MDIMH 3|6. Aula

1.1K 92 49
                                    

Sebelum memulai partnya, saya minta maaf sudah lama tidak update seminggu ini karena ulangan yang berkelanjutan dari hari Senin, membuat saya susah untuk mencari waktunya, seperti biasanya.

Siapa yang sudah menunggu cerita ini?

Bolehkah saya meminta jejak kalian untuk cerita ini?

Vote/komentar kalian

Semangat kalian untuk cerita ini, semangatku juga 💜

***
Setelah dimana pengumpulan Aldric melalu speaker sekolah, semua guru dan juga para murid pun sudah hadir di aula sesuai yang dimintanya, membuat para guru dan juga para murid yang dikumpulkan oleh Aldric pun merasa bingung sekaligus penasaran---termasuk Afzal.

"Kalian semua sengaja saya kumpulkan disini, karena ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh pemilik sekolah ini, pak Andrian silahkan maju kedepan!" ucap Aldric dengan formalnya, membuat suasana aula yang tadinya ramai pun, semakin ramai karena harus bertemu kedua kalinya lagi dengan pemilik sekolah ini.

Ya, semenjak dimana sekolahan milik Andrian diserahkan kepada Aldric, Jesslyn dan juga Andre dirinya jarang sekali untuk menginjakkan kakinya di sekolahan miliknya lagi, terkecuali ada urusan yang benar-benar mendesak dan juga genting.

"Sebelum saya memulai semuanya, ada satu pertanyaan khusus dari saya untuk kalian semua. Bagaimana tanggapan kalian semua mengenai Afzal, teman kalian?" tanya Andrian to the point, membuat seisi aula pun serempak menatap kearah Afzal yang sedang menundukkan kepalanya.

Sedangkan Aldric, Jesslyn dan juga Andre yang mendengar sendiri pertanyaan ayahnya itu pun menatapnya dengan tatapan tidak percayanya.

Bagaimana bisa ayahnya itu menanyakan hal itu dihadapan Afzal langsung?

"Saya pak, Afzal bukan teman kami. Kami tidak mau berteman dengan Afzal, yang bisanya memalukan!"

"Afzal anak tidak tau diri, bahkan tadi di kelas saja nganggap keluarga bapak, keluarganya dia juga."

"Dasar orang bermuka tebal!"

"Menurut kalian hal apa yang pantas untuk diterima oleh Afzal? Yang kata kalian sendiri, Afzal bermuka tebal, tidak tau diri, memalukan bahkan sudah menganggap keluarga saya, keluarganya dia juga?" tanya Andrian dengan senyumannya, menatap seisi aula yang sedang antusias meremehkan Afzal, seperti biasanya.

"Saya pak, menurut saya anak seperti ini tidak pantas diterima di sekolahan ini. Anak ini pantasnya itu di sekolahan luar biasa, sekolahan yang berkebutuhan khusus untuknya bukannya sekolah di sekolahan ini yang bisanya menjelekkan nama sekolah dan juga prestasi di sekolahan ini." ucap Ervin dengan lantangnya menyerukan pendapatnya, tanpa menyadari tatapan geram dari Andrian yang terus saja ditahan olehnya sedari tadi.

"Siapa namamu, nak?"

"Ervin pak" ucap Ervin yang dibalas anggukan kepala oleh Andrian.

"Ada lagi, selain Ervin?" tanya Andrian sambil mengedarkan pandangannya, sampai dimana pandangannya pun terhenti kearah jajaran para guru, yang kebetulan diantara mereka ada yang mengangkat tangannya, dengan penampilannya yang cukup mencolok diantara para guru.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang