Untuk kesekian kalinya Namjoon menghela napas pasrah. Ia tidak tahu apa yang akan dirasakan adiknya sekarang, tapi inilah kenyataannya.
"Ya, Taehyung. Ayah di sini." Namjoon menatap sendu pada adiknya.
Namjoon, Jimin dan Taehyung tengah berada di halaman sebuah bangunan besar bertuliskan 'Sanatorium'. Dan di sini Taehyung kembali teringat ucapan kakaknya.
Tidak Tae, lagipula percuma kau temui dia sekarang. Semua sudah berubah.
Ya. Sepertinya semua tidak akan sama lagi.
"Tapi.. terakhir kali aku menemuinya, dia mengamuk tak terkendali. Sejujurnya aku mengkhawatirkanmu." Namjoon kembali bersuara.
Namun yang dilakukan Taehyung justru membuat hati Namjoon berdesir tak menentu. Taehyung menatap dengan mata tegasnya yang tetap meneduhkan, lalu mengulas senyum tulus. Tangannya kemudian meraih jemari Namjoon yang berdiri di samping kanannya seolah ingin menguatkan lalu berkata,
"Things gonna be fine, Hyung. I'm sure."
Namjoon sempat tertegun beberapa saat, namun akhirnya ia mengangguk sembari mengusap pelan puncak kepala adikya.
"Alright then," ucap Namjoon.
Lalu tanpa diminta, Jimin mendorong kursi roda Taehyung dengan hati-hati mengikuti langkah Namjoon.
"Dia di sana, Tuan," ucap seorang perawat, menunjuk ke suatu titik di tengah taman rumah sakit.
"Emosinya mulai stabil. Tapi saya akan mengawasi dari sini untuk berjaga-jaga," lanjut perawat wanita itu dengan penuh hormat.
"Baiklah. Terimakasih, suster." Namjoon membungkuk dengan sopan.
Sementara di tempat itu, di antara bunga-bunga yang tertata rapi dan rerumputan hijau, seorang pria tengah duduk sendiri di sebuah bangku besi, mengabaikan eksistensi manusia lain yang sesekali berlalu-lalang atau berlarian di sekitarnya. Pria itu tampak begitu menyedihkan dengan rambut yang biasanya disisir rapi, kini menjadi berantakan. Dengan piyama berwarna biru tua yang telah kusut, tanpa alas kaki, ia berbicara dan menghitung sesuatu dengan jarinya. Wajahnya tampak serius, namun tak lama kemudian ia tersenyum sembari mengangguk sendiri dan kembali menghitung.
Namjoon membawa kursi roda Taehyung mendekat ke arah pria itu. Kim Jaewon. Sementara Jimin memilih menjauh. Ia tidak ingin mengganggu momen pribadi di antara keluarga tersebut.
"Tuan Kim Jaewon.." sapa Namjoon saat tiba tepat di depan ayah tirinya.
Pria yang sebagian rambutnya telah memutih itu mengangkat kepala yang sedari tadi tertunduk.
Oh syukurlah dia mulai mengingat namanya sendiri walau raut wajahnya berubah penuh kemarahan saat bertemu tatap dengan Namjoon. Tapi setidaknya, hari ini pria itu tidak bertindak impulsif. Perlahan tapi pasti, perhatiannya pada Namjoon teralihkan pada seseorang yang duduk di kursi roda.
Tanpa diduga, Jaewon bangkit dari kursi dan berjalan pelan menghampiri dua pemuda yang hanya berjarak 5 meter darinya. Pria tersebut berjongkok tepat di hadapan Taehyung. Menatap lekat mata indah pemuda itu.
"Nak... Apa yang terjadi? Apa kau sakit?" Kim Jaewon sedikit memiringkan kepalanya, heran.
Taehyung menatap masam. Agaknya pertanyaan itu mencubit hatinya.
"Ayah... Ayah tidak ingat? Ini aku, Taehyung."
Kim Jaewon sontak mengernyitkan keningnya, memasang ekspresi aneh. Namun beberapa saat kemudian ia tertawa, semakin keras... Semakin keras seolah baru saja mendengar sebuah lelucon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)
FanfictionKim Taehyung itu memiliki sifat terlampau unik, bagai alien yang terdampar di bumi. Ia tinggal sebatang kara dalam sebuah rumah kayu, lalu menjadikan rumah itu sebagai Mars-nya sendiri dan mengumpulkan teman-teman aliennya di sana. Namun, sebuah ins...