21. Sama Sama Terluka

78 22 7
                                    

"Mungkin waktunya saja yang tidak tepat, hingga keduanya belum paham kalau mereka sebenarnya sama-sama terluka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mungkin waktunya saja yang tidak tepat, hingga keduanya belum paham kalau mereka sebenarnya sama-sama terluka."

***

Boo
Gue udah sampai di alamat yang lo kirim.
Meja nomor 22.

"Ray, dia di meja nomer 22," ucap Agatha memberi tau Raya.

Raya mengangguk, ia menatap sekitarnya berusaha mencari letak meja yang bernomor 22 itu. Tatapannya beralih ke deretan meja di pojok belakang, itu nomor 22. Meja itu sudah ditempati seorang laki-laki menghadap ke belakang, ia yakin itu pasti laki-laki yang Agatha ceritakan tadi di kantin.

"Tha, nomor 22 kayanya di sana deh," ujar Raya menunjuk.

Agatha menatap arah yang ditunjuk oleh Raya, "Eh iya itu. Ayuk samperin Ray,"

Tangan Agatha menarik tangan Raya, mengajaknya menghampiri laki-laki itu. Raya jadi tidak enak, bolehkah ia berada di posisi ini? Bagaimana kalau mereka berdua malah terganggu karenanya?

Raya menahan langkahnya membuat kerutan di dahi Agatha. "Kenpa berhenti Ray?"

"Gue gak enak Tha, kan ini pertemuan kalian berdua. Gue takutnya malah ganggu moment berduaan kalian." Raya sedikit tidak enak.

Agatha tertawa, "Apasih Ray, gausah gitu lah. Gue sama dia juga belum Deket banget, toh sekalian gue kenalin lo sama dia."

"T-tapi tetep aja gue gak enak," jawab Raya masih terus menghentikan langkahnya.

Agatha tersenyum dan kembali menarik tangan Raya. "Udah ayo,"

Tangan Raya ditarik oleh Agatha hingga ke meja nomor 22, Raya hanya bisa pasrah diperlakukan seperti itu. Ingin memberontak tapi ia tidak mau menganggu ketenangan orang di sini. Genggaman tangannya terlepas ketika Agatha ingin menghampiri laki-laki yang telah menunggunya itu.

"H-hai, lo pasti-" Ucapan Agatha terpotong ketika laki-laki itu menoleh. Baik Raya maupun Agatha sama-sama terkejut melihatnya.

***

Edgar sangat bosan menunggu, ia akhirnya memesan minuman dahulu sembari menunggu perempuan rusuh itu. Ia melirik jam di ponselnya, sudah hampir setengah jam yang dijanjikan tak kunjung datang. Dirinya sampai-sampai bermain game online di ponselnya, tapi perempuan itu belum juga kelihatan.

Akhirnya Edgar hanya bisa duduk diam termenung, sesekali ke toilet dan memikirkan nasib Raya. Sudah beberapa hari ia tidak mengabarinya, apakah gadis itu masih marah dengan kelakuan Utami? Memang sih kemarin ketika bertemu di rumah sakit, sepertinya Raya tidak terlihat marah. Namun ia belum berani menjamin bahwa sepenuhnya Raya memaafkannya, ia tidak tau dalam hati gadis itu. Bisa saja hatinya masih terluka dan belum pulih.

Segelas cappucino tak tersisa setetes pun, hingga tak lama suara perempuan terdengar di belakangnya.

"H-hai, lo pasti-" Ucapan Agatha terpotong ketika laki-laki itu menoleh. Baik Raya maupun Agatha sama-sama terkejut melihatnya.

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang