21. Mars and Aliens

1.7K 218 7
                                    

Saat perputaran takdir tak sejalan dengan apa yang direncanakan, terkadang manusia disuguhi dua pilihan. Pasrah, atau melawan. Sayangnya, kita tak selalu memiliki pilihan itu. Seperti halnya Kim Jaewon setelah palu hakim diketukkan tiga kali dan statusnya berganti. Bukan lagi Wali Kota Kim atau Presiden Direktur Victory Corp. Kini ia adalah narapidana nomor 375 yang akan menghabiskan sisa hidupnya di penjara. Ia hanya bisa pasrah walau nyatanya ini lebih dari sekadar mimpi buruk. Terbuktinya tuduhan pembunuhan terhadap sang istri dan dua orang penjaga malam 13 tahun silam, percobaan pembunuhan terhadap dua putranya, hingga tuduhan-tuduhan baru atas hilangnya nyawa para saingan usaha. Apa yang bisa lebih buruk dari itu?

"Bangunlah, Tuan. Ada yang ingin bertemu denganmu."

Pria itu mengangkat kepala dari lipatan tangan, terganggu dengan suara keras pria lain yang begitu tidak sopan.

"Siapa?"

"Kau akan tahu saat bertemu dengannya!"

Tubuhnya pun digelandang dengan cukup kasar hingga langkahnya sedikit tersandung. Dan dalam beberapa menit, mereka telah tiba di ruang yang menghubungkan para terpidana dengan tamunya.

Jaewon terdiam, membuang tatapan. Jika tubuhnya tidak diseret paksa oleh sipir kurang ajar itu, ia lebih memilih mendekam di selnya sepanjang hari daripada harus bertemu orang ini.

"Jaewon-ah..." Tak ada jawaban.

"Kim Jaewon." Ia masih bungkam.

"Baiklah jika kau tak mau menatapku. Aku hanya ingin memastikan keadaanmu."

Akhirnya tawa kecil nan remeh lolos dari mulut Jaewon, seolah ucapan dari pria di luar sana adalah sebuah picisan.

"Jaewon-ah.."

"Memangnya keadaan apa yang ingin kau pastikan dariku, Sejin-ah? Aku sudah mati atau belum? Apakah aku menderita atau tidak berada di sini?" sahut Jaewon dengan tatapan terlampau nyalang. "Ini lebih baik dari pada berteman dengan munafik sepertimu."

"Maafkan aku. Tapi aku harus melakukannya. Jika tidak kau akan terus membuat putramu tersiksa dan__"

"Tutup mulutmu, brengsek! Harusnya aku membunuhmu juga malam itu!! Manusia tidak tahu diuntung! Dasar picik!!!" Pria itu tiba-tiba berteriak penuh amarah sambil menggebrak-gebrak meja di hadapannya.

"Jaewon-ah..."

"Pergi kau! Aku tidak ingin melihatmu!!! Aku ingin Taehyung!! Aku ingin Taehyungku!!"

"Dia belum bangun," balas Sejin dengan berat hati.

Jaewon seketika bungkam. Tatapan yang tadinya penuh emosi itu berubah pedih. Iapun menggeleng cepat.

"Kau bohong."

"Tidak."

"Aku tidak percaya. KAU PEMBOHONG KANG SEJIN! KAU SENGAJA MENJAUHKAN PUTRAKU DARIKU!!!" Jaewon kembali berteriak, namun dengan cairan bening yang mengalir begitu saja dari matanya.

"Aku bersumpah, Jaewon. Putramu masih tertidur sampai saat ini." Melihat teman berjuangnya begitu kalut membuat hati Sejin sakit.

"TIDAK MUNGKIN! TAEHYUNG ITU PUTRAKU. AKU MENDIDIKNYA MENJADI KUAT! KAU PEMBOHONG! BAJINGAN KAU KANG SEJIN!!!"

Teriakan itu membuat para penjaga menjemput Kim Jaewon sebelum waktu kunjungan berakhir. Mereka menyeret tubuh pria itu kembali ke sel dengan susah payah. Tak peduli Jaewon yang masih berteriak, menangis, dan meronta. Sementara Kang Sejin masih terpaku di tempatnya. Dengan reputasi yang telah hancur, juga luka yang ia buat dengan tangannya sendiri pada putra kebanggaannya, Sejin tahu bahwa Kim Jaewon tidak akan baik-baik saja.

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang