"Jika kisah yang baik berada di awal, apakah kisah yang buruk selanjutnya akan datang?"
***
"Gimana Gar? Agatha cantik, kan?" goda Utami seenak jidat.
"Iya," jawab Edgar tak berminat. Lidahnya juga terpaksa bicara seperti itu, kalau saja keluarga perempuan itu tidak ada di sini. Bisa ia pastikan akan menghujatnya.
"Setelah lulus kuliah, kamu dan Agatha nanti bertunangan," kata Andi sang Ayah.
"Benar, kami tau kalian tak saling suka. Tapi kami berharap kalian tidak mengecewakan kami." Kini giliran Wahyu, Papa Agatha yang berucap. Edgar tidak membalasnya, ia hanya tersenyum gentir. Tidak tau apa yang akan terjadi kepada dirinya untuk ke depannya.
***
Siang hari biasanya terik, namun kali ini hujan deras. Awal tahun sekarang lagi musim hujan, jadi tidak heran bila ada hujan berkepanjangan seperti ini. Padahal siang ini semua orang ingin melakukan aktivitas lain-lain, tapi hujan tak kunjung reda.
Dan sampai saat ini murid-murid SMA Pelita sedang menunggu hujan reda di koridor, termasuk Raya dan Agatha. Mereka yang berteduh karena tidak ingat membawa payung, ada juga yang menerobos hujan demi ingin pulang lebih awal. Tapi khusus Raya dan Agatha, mereka memilih untuk menunggu saja daripada menerobos yang akan menimbulkan demam. Walaupun besok sudah masuk weekend, tapi Raya masih harus bekerja di tempat Bu Cici.
"Ray, gue kayaknya balik deh. Ga nunggu hujan reda, soalnya nanti siang ada les piano private," ucap Agatha menelaah di setiap sudut sekolah, berharap Pak Dadang segera sampai.
"Iyaudah gapapa Tha, gue masih mau nunggu hujan. Lo kan nanti dijemput Pak Dadang, jadi gak kehujanan," balas Raya sambil menatap hujan turun dari langit.
"Tapi gue gak enak sama lo, lo mau pulang bareng gue?" tawar Agatha.
Raya menggeleng, "Gak Tha, gue lebih suka ngelihat hujan sampai berhenti."
"Serius?" tanya Agatha memastikan karena ia melihat mobil Bugatti LVNnya tiba dari arah luar dan masuk ke dalam.
Raya mengangguk mantap.
Tak lama Pak Dadang menyusul di koridor sambil membawakan payung merah, berniat menjemput Agatha untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Yaudah ya Ray, gue duluan dulu," pamit Agatha.
Raya mengangguk, "Hati-hati Tha!"
Agatha memberikan jempolnya, kemudian berjalan di samping Pak Dadang yang sedang memegang payung menuju mobil mewahnya.
Kini tinggallah Raya seorang diri, berdiri di tengah keramaian namun hatinya merasa sunyi. Semua orang sepertinya tidak mau mengajaknya bicara, Raya pun juga hanya bisa diam menunggu derasnya hujan yang tak kunjung reda.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILLJOY [END]✅
Teen Fiction[Cerita ini diikutsertakan dalam event 6 bulan menulis yang diselenggarakan oleh Kadentyas Publisher.] Arti kata 'Killjoy' adalah orang yang suka merusak kesenangan orang lain. Tapi di cerita ini bukan hanya manusia, semesta juga turut hadir di dala...