MDIMH 3|43. Erlan 2

287 28 7
                                    

Sebelum memulai part, harap tinggalkan jejak kalian ya!

Vote/komen kalian (khususnya yang untuk silent reader)

Semangat kalian untuk cerita ini, semangatku juga 💜

-Di part ini mungkin lebih panjang dari part-part sebelumnya ya, karena di part ini detik-detik mendekati ending. 😊

Dan tolong dibaca sampai kebawah ya. Karena part bagian bawah tepatnya BAGIAN NOTES saya terdapat INFO PENTING UNTUK KALIAN!!!

***
"Kenapa diam? Bukankah pertanyaan papa tadi sudah cukup mudah untuk kamu jawab, Erlan?" tanya Andrian kepada Erlan, ketika melihat Erlan yang sudah terdiam lagi karena pertanyaannya.

"Jawab papa Erlan, lebih penting mana jika Alya dibandingkan dengan keluargamu, Erlan?" lanjutnya dengan pertanyaannya yang sama, yang dibalas gelengan kepala oleh Erlan.

"Maafkan Erlan pa, Erlan gak bisa memilih pa sebab bagi Erlan dua-duanya sama pentingnya untuk Erlan pa, bagi Erlan dua-duanya sama berharganya untuk Erlan." ucap Erlan yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Papa sangat suka dengan jawabanmu, Erlan. Tapi sayangnya, jawaban yang kamu pilih itu, sangat berbanding balik dengan apa yang telah kamu lakukan dan kamu rencanakan, Erlan. Kamu ingin menewaskan Adara dan calon anaknya secara langsung, dan secara gak langsung kamu lebih mementingkan Alya diatas keluargamu sendiri, nak. Kamu lebih memilih Alya, dibandingkan dengan keluargamu sendiri. Papa sengaja berkata seperti ini, karena papa ingin kamu tau, jika cinta yang kamu katakan sedari tadi untuk Alya, bukan cinta yang sebenarnya, Erlan. Karena cinta yang sebenarnya mengajarkan tentang ketulusan, bukan pembalasan. Jika kamu memang benaran cinta dengan Alya, seharusnya kamu sudah bisa mengikhlaskannya Erlan, kamu sudah bisa mengikhlaskannya, tanpa menyalahkan siapa penyebabnya." ucap Andrian sebelum dimana tatapan dirinya itu pun mulai beralih ketempat Adara berada.

"Ara kemarilah." perintahnya yang dibalas gelengan kepala oleh Adara.

"Maaf pa, Ara takut pa." ucap Ara sambil menundukkan kepalanya, yang dibalas gelengan kepala oleh Andrian.

"Kemari Adara." ucap Andrian dengan permintaannya yang sama, membuat Adara yang mendengarnya pun mau tidak mau menurutinya, berdiri di sebelah Andrian yang sedang tersenyum kepadanya.

"Jangan takut Adara, jangan gemetar, saya bisa jamin Erlan gak akan berani untuk mencelakaimu lagi, Ara." bisik Andrian di telinga Adara, ketika dirinya sangat paham betul bagaimana perasaan Adara sekarang, ketika berdekatan lagi dengan Erlan.

"Dan kamu Erlan, kemarikan tanganmu, Erlan." lanjutnya yang langsung dituruti oleh Erlan.

"Dan untukmu Ara, maaf jika Erlan sedikit menyentuh perutmu nak. Ini papa lakukan demi kebaikanmu juga, Adara." bisiknya lagi meminta ijin dengan Adara, yang dibalas anggukan kepala oleh Adara.

"Iya pa." ucap Adara dengan nada pelannya, yang untungnya masih dapat didengar oleh Andrian.

Setelah mendapatkan ijin dari Adara, dengan pelan Andrian pun menuntun tangan Erlan kearah perut Adara, membuat Erlan yang baru pertama kalinya menyentuh perut Adara pun tersentak.

"Tadi--" ucap Erlan dengan tatapan tidak percayanya, yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Bagaimana rasanya kamu menyentuh anakmu sendiri didalam sana, Erlan?" tanya Andrian dengan senyumannya, yang dibalas keterdiaman oleh Erlan.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang