donatnya abis, nanti saya pesan lagi ke kamu ya."

Raya mengangguk, tersenyum. "Iya Bu boleh banget," balas Raya antusias, "Kalau gitu saya pamit dulu ya Bu."

"Iya Ray, hati-hati."

"Iya,"

Raya bergegas pergi meninggalkan warung Bu Niti, hati Raya sedikit lega karena ia punya penghasilan tambahan selain bersumber dari Bu Cici. Ia berjalan santai, dan menatap langit. Hanya ada bulan tanpa bintang. Malam ini ternyata bukan malam yang terang, ia jadi teringat Edgar. Sedang apa laki-laki itu?

Raya berhenti melangkah, menghela napasnya, "Bulan, apa hari ini akan selamanya seperti hari-hari yang akan datang nanti?" gumam Raya pelan, untungnya jalanan sedang tidak ramai.

Ia melanjutkan jalannya kembali, percuma juga mengadu pada bulan. Ia hanya akan diam tanpa membuat solusi.

***

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu diketuk oleh Raya, Namun tak kunjung dapat balasan. Biasanya setelah pintu diketuk, Tyas dengan senang hati membukakannya.

"Assalamualaikum Ibu, ini Raya," ucap Raya tak henti-hentinya pintu diketuk olehnya.

Nihil.

Tidak ada suara dari dalam rumahnya, membuat Raya sedikit khawatir. Ia menggeleng, Enggak! Enggak ada apa-apa. Tenang saja.

"Bu!" panggil Raya sedikit kencang.

Tidak ada sautan lagi. Tanpa pikir panjang Raya segera masuk, tapi langkahnya tertahan ketika menyadari pintu rumahnya dikunci dari dalam. Kebiasaan Tyas selalu mengunci pintu jika Raya berpergian, lalu bagaimana sekarang?

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang