13. Tau Diri

73 24 3
                                    

"Rasanya sangat mustahil jika kita dipertemukan kembali di waktu yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rasanya sangat mustahil jika kita dipertemukan kembali di waktu yang lain."

***

Pelupuk mata Raya seakan memanas, ia yakin sebentar lagi ada badai datang yang menerobos benteng kekuatannya. Hati Raya seperti dicambuk beribu-ribu kali. Tangan dan kakinya gemetar, ia bingung harus bagaimana. Kalau boleh saja meminta, ia ingin sekali tiba-tiba hilang dari lokasinya berada.

Raya menghela napasnya, mencoba tersenyum. "Maaf Om, Tante, kalau kedatangan saya menimbulkan kekacauan. Saya izin pamit," pamit Raya, ia ingin bersalaman dengan kedua orang tua Edgar namun diabaikan. Tanpa menatap lagi, Raya segera berlari menuju pintu, keluar dengan keadaan hancur.

"Ray!" panggil Edgar berusaha menyusul Raya, namun tangannya di tahan oleh Utami.

"Bu, Yah! Bisa gak sih kalian lembut sedikit sama Raya? Raya gak kaya yang Ibu sama Ayah pikirin! Dia baik banget, aku suka dia," kesal Edgar, mengutarakan perasaannya.

"Bahkan semalam aku nembak dia dan dia belum terima. Apa masih disebut orang jahat kaya gitu?" lanjutnya.

"Bagus deh kalau dia sadar diri, mungkin aja dia ngerasa gak pantas buat kamu."

"Kamu juga sudah Ibu jodohkan, kan, sama anak pengusaha tambang emas yang cabangnya bahkan sampai di luar negeri?" Setelah mengatakan itu, Ibunya segera berlalu menuju kamar.

"Ayah gak setuju kalau kamu punya hubungan sama anak tadi." Kini giliran Andi yang berkomentar dan berlalu menyusul Utami.

Edgar hanya bisa diam, berdiri kaku dengan hati yang remuk. Bagaimana kalau Raya tidak mau lagi dekat dengannya? Bagaimana kalau Raya merasa dirinya tidak pantas berteman atau bahkan menjadi pacarnya? Bagaimana kalau kebahagiaan Raya pudar dan Raya akan menjadi gadis yang pendiam seperti sebelumnya?

***

Entah kenapa memori kejadian di rumah Edgar masih terus terulang di benak Raya. Ucapan kedua orang tua Edgar sangat menohok hatinya, apa perempuan miskin yang gak bisa hidup bahagia akan selamanya seperti ini? Katanya roda kehidupan berputar tapi tidak berlaku dengannya.

Raya segera bergegas mencari angkot, hari ini ia sedikit kesiangan. Semalam tidak bisa tidur karena terus menangis, ponselnya pun ia tidak nyalakan sampai sekarang. Ia tidak mau menganggu keluarga Edgar lagi, ia harus tau diri. Dirinya berbeda dengan level keluarga Edgar.

"Bang kiri," ucap Raya. Sopir angkot segera menginjak rem yang mengakibatkan angkot berhenti.

Raya segera turun dari angkot yang sebelumnya memberi lembaran empat ribu rupiah, jarak dari rumahnya lumayan cukup jauh jadi tidak mungkin ia memberikan hanya dua ribu. Sekarang zamannya kebutuhan pada naik, jadi Raya rasa sopir itu pun juga seperti itu.

Ia berjalan menuju kelasnya sedikit tergesa-gesa, sesekali matanya melirik jam di ponselnya. Masih ada waktu lima menit semoga dirinya cepat sampai kelas dengan tepat.

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang