"Ironis sekali ketika kita mempercayai orang itu benar-benar mempunyai niat baik, tapi nyatanya berbanding terbalik."
***
Tibalah mereka di rumah mewah bak istana itu, namun bagi Edgar itu hal yang lumrah. Ia sudah hampir ribuan kali melihat rumah-rumah mewah seperti itu, apalagi ketika ada acara keluarga atau kolega-kolega Ibunya. Sudah pasti Edgar tak henti-hentinya ditampakkan pemandangan seperti itu.
"Gue anter dulu ke dalam, lo mau ikut juga?" tawar Raya.
Edgar menggeleng, "Enggak, gue di luar aja nunggu."
Raya mengangguk. Kemudian ia meneruskan jalannya ke dalam rumah Agatha, bel di depan pagar rumah berbunyi akibat tekanan Raya. Satpam yang sedang berjaga di markas, seketika menghampiri Raya.
"Kamu temennya Non Agatha, ya?" tanya Pak Hadi, satpam Agatha.
"Iya Pak, saya mau kirim pesanan yang Agatha pesan tadi siang."
"Oalah, mau dititipkan ke Bapak atau kamu mau masuk?" Raya berpikir sejenak, kalau dirinya masuk ke dalam rumah Agatha dan menemui Agatha. Sudah pasti dirinya diajak mengobrol sehingga waktu terus terbuang, kan tadi Edgar mengajak dirinya untuk makan malam dan Raya membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk siap-siap dengan ibunya.
Raya menggeleng, "Saya titipkan ke Bapak aja. Soalnya saya mau siap-siap ke tempat yang sudah dijanjikan." Raya menyodorkan sepuluh box thinwall ke Pak Hadi. Ah, lebih baik memang seperti itu. Toh, Agatha juga pasti akan senang memakan donat itu.
Pak Hadi menerimanya, Raya segera pamit dan menghampiri Edgar yang menunggu di tepi rumah Agatha.
"Lho udah? Sebentar banget?" tanya Edgar yang melihat Raya menghampirinya dengan tangan kosong tanpa box thinwall di sisi kanan dan kirinya.
"Udah,"
"Itu rumah temen lo?"
Raya mengangguk, "Iya. Dia orang kaya,"
"Mantep juga rumahnya, konglomerat."
"Iya rumah sahabat gue, dan herannya kenapa dia mau sahabatan sama orang kaya gue," ucap Raya sarkas, menjatuhkan dirinya sendiri.
"Kan kekayaan gak harus ditunjukkan ke siapapun, termasuk sahabat. Sahabatan kan gak pernah mandang harta yang dipunya, yang penting mah kuncinya dia baik dan selalu peduli di situasi apapun."
"Tapi kayanya dia gak maen-maen. Orang tuanya punya perusahaan tambang emas dimana-mana, bahkan cabangnya sampai ada di luar negeri," jelas Raya berhiperbola.
"Dahla yuk anterin ke rumah ke buru malem buat siap-siap." Raya menepuk pundak Edgar dan memboncengnya.
"Perusahaan tambang emas dimana-mana, bahkan cabangnya sampai ada di luar negeri..." gumam Edgar. Sepertinya ia pernah mendengar kalimat seperti itu, tapi dimana? Dan rumah itu... Seperti tidak asing ketika dirinya melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Teen Fiction[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...