MDIMH 3|14. Restu

813 78 46
                                    

Sebelum memulai part, harap tinggalkan jejak kalian ya!

Vote/komen kalian (khususnya yang untuk silent reader)

Semangat kalian untuk cerita ini, semangatku juga 💜

"Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu harta, keturunan, kecantikan dan agamanya."

-Andrae Daylon Valentino-

***
Saat dimana Andrae sedang menunggu jawabannya, tiba-tiba saja ayahnya memintanya untuk kembali ke ruang rawat Jennita, dimana disana sudah berkumpul lagi kedua orang tuanya, bersama saudara yang lainnya yang sedang menatap dirinya dan juga Adara secara bergantian.

"Ada apa pa, memanggil Rae?" tanya Andrae memecahkan keheningan yang ada, membuat Andrian yang ditanyai oleh putranya pun berdeham sebentar, mengalihkan pandangan seisi ruangan kearahnya.

"Habis kemana kamu Rae, tolong jelaskan foto ini nak." ucap Andrian sambil menyerahkan selembar foto kearah Andrae, membuat Andrae yang menerima foto itu pun merasa heran.

Bagaimana bisa ayahnya mendapatkan foto itu?

Dimana di foto itu terdapat dirinya yang sedang menggenggam tangan Adara, saat mereka berdua berada di taman rumah sakit tadi.

Sedangkan Aldric, dan juga Jesslyn yang ikut melihat foto itu pun saling berpandangan, dengan tatapan mereka yang terlihat berbeda di wajah mereka sekarang.

Jesslyn dengan tatapan bingungnya, sedangkan Aldric dengan tatapan curiganya.

Entah mengapa dirinya merasa seseorang yang memfotokan mereka adalah seorang pelaku dari kehamilan Adara sendiri.

Kalau tidak, kenapa orang itu bisa berada di sekitar mereka, bahkan memfotokannya?

Ada niat apa dibalik perbuatannya itu?

Banyaknya beberapa pertanyaan di benaknya sekarang, yang sayangnya tidak ada satupun pertanyaan di benaknya yang terjawab.

"Tadi kami habis ke taman, kok gak ketemu kak Rae disana?" tanya Jesslyn kembali menatap kakaknya yang sedang terdiam, membuat Aldric yang mendengar sendiri pertanyaan konyol istrinya itu pun mengehelakan napasnya.

"Taman itu luas sayang, bagaimana bisa kita ketemu Rae, kalau luas taman itu besarnya sama kayak luas lapangan?" tanya Aldric balik, yang dibalas anggukan kepala oleh Jesslyn.

"Iya juga ya." ucap Jesslyn baru menyadari kebodohannya, yang dibalas tatapan gemas dari Aldric kepadanya.

"Jawab papa Rae, bagaimana bisa kalian berdua ada disana?" tanya Andrian dengan pertanyaannya yang sama, membuat Andrae yang ditanyai kedua kalinya oleh ayahnya pun melemparkan senyum kearah Adara yang sedang memucat ditatap interogasi oleh seisi ruangan.

"Kami berdua berada disana, karena Rae sendiri berniat untuk menikahi Adara pa." ucap Andrae terdengar tegas, yang dibalas tatapan terkejut dari seisi ruangan.

"APA?!" MENIKAH?!" teriak seisi ruangan dengan tatapan tidak percayanya, terkecuali seseorang yang memangnya sudah tau apa yang dibahas oleh mereka pun menatapnya datar.

"Kamu tau konsekuensi membangun hubungan itu, bukan nak? Jangan bilang---" ucapan Andrian pun seketika terhenti, ketika dirinya sendiri merasa tidak percaya jika putra sulungnya itu berani melakukan apa yang seharusnya tidak dilakukan olehnya.

Mengingat putra sulungnya itu selalu disiplin selama ini, mengikuti aturannya, jadi bagaimana bisa putra sulungnya itu melanggar aturannya?

"Bukan pa, Rae bukan seperti yang papa pikirkan sekarang. Rae berniat menikahi Adara, karena Rae rasa Adara berhak bahagia pa. Apalagi status orang hamil di luar nikah sekarang, selalu dipandang negatif oleh masyarakat sekitar. Jadi Rae minta, ijinkan Rae untuk bertanggung jawab pa, ijinkan Rae untuk menikahinya menanggung semuanya, yang gak seharusnya ditanggung oleh Adara sebagai perempuan. Ijinkan Rae untuk menghapus keburukan nama keluarga ini, keluarga Valentino." ucap Andrae yang dibalas keterdiaman oleh Andrian.

My Dosen Is My Husband 3 √ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang