10. Tough Day

1.7K 233 14
                                    

"Wahhh Taehyung-ah... Kau punya banyak sekali prestasi, tapi kenapa malah memilih jadi koki di kedai makanan? Apa sudah kau pikirkan baik-baik?" Mata pria muda itu berbinar penuh semangat saat menanyai calon karyawan barunya.

"Sudah, Hyung. Bekerja di manapun tidak masalah selama aku bisa bermanfaat, kan?"

"Baiklah... Kedaiku pasti akan banyak kemajuan jika kau ada di sini. Kau bisa mulai bekerja hari Senin depan, Taehyung."

Pembicaraan itu berakhir dengan dua pemuda yang saling berjabat tangan.

Sangat jauh dari bayangan. Wawancara yang seharusnya mendebarkan justru menjadi begitu hangat layaknya obrolan antar teman. Jung Hoseok, nama pemilik kedai yang bahkan menolak dipanggil Sajang-nim itu ternyata pribadi ekstrover yang tidak pernah kehilangan topik pembicaraan. Bahkan dalam sekejap, calon pegawainya itu sudah merasa akrab.

Dan ternyata, alasan di balik tarian yang dilakukan Hoseok di dalam ruang kerja barusan adalah karena dia merupakan seorang pelatih dance yang harus membagi waktunya untuk mengurus kedai dan melatih murid di sanggar tari miliknya pada jam-jam tertentu per minggu. Sebagai pelatih yang baik, tentu dia pun harus menghafal gerakan yang akan diajarkan pada muridnya. Practice makes perfect!

Akhirnya Taehyung melangkah pergi dari kedai itu dengan hati bahagia. Tak lupa ia merapal syukur berkali-kali, bahwa Tuhan telah mengabulkan do'anya dengan begitu cepat hari ini. Ia menyalakan musik balad dari ponsel, menghubungkannya ke earphone yang telah ia pasang di telinga, lalu mengendarai motornya di bawah sinar matahari yang telah menjadi jingga, langsung menuju Dalseong dengan senyum yang tak henti-hentinya terukir di bibir seolah dirinya adalah orang paling bahagia di dunia.

Namun bagaimanapun, layaknya dua sisi yang bertolak belakang pada satu mata uang, bahagia dan sedih adalah dua hal yang selalu berdampingan. Senyum pemuda itu perlahan luntur ketika dijumpainya Palisade hitam yang telah terparkir di halaman rumahnya.

Taehyung sempat bernapas lega ketika orang yang tengah keluar dari mobil itu bukan Kim Jaewon, ayahnya, melainkan Park Jiseon. Namun kelegaan itu tak bertahan lama begitu pribadi berpakaian resmi tersebut mengatakan apa maksud kedatangannya.

"Taehyung-ah, ikutlah dengan Paman. Ayahmu ingin bertemu."

Dadanya kembali berdegup keras. Masih segar di ingatan pemuda itu bagaimana pertemuan terakhirnya dengan sang ayah. Dan kini Kim Jaewon kembali mengirim orang kepercayaannya untuk membawa Taehyung ke hadapannya setelah pemuda itu mengutarakan keinginannya dua hari yang lalu.

Mungkinkah Jaewon marah karena permintaan sederhana itu? Apakah Taehyung akan mendapat hukuman? Konsekuensi apa yang harus ia terima untuk mendapat apa yang dia inginkan?

Lelah dengan berbagai teori yang tak kunjung menemukan jawaban, Taehyung memilih pasrah dan mengikuti Park Jiseon masuk ke mobil yang segera membawa mereka ke gedung utama Victory Corp. Jantung Taehyung berdegup berkali-kali lebih kencang kala Park Jiseon menggiring langkahnya menuju sebuah ruangan yang dapat dipastikan sebagai ruang kerja direktur.

Pemuda itu bahkan menyesali dirinya sendiri. Mengapa rasa takut yang berlebihan itu selalu datang? Bagaimana bisa melihat ayah kandungnya sendiri, sama menakutkannya seperti melihat darah? Ketakutan itu selalu membuatnya kehilangan daya, dan hanya mampu menunduk dalam jika akhirnya ia harus bertatap muka dengan sang ayah seperti saat ini.

Kini mereka hanya berdua di sebuah ruangan luas bergaya mediterania yang sunyi. Ayah dan anak, duduk mengelilingi meja tamu dengan seteko teh hijau yang telah disiapkan pelayan lengkap dengan cangkir keramik putih berhiaskan gambar-gambar emas.

Kim Taehyung berusaha mati-matian menyembunyikan gemetar di seluruh tubuhnya, juga gejolak jantung yang kian menyesakkan dada hingga membuat pening kepalanya kala Kim Jaewon menatap begitu intens. Pribadi muda itu hanya mampu menunduk sembari meremat tangannya sendiri hingga tak menyadari gemericik teh hangat yang telah dituang oleh sang ayah pada kedua cangkir di hadapan mereka. Salah satu pria paling berpengaruh di Korea Selatan itu tengah menjamu tamu.

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang