MDIMH 3|12. Kebaikan

626 60 18
                                    

Sebelum memulai partnya, harap tinggalkan jejak kalian ya!

Vote/komen kalian (khususnya yang untuk silent reader)

Semangat kalian untuk cerita ini, semangatku juga 💜

Untuk kalian semua, kalian mau cerita ini diupdate brp x dalam seminggu?

Supaya bisa saya cocokkan juga dengan jadwal saya, karena saya mencoba konsisten untuk update. (supaya di part berikutnya bisa diberitau jadwal updatenya)

Berapa x dalam seminggu bukan berarti brp x dalam sehari ya 😅

"Berbeda pendapat itu wajar, tergantung bagaimana caranya kita menyatukannya dan juga tergantung bagaimana caranya kita menerimanya."

-Andrian Daylon Valentino-

***
"Jawab papa sekarang Rey, apa maksudmu jangan tadi?" tanya Andrian dengan pertanyaannya yang sama, membuat Andrey yang ditanyai oleh Andrian pun kembali terdiam.

"Kenapa sekarang diam? Jangan bilang kalau kam---" ucapan Andrian pun langsung terpotong oleh ucapan Andrey.

"Bukan pa, Rey bukan pelakunya. Maksud Rey melarang papa tadi, karena Rey keberatan pa. Rey juga yakin pasti mama gak akan menyetujui tawaran papa tadi, pasti mama bakalan marah sama papa." ucap Andrey yang dibalas helaan napas oleh Andrian.

"Itu urusan papa nanti sama mama kamu Rey, bukan urusan kamu. Yang penting sekarang Ara mau terima tawaran papa saja itu sudah cukup." ucap Andrian yang dibalas anggukan kepala oleh Andrey.

"Bagaimana kamu mau menerimanya? Saya menawarkan ini ke kamu, demi kebaikanmu dan juga anak itu, Ara." lanjutnya membuat Adara yang ditatap oleh semuanya pun merasa bimbang.

Pilihan apakah yang harus diambil oleh dirinya sekarang?

"Ak---" ucapan Adara pun langsung terpotong oleh ucapan seseorang yang baru saja masuk, bergabung dengan mereka.

"Gak bisa, enak saja anak itu saja belum tau asal usulnya darimana sudah bergabung saja ke rumah kita. Pokoknya aku gak setuju sama keputusanmu itu, Andrian." ucap Jeniffer dengan tatapan tajamnya, menatap Adara sebelum dimana tatapan dirinya pun teralih ke arah hasil usg Adara yang tergeletak di atas meja dokter itu.

"Kamu kira dengan hasil usg ini bisa menipu saya? Bisa membuat saya luluh begitu saja? Dengar ya Adara, saya tidak akan pernah mempercayai ucapanmu itu sebelum darah anak itu dipastikan sama dengan putra saya. Camkan itu!" lanjutnya sambil merobek hasil usg itu secara kasar, tanpa mempedulikan lagi bagaimana tatapan suaminya sekarang kepadanya.

"Keluar kalian dari ruangan ini!" perintah Andrian yang langsung saja dituruti oleh kelima putranya dan juga Adara.

"Bagaimana bisa kamu berada disini, Jeniffer?" tanya Andrian yang dibalas dengusan oleh Jeniffer.

"Kenapa kiranya aku gak bisa kesini, gitu? Aku tau semuanya Andrian, aku dengar semuanya. Aku gak nyangka bisa-bisanya kamu sebaik itu sama Adara yang jelas-jelas putra kita saja gak salah." ucap Jeniffer yang dibalas gelengan kepala oleh Andrian.

"Sadarlah Jeniffer, putra kita jelas salah disini tapi mereka saja yang gak mau mengakui perbuatan mereka sendiri. Dan sekarang saya tanya kamu, misal ada penjahat yang sedang melakukan kejahatannya, apakah si penjahat itu mau mengakui perbuatannya saat dirinya sendiri sedang disidang oleh pihak yang berwajib? Tidak mungkin, bukan? Saya harap kamu bisa paham dengan perumpaan saya ini." ucap Andrian yang dibalas keterdiaman oleh Jeniffer.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang