Long episode. Mudah-mudahan gak bosen.✌️
.
.
."Namjoon, sudah cukup lama kau di sini. Apa kau sudah bertemu adikmu?"
Setelah hampir satu jam berdiskusi sebagai rekan kerja yang membahas jalannya perusahaan, kini pria tua itu bertanya pada yang lebih muda sebagai seorang ayah. Namun dapat ia lihat dengan jelas gurat yang berubah di wajah putra sulungnya.
"Belum, Ayah."
Ya. Hampir 5 bulan lamanya Kim Namjoon pulang. Namun belum sekalipun ia bertatap muka dengan adiknya. Bahkan menyebut namanyapun tidak.
Kim Jaewon tersenyum begitu samar, lalu menyesap kopi dalam cangkir porselen yang tinggal separuh.
"Masih karena dia menjauhimu?" tanya Jaewon sesaat setelah bunyi cangkir keramik itu kembali beradu dengan alasnya.
Namjoon menghela nafas berat, lalu menghembuskannya perlahan. Nyatanya tebakan sang ayah memang benar. Meski tak dipungkiri, jauh di dasar hatinya ada setitik rasa ingin tahu. Ada secuil rindu.
"Kalian sudah sama-sama dewasa. Tidakkah kau ingin tahu? mungkin saja.. Adikmu punya alasan tersendiri untuk melakukan itu."
Namjoon tersenyum miring. "Memangnya alasan apa yang mengharuskan dia memperlakukanku seperti itu, Ayah?"
"Sssst... Cukup, Nak. Bagaimanapun, kau adalah satu-satunya saudara Taehyung. Kalau kau punya waktu, temuilah dia sebentar. Mungkin itu bisa sedikit mengubah keadaan," tukas Kim Jaewon.
"Aku akan memikirkannya, Ayah," balas Namjoon dengan berat hati. "Baiklah, sampai bertemu di rumah."
Namjoon bangkit dari duduknya dan membungkuk sopan pada sang wali kota, lalu bergegas keluar dari ruang kerja bernuansa mediterania itu.
'Ayah selalu menegaskan padaku untuk menatap mata orang yang sedang terlibat pembicaraan denganku. Katamu mata adalah jendela hati yang mampu menunjukkan kebenaran dan kebohongan. Tapi... Ada apa dengan tatapan matamu?'
*
Namjoon melangkah keluar dari kantor dengan gontai. Pembicaraan singkat dengan sang ayah benar-benar membuatnya bimbang.
Kini ia terus menimang apa keputusan yang baik. Haruskah Namjoon menyingkirkan egonya dan mendatangi Taehyung layaknya seorang saudara? Atau sebaliknya, menjadikan persoalan masa lalu sebagai alasan untuk tetap berdiam diri dan membiarkan dinding penghalang antara mereka semakin menebal?
Entahlah. Namjoonpun menyalakan mobilnya dan perlahan meninggalkan area kantor yang telah lengang.
*
Taehyung merasa lega walau sempat sedikit kesal. Siang tadi, jika tidak ingat bahwa Moonbyul itu wanita dan seniornya, ia pasti sudah memukul kepala gadis itu setelah membuatnya merasa bersalah pada Jimin dengan pernyataan aneh minggu lalu.
"Maaf soal tempo hari, Taehyung. Aku sengaja. Habis... Ekspresi bingungmu lucu sekali."
Begitu kata Moonbyul ketika tanpa diduga mereka bertemu di tempat audisi tari yang diikuti Jimin.
"Anak ini terus merengek agar aku menyemangatinya. Jadi... Apa boleh buat?" ucap gadis itu memberi alasan.
Tapi agaknya usaha Jimin -yang sedikit tidak tahu malu- untuk mendekati Moonbyul Noona mulai membuahkan hasil. Taehyung rasanya dapat melihat sorot mata yang berbeda dari si gadis tomboy pada Jimin. Itu seperti tatapan kakek dan nenek setiap kali mata mereka bertemu.
Bagaimanapun, Taehyung merasa senang. Sebab Jimin terlihat lebih bersemangat. Dan berita bagusnya, dia berhasil lolos ke babak penyisihan dari audisi yang disarankan Hoseok Desember lalu. Entah karena kehadiran Moonbyul, atau karena gerakan-gerakan baru yang diajarkan Hoseok padanya. Atau mungkin keduanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)
FanfictionKim Taehyung itu memiliki sifat terlampau unik, bagai alien yang terdampar di bumi. Ia tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah kayu, lalu menjadikan rumah itu sebagai Mars-nya sendiri dan mengumpulkan teman-teman aliennya di sana. Namun, sebuah ins...