High up above or down below
When you're too in love to let it go
But if you never try you'll never know
Just what you're worth.
.
.
"Astaga... Aku hampir percaya karena ekspresi kalian." Taehyung tertawa sembari mengusap bulir bening yang hampir jatuh di sudut matanya. "Hari ulang tahunku masih lama. Kenapa kalian mengerjaiku seperti ini?"
"Taehyung-ah.. Apa Hyung terlihat sedang bercanda..?" Taehyung menghentikan tawa canggungnya, lalu kembali menatap Namjoon lamat. Kemudian beralih melayangkan pandangan pada orang-orang di sekitarnya. Seokjin, Jimin, Park Jiseon, Jungkook, bahkan Yoongi dan Hoseok berada di sana dengan raut muram selama menjelaskan apa yang terjadi.
"H-Hyung... Ayolah.. Aku tidak suka candaan seperti ini.." pupilnya mulai bergetar gelisah.
"Hyung.." kali ini Jungkook angkat bicara, memberanikan diri untuk meyakinkan Taehyung bahwa ini memang nyata. "Ayahmu dimakamkan di samping makam Ibumu," ucap Jungkook serius.
Taehyung hanya diam, tapi matanya berair. Bagaimanapun, Taehyung tidak bodoh untuk membedakan mana kebenaran dan mana kebohongan. Setetes air mata luruh, menemukan jalannya di pipi Taehyung. Ia menggeleng kukuh, mengusap kasar butir-butir kristal yang justru makin banyak terjatuh. Kini ia menunduk dengan tubuh yang mulai berguncang.
"Taehyung..." Taehyung menepis pelan tangan Hoseok yang mengusap punggungnya.
"Jadi... A-Ayah benar-benar meninggal... Karena aku..?"
"Bukan karena kau, Taehyung.."
"Lalu apa, Hyung?!" Ia menatap nyalang pada Seokjin.
Semua kembali bungkam, merasa tidak sepenuhnya mengerti pergulatan dalam hati Taehyung. Mereka hanya melihat kesedihan dan memahami bahwa begitu sulit bagi anak itu menerima takdir. Namun tak ada yang benar-benar tahu sebesar apa rasa sakitnya.
Di tengah kepiluan yang menyelimuti semua orang, Taehyung tiba-tiba mencabut jarum infus dari tangannya.
"Taehyung!"
"Aku mau pulang. Aku harus melihatnya sendiri." Tak peduli darah di pergelangan tangannya, Taehyung mengusap kasar air mata lalu beringsut turun dari brankar.
"Taehyung, jangan begini. Kau harus istirahat." Taehyung justru menepis kasar tangan Yoongi.
"Setelah apa yang kalian katakan? Iya! Aku akan beristirahat, Hyung. Bersama Ayah dan Bunda!" Taehyung berteriak frustasi pada semua orang, mengabaikan kaki-kakinya yang gemetar, nyeri bekas operasi, ataupun pening yang sedari tadi menguasai kepalanya.
Namjoon, ia hanya bungkam berurai air mata. Terlebih dirinya merasa bertanggung jawab atas kepergian ayahnya.
"Nak... Tolong tenangkan dirimu. Ini demi keselamatanmu." Park Jiseon meraih lengan Taehyung.
"Tidak bisa, Paman! Jika kalian tidak berbohong soal kematian Ayah, lebih baik aku menyusulnya saja. Aku tidak sanggup hidup seperti ini!" Saking gemetarnya, langkah Taehyung justru membuatnya terjatuh. Kakinya tak sanggup lagi menopang tubuh.
Bugh
"Taehyung, jangan!" Pekik semua orang hampir bersamaan. Meraka langsung mengerubungi anak itu, berusaha menghentikan aksinya.
"Untuk apa aku mendapatkan lambung ini kalau Ayah harus pergi? Untuk apa aku hidup?!"
Bugh
Ini adalah momen paling menyakitkan bagi orang terdekat Taehyung. Selama ini mengenalnya sebagai orang yang selalu tenang dan tak banyak mengeluh, ternyata kombinasi Taehyung dan emosi benar-benar mengerikan. Ia memilih menyakiti dirinya sendiri, memukul bagian perutnya berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)
FanfictionKim Taehyung itu memiliki sifat terlampau unik, bagai alien yang terdampar di bumi. Ia tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah kayu, lalu menjadikan rumah itu sebagai Mars-nya sendiri dan mengumpulkan teman-teman aliennya di sana. Namun, sebuah ins...