"Selamat Tuan, lagi-lagi Anda menang. Kalau begini, mungkin tahun depan Anda bisa kuliah di luar negeri," pria paruh baya itu tersenyum bangga pada pemuda di hadapannya.
"Tentu saja, aku kan adiknya Namjoon Hyung," ucap pemuda itu dengan senyum cerah yang setia terpatri di bibirnya.
Pemuda yang kini telah duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas itu baru saja menerima pengumuman bahwa dia kembali memenangkan Olimpiade Fisika tingkat provinsi tahun ini. Membawa pulang berbagai tropi dua hingga tiga kali dalam setahun adalah hal yang biasa baginya. Dan seperti biasa, sejak dia tinggal sendiri, seseorang dari rumah ayahnya akan mendampinginya menerima piala atau mengambil raport menggantikan keluarganya.
Pria yang lebih tua menepuk pundak Taehyung dengan tatapan senang lalu berkata, "Tuan Kim pasti bangga punya putra yang cerdas seperti anda. Ayo Tuan, acaranya hampir mulai."
Park Jiseon, pria paruh baya itu menggandeng lengan Taehyung dengan lembut menuju aula utama Taegu Science University, tempat acara penerimaan penghargaan dihelat. Tapi pemuda yang digandengnya mendadak berhenti.
"Paman."
Orang yang dipanggil otomatis ikut berhenti, lalu berpaling pada Taehyung. Sekilas pemuda jangkung tersebut menyorot Jiseon dengan risau, namun tak butuh waktu lama baginya untuk kembali menunjukkan binar indah di manik elangnya.
"Apa.. Paman tidak sibuk? Kenapa hari ini Paman yang datang?" tanya Taehyung yang masih terlihat menjaga kesopanannya.
Jiseon tampak termangu beberapa saat. Tapi tak lama kemudian, ia menghela nafas panjang.
"Tuan mencari Pak Sejin?"
Mendengar pertanyaan itu, Taehyung mengangguk ragu. Jiseon yang berdiri di hadapannya menyorot Taehyung dengan netra legamnya, sebuah tatapan yang tampak risau, juga prihatin.
"Maaf tidak memberi tahu, Tuan. Sebenarnya.. Pak Sejin sakit belakangan ini. Jadi, Tuan Kim memberinya izin untuk beristirahat. Beliau sudah tidak bekerja bersama kami lagi," tutur Jiseon.
Taehyung tergugu di tempatnya.
"Memangnya.. Paman Sejin sakit apa, Paman? Apa parah?" Kali ini suara Taehyung terdengar lirih.
"Cukup parah, Tuan. Itu bukan sakit fisik. Tapi.. Entah bagaimana, Pak Sejin mulai hilang akal.. tiga bulan terakhir ini," jelas Jiseon dengan ragu.
Lagi, Taehyung kembali tercekat. Ia mengerjapkan manik obsidiannya beberapa kali, berusaha memproses informasi yang baru saja didengarnya. Paman Sejin gila. Itu yang ingin dikatakan Park Jiseon, bukan?
"Apa anda baik-baik saja, Tuan?" Jiseon sedikit membungkuk, menelisik wajah Taehyung yang tampak tak bersemangat.
"Ah.. Tidak apa-apa, Paman. Ya sudah. Ayo masuk," tampik Taehyung yang segera melangkahkan kakinya. Park Jiseonpun langsung mengikuti.
"Oh iya... Bisakah Paman langsung memanggil namaku saja? Aku tidak nyaman dengan panggilan resmi begitu," protes Taehyung di tengah perjalanan.
"Tapi Tuan.. Anda adalah Tuan muda keluarga Kim."
"Ayolah.. Bukankah lebih akrab kalau Paman berbicara santai saja padaku? Paman Sejin dulu juga begitu, kok." Dengan kening berkerut seolah merajuk, Taehyung menggenggam lengan pria yang lebih tua.
"Ah... Baiklah jika itu maumu... Tae..Hyung."
Seketika kedua sudut bibir pemuda itu terangkat tinggi hingga menampakkan deretan gigi putihnya. Sebuah senyum khas menghiasi parasnya yang rupawan.
"Oke. Paman jadi seperti Ayahku sekarang." Dengan suara bersemangat Taehyung mengacungkan ibu jarinya pada Jiseon, membuat pria paruh baya itu ikut tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)
FanfictionKim Taehyung itu memiliki sifat terlampau unik, bagai alien yang terdampar di bumi. Ia tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah kayu, lalu menjadikan rumah itu sebagai Mars-nya sendiri dan mengumpulkan teman-teman aliennya di sana. Namun, sebuah ins...