8. The Winner

1.8K 264 12
                                    

Baca dengan sabar...
.
.
.
.
.

"Jadi itu benar.." desah Jimin yang tengah duduk bersebelahan dengan Jungkook di tepi teras rumah Taehyung.

Akhirnya mereka berdamai setelah Jungkook puas menghukum Jimin yang sempat mengasari hyungnya tadi. Dan kini mereka meninggalkan Taehyung yang telah tertidur setelah meminum obatnya.

"Ya, Hyung. Tapi sekarang sudah sedikit lebih baik." Jungkook menjeda.

"Dulu waktu kecil, Tata Hyung bisa pingsan hanya karena melihat ayam disembelih. Dan setelah itu dia tidak akan bisa makan sampai berhari-hari," kenang Jungkook. "Sudah cukup lama sejak dia melihat darah sebanyak itu. Mungkin dia sangat syok."

Anak itu tahu, Taehyung Hyungnya tidak akan suka bila dia mengatakan ini pada Jimin. Tapi Jungkook merasa Jimin sebagai seorang sahabat berhak mengetahui setidaknya sedikit sisi lemah Taehyung agar dapat menentukan apa yang harus dia lakukan jika terjadi sesuatu pada Taehyung nanti.

"Apa yang membuatnya sampai setakut itu pada darah?" gumam Jimin sambil menerawang ke langit gelap.

"Entahlah, Hyung. Dia seperti punya trauma. Aku sudah bertanya berkali-kali, tapi dia tidak pernah mengatakan apapun soal itu. Padahal kalau dia mau, Ayah tidak keberatan membawanya ke psikiater."

Dari sudut pandang Jimin, terlihat jelas keresahan di mata anak yang lebih muda 3 tahun darinya itu. Lalu dengan tuntunan nuraninya, Jimin merengkuh begitu saja pundak Jungkook.

"Tenanglah. Hyungmu bukan orang yang lemah. Dia pasti bisa mengatasinya, Kook," ucap Jimin dengan lembut.

Jungkook sedikit terkejut dengan perlakuan Jimin yang tidak biasa baginya. Tapi ia tak melawan. Mungkin inilah sisi baik Jimin yang dimaksud Taehyung. Setelah kenal lama, kau pasti akan senang berteman dengannya.

"Hyung, kau pasti orang yang sangat spesial untuk Tata Hyung. Dia sangat menyukaimu," kata Jungkook tiba-tiba setelah ia melepaskan diri dari rengkuhan Jimin.

Jimin terkekeh mendengar ucapan polos Jungkook. "Bukankah dia memang mudah akrab dengan semua orang?"

"Tidak, Hyung." Jungkook menggeleng cepat sambil menyorot Jimin penuh kesungguhan. "Maksudku, Tata Hyung memang baik pada semua orang. Tapi orang lain yang dia izinkan datang ke rumah ini setelah Nenek meninggal selain aku dan keluargaku, cuma kau."

"Ya... Taehyung sudah mulai dewasa, Kook. Mungkin sekarang pikirannya mulai berubah?" timpal Jimin santai.

"Tidak mungkin."

Sergahan Jungkook membuat Jimin semakin bertanya-tanya.

"Tata Hyung punya alasan sendiri untuk itu."

"Begitukah? Apa alasannya?"

Jungkook yang tadinya menatap lurus, kini menunduk. Mengalihkan pandangan pada kedua tangan yang berada di pangkuannya.

"Aku tidak bisa mengatakannya tanpa izin Hyungku. Tapi jika dia mau, dia pasti akan memberitahumu nanti."

Jimin semakin mengernyit mendengar jawaban Jungkook. Tapi ia tidak ingin menyanggah lagi. Setiap orang punya rahasia dalam hidupnya. Dan Jimin akan menghargai rahasia Taehyung. Tidak masalah. Setidaknya dia akan menjaga Taehyung jika terjadi sesuatu, seperti Taehyung yang selalu menolongnya dalam kesulitan.

"Atau mungkin..." Suara Jungkook kembali membuyarkan lamunan Jimin. "Suatu saat kau akan tahu sendiri."

Jimin mengangguk pelan dengan senyum tipis di wajahnya.

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang