"Jarak antara kota Bandung dan Jakarta, seperti jarak antara raga kita yang telah berpisah sejak lama."
***
Satu tahun kemudian...
Hari kelulusan sudah tiba, seluruh murid SMA Pelita angkatan 30 itu sangat bergembira. Seluruh tawa serta air mata telah mereka rasakan di gedung bercat hijau itu, seluruh tenaga serta pikiran dirampas habis karena tugas-tugas yang kian hari kian menumpuk. Namun, saat ini hari dimana menuju pelepasan sudah tiba. Moment menyenangkan sekaligus mengharukan kembali menyeruak.
Guru-guru mengalungkan medali di tiap masing-masing anak, kemudian mengucapkan selamat atas kelulusannya. Ya, ini adalah perpisahan SMA Pelita di resort puncak.
Agatha serta Raya yang sama-sama memakai dress berwarna ungu yang melambangkan warna bunga lavender terlihat sangat cantik sekarang, bedanya Agatha berwarna ungu pekat sedangkan Raya ungu soft. Banyak sekali orang-orang yang terkejut atas penampilannya. Mereka berdua sangat cantik seperti bidadari, banyak sekali kaum Adam yang memujinya.
"Congrast guys, kira rayakan perpisahan ini secara megah!" teriak Tino sambil mengangkat tinggi-tinggi gelas panjang berkaki panjang itu, lalu melakukan chers kepada Rio. Ya, mereka mendapati satu kelas lagi bersama Raya dan Agatha. Agatha juga heran, dari sekian banyak siswa kenapa harus mereka berdua yang harus disatukan kembali.
"Yoi, gak kerasa kita semua udah berpisah aja," sahut Rio.
"Kalau masih tetap SMA ya lo berarti gak lulus," balas Agatha sambil tertawa.
"Nyamber aja lo." Rio mendengus.
"Oh iya btw, Raya congrastt ya lo dapet nilai terbaik di tahun ini dan juga dapet beasiswa di universitas Pelita," ucap Rio bahagia, lalu mengulurkan tangannya untuk memberikan Raya selamat.
Ah iya, Raya tahun ini mendapati gelar nilai terbaik angkatan 30 dan juga mendapatkan beasiswa universitas Pelita karena nilainya yang unggul dalam semua bidang. Universitas Pelita adalah universitas terbaik dan hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk di sana, hanya bisa dimasuki orang yang mempunyai nilai unggul dan terpilih yang layak untuk bisa masuk kes sana. Tak sia-sia dirinya belajar tiga tahun itu dan kabar ini pasti akan membuat Tyas sangat bahagia. Anggap saja nilai itu hadiah darinya untuk ibunya tersayang yang selama ini selalu direpotkan olehnya.
Raya tak langsung menerima jabatan tangan Rio, ia menimang-nimang sejenak. Ia takut kalau phobianya akan kambuh seperti dulu kelas sebelas dan akan membuat orang-orang di sana mengalihkan perhatiannya kepadanya. Ia tidak mau itu, ia tidak mau menjadi pusat perhatian seperti dulu.
"Eh sorry, gue lupa." Rio mengambil kembali uluran tangannya, namun Raya mencegahnya dan malah menerima uluran dari tangan Rio.
"Thanks, Rio." Telapak tangan mereka saling bersentuhan, dan apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Raya pingsan? Gemetar? Keringat dingin? Tidak. Sama sekali tidak, Raya tidak merasakan apapun seperti sebelumnya terkena phobia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Ficção Adolescente[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...