29. Lalu Warna Itu Hilang

57 19 4
                                    

"Hari yang tadinya penuh warna, perlahan-lahan warna itu pudar dan hilang hanya dalam hitungan detik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari yang tadinya penuh warna, perlahan-lahan warna itu pudar dan hilang hanya dalam hitungan detik."

***

Brankar didorong tergopoh-gopoh oleh beberapa suster di sana. Suster membawa mereka masuk ke ruang ICCU. Dokter langsung menangani mereka semua.

Di sisi lain saat suster berbondong-bondong berlarian dari ruangan dokter ke ruang ICCU untuk membawa alat yang diperintah dokter, itu mengundang tanda tanya Tyas yang sedang berjalan menuju kamar sehabis dari toilet dengan tangan yang masih di infus dan berjalan dengan kantong infusnya.

"Ada apasih?" heran Tyas bertanya pada angin lalu, tapi entah kenapa rasa penasaran mencuat. Hingga tak lama seorang suster berjalan ke arahnya untuk menuntun Tyas memasuki kamar rawat.

"Sus, kayanya lagi darurat ya? Pada lari-larian gitu," ucap Tyas merasa ingin tau.

"Iya Bu, tadi ada korban kecelakaan tabrak pohon." Suster itu menjawab dengan menuntun Tyas sampai ke ranjang.

"Astagfirullah kasian sekali, terus kondisi korbannya gimana Sus?"

"Kondisinya mengenaskan, yang laki-laki luka parah karena ada banyak darah yang keluar dari tubuhnya. Terus yang perempuan juga, tapi kayanya yang perempuan lebih parah. Mungkin karena posisinya sebagai penumpang," jelas Suster itu.

Tyas prihatin mendengar korban kecelakaan itu, tapi ada yang lebih dikhawatirkan lagi yaitu anaknya. Sampai sekarang Raya belum juga bisa dikabari, begitupun dengan Edgar. Wanita paruh baya itu benar-benar khawatir, semoga Raya dan Edgar baik-baik saja. Tidak seperti korban kecelakaan itu.

***

Matanya mulai membuka perlahan, sorot cahaya lampu langsung masuk ke indra penglihatannya. Ia sedikit mengerang ketika mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Edgar, laki-laki itu sudah sadar dari pingsannya. Begitu ia sadar, ia langsung bisa menebak dirinya sedang di rumah sakit. Ada balutan perban di kepala dan juga lengannya. Pikirannya langsung menyalang, mencari seseorang yang sejak lama ia pikirkan. Raya, kemana anak itu?

"Alhamdulillah kamu sudah sadar," kata Dokter yang tiba-tiba masuk ke ruang ICCU.

"Dok, korban perempuan yang kecelakaan sama saya kemana?" tanya Edgar to the point, tidak merespon ucapan dokter tadi.

"Dia...,"

Jeda.

"Dia kenapa Dok?!" tanya Edgar menaikkan intonasinya, ia tidak suka ada jeda yang ingin diungkapkan.

"Dia koma, ada di ruang sebelah seorang diri." Dokter itu mengatakan dengan terpaksa, tadi Raya dipindahkan oleh suster untuk ke ruang ICCU private karena kondisinya yang memburuk.

Mendengar hal itu, Edgar segera bangkit dari ranjang itu dan menyusul ke ruangan Raya. Saat dirinya ingin masuk, ia dicegah oleh suster di sana. Katanya Edgar harus memakai pakaian khusus untuk masuk ke dalam sana, akhirnya Edgar menurut saja.

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang