13. New One?

1.4K 197 41
                                    

G minor mengakhiri penampilannya malam ini seiring dengan tamu yang telah berangsur pergi. Ia lalu bergerak santai meninggalkan posisinya tanpa tahu bahwa sepasang manik obsidian tengah menatap kagum padanya. Atau mungkin ia sengaja mengabaikan tatapan itu.

Sementara pemilik iris obsidian teduh itu masih di sana dengan tangan sibuk menyapu sisa-sisa debu setelah sempat tertegun sejenak beberapa saat lalu.

"Kerja bagus, Taehyung. Hari ini juga ramai. Apa mereka teman-temanmu?" seru pria pemilik kedai sembari menepuk pundaknya.

Yang ditanya tersenyum lebar lalu berujar, "Cuma beberapa, Hyung. Sepertinya mereka bilang pada yang lain kalau ada Dak Galbi enak di sini."

Pria yang lebih tua menepuk pelan pundak Taehyung. "Kau sangat banyak membantu, Taehyung-ah. O iya, bisakah kau menunggu sebentar sebelum pulang? Ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu."

"Memangnya ada apa, Hyung?" Taehyung langsung menyorot panik saat mendengar pernyataan Hoseok. Tiba-tiba ingin membicarakan sesuatu. Apa dia melakukan kesalahan?

Orang yang ditatap justru terkekeh gemas melihat ekspresi Taehyung dengan mata lebarnya yang semakin membulat. "Nanti kau akan tahu," ucap pria yang selalu ceria itu. "Benar ya, jangan pulang dulu. Aku akan keluar sebentar. Hanya sebentar!"

Dan Taehyung pun mengangguk mengantar kepergian Hoseok keluar dari kedai.

"Hyung, aku duluan, ya!" pamit seseorang padanya.

"Oh oke. Hati-hati Soobin-ah." Pemuda itu mengulas senyum manis pada sosok yang lebih muda.

"Hyung, kau bisa langsung pulang setelah ini. Aku sudah membereskan yang di belakang," seru pemuda lain yang baru saja keluar dari dapur.

"Oh... Terimakasih, Yeonjun-ah!"

"Sampai besok, Hyung."

Mereka saling melambaikan tangan dengan riang lalu berpisah. Dan di detik selanjutnya, perlahan senyum di bibir Taehyung luntur ketika pandangannya tertuju pada alat musik yang tadi ditinggalkan oleh pemainnya. Keyboard itu masih menyala, yang menandakan bahwa pemiliknya belum meninggalkan tempat ini. Tapi kenapa dia pergi lama sekali?

Taehyungpun mendekati panggung kecil tempat alat itu diletakkan. Ia bermaksud membersihkan tempat tersebut sebelum pulang. Tapi makin lama ia makin tidak bisa menahan diri untuk memainkan keyboard itu juga. Entah kapan terakhir kali dia bermain piano, keahlian yang diajarkan langsung oleh mendiang kakek. Taehyung sampai lupa karena terus disibukkan oleh tugas kuliah dan pekerjaan.

Perlahan tapi pasti ia duduk di belakang alat musik tersebut. Jemarinya mulai bergerak menekan tuts monokrom yang berjajar rapi, mencipta nada bertempo lambat hingga memenuhi ruang yang telah hening.

I see trees of green
Red roses too
I see them bloom
For me and you
And I think to myself
What a wonderful world

I see skies of blue
And clouds of white
The bright blessed day
The dark sacred night
And I think to myself
What a wonderful world

Dengan mata terpejam, Taehyung telah bernyanyi pelan. Suara husky-nya berpadu indah dengan dentingan nada yang dimainkan oleh jemari lincahnya sampai-sampai ia tak menyadari bahwa sosok lain tengah mengamati dari sisi kiri, hanya sekitar 5 meter dari tempatnya.

Satu menit

Dua menit

Tiga menit

Taehyung menutup lagu pop rilisan tahun 1967 yang ia mainkan dengan sentuhan soul itu dengan indah. Namun ia langsung terlonjak dari duduknya kala menyadari seseorang tengah berdiri tepat di sampingnya.

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang