.
.
.
"Nak, bukankah sudah waktunya kau kembali?" Wanita cantik yang berstatus sebagai ibu dari anak laki-laki itu berucap lembut.
"Kembali? Tapi Tae sudah di rumah, Bunda." Taehyung menatap tak mengerti.
Ji Ah tersenyum hangat, lalu mengusap surai legam putranya. "Bukan itu. Maksud Bunda, kau harus kembali pada orang-orang yang menunggumu, sayang."
"Orang yang menungguku?"
"Ya. Kau tidak lupa mereka, kan?"
Taehyung terdiam. Cukup lama ia menunduk sembari meremat jemarinya sendiri, mengabaikan bintang-bintang yang memenuhi langit malam ini.
"Tapi Tae ingin bersama Bunda, Kakek dan Nenek," gumamnya pelan.
Sang ibu menepuk pahanya, memberi isyarat pada Taehyung untuk berbaring di sana. Anak itupun menurut, berbaring memunggungi tubuh ibunya.
"Akan ada saatnya kita berkumpul kembali, Anakku. Tapi bukan sekarang." Tangan halus Lee Ji Ah kembali menyisir surai Taehyung, membuat pemiliknya terpejam nyaman.
"Lalu kapan kita bertemu lagi, Bunda?" lirih Taehyung setelah terdiam beberapa lama. Dan Lee Ji Ah dapat merasakan getaran kecil di pangkuannya. Putranya tengah menangis saat ini.
"Kita tidak pernah berpisah, sayang. Karena kami selalu berada di sini. Kami memperhatikanmu setiap saat." Suara wanita lain terdengar dari belakang ibu dan anak itu.
"Ya, Tae. Hanya sementara kau tidak dapat melihat kami, Nak."
Taehyung bangkit dari pangkuan ibunya ketika suara terakhir itu terdengar, suara sang kakek.
"Kakek..."
"Cucu tampanku... Kenapa menangis?" Hajoon mengusap butir-butir bening di pipi cucunya.
"Tae takut, Kek..."
"Hanya sebentar, sayang. Nenek tahu kau anak yang tabah. Percayalah, semua pengorbananmu tidak akan sia-sia, Nak." Areum tersenyum seraya menarik anak itu ke dalam pelukannya. Sementara Taehyung justru menggeleng keras dalam isakan.
*
Rintik hujan turun dengan anggun saat Namjoon terbangun pagi itu. Rupanya ia tertidur dengan meringkuk, menggenggam tangan Taehyung hingga membuat punggungnya sedikit nyeri dan kaku. Ia kembali menghela lelah ketika menjumpai Taehyung yang masih terlelap. Tak seharipun ia lewatkan tanpa rasa gusar dalam hatinya. Taehyung yang tampak tenang dalam tidurnya itu nyatanya tengah berjuang melawan sakit karena luka yang menjadikan tubuhnya tak lagi utuh.
Mata monolit Namjoon menatap lekat setiap lekuk indah wajah sang adik. Ia tersenyum seraya bergumam 'sleeping prince'. Memasuki minggu ke 6, kedua manik obsidian yang meneduhkan itu belum juga terbuka. Pemiliknya seolah ingin sejenak meletakkan beban berat yang telah bertengger di pundaknya sejak lama. Sambil menyangga dagu dengan tangan Namjoon berucap,
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)
FanfictionKim Taehyung itu memiliki sifat terlampau unik, bagai alien yang terdampar di bumi. Ia tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah kayu, lalu menjadikan rumah itu sebagai Mars-nya sendiri dan mengumpulkan teman-teman aliennya di sana. Namun, sebuah ins...