22. Pembatalan Kesepakatan

68 21 2
                                    

"Gue gak mau hidup jadi benteng, yang selalu jadi penghalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gak mau hidup jadi benteng, yang selalu jadi penghalang."

***

Tok! tok! tok!

Suara ketukan pintu dari luar terdengar, Raya yang masih dengan keadaan buruk, enggan membukakan pintu rumahnya. Tapi mau tidak mau ia harus membukanya, sebab tak ada orang satupun di rumahnya. Telapak tangannya bergegas mengusap air mata yang tadi mengalir di pipinya.

Saat engsel pintu diputar dan terbuka, nampaklah sesosok gadis cantik berdiri dengan kaku dan menunduk. Tatapannya menatap ujung sepatunya yang sedikit kotor terkena lumpur. Raya sudah tau betul siapa pemilik sepatu converse hitam putih mahal itu, ya dia Agatha.

"Agatha?" panggil Raya pelan, ia menatap Agatha yang kelihatannya malu menatapnya.

Agatha hanya diam tak menjawab apapun, tanpa pikir panjang Raya segera mengajak Agatha untuk masuk ke dalam rumahnya. Menyuruhnya duduk di karpet lantai dan Raya mengambilkan segelas air putih untuk Agatha.

"Ada apa Tha ke sini?" tanya Raya.

Agatha menaruh kembali gelas berisi air yang diminumnya. "Gue mau minta maaf."

"Soal tadi?"

Agatha mengangguk. "Gue bener gak enak sama lo, gue tau lo pasti sakit hati karena tau orang yang dijodohin sama gue adalah orang yang sama ketika dia nyatain perasaannya ke lo,"

"Tapi tenang aja kok, gue akan minta batalin perjodohan itu," lanjutnya.

Raya menggenggam tangan Agatha dengan lembut. "Tha, gue gapapa. Gue tau ini bukan salah lo, tapi emang kedua orang tua kalian yang menjodohkan kalian. Gue mohon jangan batalin perjodohan itu atau semuanya akan semakin kacau."

"Ray, gue bener-bener ngerasa bersalah banget sama lo. Seakan-akan gue nikung Edgar dari lo, gue gak mau persahabatan kita hancur gara-gara perjodohan yang sepihak ini," ujar Agatha, air matanya tak kunjung surut mengalir.

Raya berpikir sejenak, maksud Agatha memang baik. Mungkin ia berpikir bahwa membatalkan perjodohannya membuat keadaannya membaik, tapi lain dengan pikiran Raya. Raya pikir, jika Agatha membatalkan perjodohannya hanya karena dirinya. Seratus persen ia yakin hidupnya akan semakin memburuk, bahkan tak segan-segan Utami berbuat hal yang tidak pantas lagi terhadapnya. Tidak! Raya tidak mau itu.

"Tha, please..., denger apa kata gue. Lo ikutin perjodohan itu atau malah nantinya akan semakin memburuk," cegah Raya tak ingin Agatha membatalkannya.

Agatha menggeleng. "Ray, lo gak denger tadi Edgar bilang apa? Dia suka sama lo. Gue gak mau halangin cinta kalian,"

"T-tapi orang tu-"

"Orang yang dari awal gak suka, akan terus gak suka dan benci selamanya. Kaya Edgar yang dia lakuin ke gue. Gue gak mau buat hidup orang selalu dikekang, termasuk Edgar," potong Agatha cepat. Mendengar pernyataan Agatha, Raya semakin bimbang untuk menjawab semua itu. Apakah ia harus mengiyakan ucapan Agatha? Atau malah merelakan hidup Edgar selalu dikekang? Hingga tak terasa kepalanya mengangguk memberi persetujuan atas jawabannya.

KILLJOY [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang