25. A Wish

1.6K 192 24
                                    

Entah masih malam atau waktu telah merangkak dini hari, yang jelas suasana gelap saat gelenyar nyeri itu kian lama kian mengganggu tidurnya. Rasa yang seolah mencengkeram perut sebelah kiri itu mengusir kantuk dan memaksanya membuka kedua mata. Apa dumping syndrome sesakit ini? Bahkan nyeri itu sampai menyesakkan dada. Padahal ia telah makan pukul 7 malam tadi. Harusnya rasa tidak nyaman itu hanya datang 15 menit sampai 1 jam setelahnya.

Taehyung bangkit perlahan dari pembaringan, menegakkan tubuhnya dan mendongak, meraup udara perlahan untuk menetralkan rasa sakit. Ia berkeringat banyak, entah kenapa. Ia lalu menoleh ke arah nakas, bermaksud menggapai air minum kalau-kalau itu bisa membuatnya merasa lebih baik. Tapi sepertinya sore tadi Jimin meletakkan gelas itu terlalu jauh dari jangkauannya. Tatapannyapun beralih mengelilingi ruangan temaram dan mendapati presensi kakaknya yang tertidur pulas di sofa ujung sana. Sesekali ia dapat mendengar suara dengkuran.

Pemuda itu tersenyum melihat kakaknya tidur dengan mulut terbuka, lucu sekali. Tentu ia tidak tega membangunkan Namjoon Hyung yang sudah kelelahan sepanjang hari hanya untuk minta tolong mengambilkan minuman di sebelahnya. Iapun kembali menghela nafas. Untunglah nyeri itu mulai berkurang setelah beberapa menit. Perlahan ia menurunkan kedua kakinya dari brankar sambil bersyukur bahwa terapi 5 hari membawa banyak kemajuan bagi ototnya, walau untuk berjalan masih terseok-seok. Iapun beringsut pelan agar kedua kaki itu dapat menyentuh lantai.

"Ya Tuhan."

Brukkk

"Akh! Ssshh..."

Nyeri yang tiba-tiba kembali menyergap ketika kaki Taehyung baru saja menopang tubuh berhasil mengacaukan keseimbangannya. Ia terjatuh seketika. Kini lututnyapun ikut-ikutan sakit karena terbentur kerasnya lantai. Pelan-pelan ia meraba sumber nyeri terbesar di tubuhnya dibarengi permohonan berkali-kali pada Sang Pencipta agar mau menghilangkan sakit itu. Selang beberapa saat Taehyung dapat merasakan sesuatu yang hangat mengalir dari punggung tangannya. Rupanya jarum infus di tangan kanannya terlepas paksa saat ia spontan menopang tubuh, hingga menimbulkan luka dan berdarah.

"Eungh..." Taehyung sontak menoleh saat mendengar lenguhan dari sudut ruangan. Mungkin Namjoon terganggu oleh suara berisik barusan. Iapun berusaha bangkit dengan sisa tenaga, namun gagal. Taehyung kembali mengaduh kala rasa sakit itu datang setiap kali ia mencoba berdiri.

"Tae..." Mata Namjoon sedikit terbuka, melihat siluet seseorang di bawah brankar. "Astaga, Taehyung-ah!"

Dalam keadaan setengah sadar Namjoon bergegas menekan saklar lampu hingga terang mendirus ruangan dan memperjelas pandangan. Ia segera menghampiri adiknya.

"Ada apa ini? Astaga... Kau berdarah." Pria itu meraih tangan kanan adiknya dengan raut cemas setengah mati.

"Aa... A-Aku mau minum, Hyung. Tapi karena tidak hati-hati, malah terjatuh begini." Taehyung tersenyum lebar, berharap hyungnya tidak khawatir berlebihan.

Sedetik kemudian tubuhnya diangkat dengan mudah oleh Namjoon dan kembali dibaringkan di atas brankar. Namjoon lalu menggapai air minum di nakas.

"Ini. Minum pelan-pelan."

"Gomawo, Hyung." Taehyung bernafas lega setelah air itu membasahi tenggorokannya. Namun tanpa sadar ia kembali meringis kesakitan.

"Mana yang sakit?" tanya Namjoon yang membuat Taehyung sedikit terkesiap.

"Lutut. Lututku.. mungkin memar," dusta Taehyung. Ia benar-benar tak ingin membuat orang lain cemas dengan sakit di perutnya. Ini pasti hanya efek makan terlalu cepat, atau luka yang belum pulih. Bukankah luka yang dijahit memang sering nyeri di waktu tertentu seperti saat cuaca dingin? Dan awal musim gugur membuat suhu malam ini cukup dingin.

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang