11. Savior

1.6K 225 30
                                    

Mereka berjalan tergesa menembus malam. Mengabaikan peluh yang telah membanjiri tubuh, napas yang tersengal-sengal, juga langkah yang semakin lelah demi mencari sosok yang beberapa jam lalu menghilang.

"Bibi yakin sudah mencarinya di kebun?"

"Sudah, Taehyung. Pamanmu juga sudah mencarinya di kebun nenekmu, tapi kami tidak bisa menemukannya."

Dari cerita Bibi Jeon, Jungkook pergi setelah berselisih paham dengan kedua orang tuanya lantaran mereka menemukan selembar surat persetujuan pertukaran pelajar dari SMA-nya yang disembunyikan Jungkook di salah satu bagian kamar. Entah sejak kapan surat itu di sana, yang jelas Jungkook mengabaikan kesempatan baik itu tanpa alasan jelas sehingga membuat orang tuanya marah. Padahal anak itu jelas-jelas dipilih oleh pihak sekolah karena kemampuan melukisnya yang sudah menyamai pelukis profesional. Jungkook sendiri tidak banyak membantah orang tuanya. Hal terakhir yang dia katakan hanya 'Tidak mau ya tidak mau!', dan setelah itu dia lari dari rumah, entah ke mana.

Hampir satu jam sudah mata mereka bergerilya menyusuri jalan sepi perbukitan sembari berpikir di mana tempat yang mungkin didatangi remaja laki-laki itu. Bayangan berbagai hal buruk merundung pikiran mereka semua. Jungkook tak juga dapat ditemukan, sementara malam semakin dingin mencekam.

"Tempat ini menyenangkan. Udaranya sejuk. Kalau Hyung bersedih.. datang saja ke sini."

Taehyung berusaha menggali ingatan ketika kalimat itu lamat-lamat terlintas kembali di benaknya. Kalimat yang diucapkan Jungkook bertahun-tahun yang lalu ketika mereka masih anak-anak.

"Aku juga ke sini setiap Ayah dan Ibu memarahiku."

Dan saat ingatan itu mulai terkumpul nyata dalam benaknya,

"Paman, Bibi, apa kalian sudah mencari di sekitar kebun teh Paman Ilsang?"

Kedua orang itu saling berpandangan, lalu kembali menoleh pada yang lebih muda.

"Kami belum mencarinya sejauh itu, Nak."

Setelah mendengar jawaban itu, tanpa pikir panjang Taehyung berlari ke tempat tujuannya. Diabaikannya pekikan dua orang paruh baya yang memanggilnya di belakang sana. Paman dan Bibi Jeon tetap berusaha mengikuti langkah pemuda itu walau tidak terlalu yakin. Sebab tempat yang dimaksud Taehyung letaknya hampir 1 KM dari desa mereka, di area bukit yang lebih tinggi. Memangnya apa yang akan dilakukan oleh remaja 17 tahun dengan kabur ke tempat semacam itu?

Tapi lagi-lagi mereka memilih untuk percaya, sebab itu adalah Taehyung. Orang yang paling sering bersama Jungkook sejak kecil. Yang paling sering disebut namanya dalam sedih maupun senang oleh anak mereka. Mungkin saja Taehyung tahu apa yang tidak mereka ketahui tentang Jungkook.

Sudah lebih dari jam 10 malam saat akhirnya tiga orang itu sampai di area kebun teh yang dimaksud Taehyung. Mereka menajamkan mata, menyisir setiap tempat di sana. Dan akhirnya mereka dapat menangkap sesosok siluet yang tengah duduk sendiri di bawah pohon mapel di puncak bukit. Sosok yang tengah menekuk lutut hingga menyentuh dada, memeluknya, dan membenamkan wajahnya di antara lipatan tangan.

Paman Jeon hampir bersuara untuk memanggil putranya, tapi Taehyung menahan pria itu dengan memegang lengannya.

"Paman, Bibi, sebaiknya kalian istirahatlah. Biar aku yang mengurus anak itu," lirih Taehyung, berusaha agar suaranya tak terdengar oleh Jungkook yang duduk cukup jauh dari mereka.

"Tapi, Nak..."

"Tenanglah, Bi..." Taehyung seolah ingin meyakinkan orang yang telah ia anggap sebagai orang tuanya itu dengan senyum manisnya. "Aku akan membawanya pulang dengan selamat. Beri kami sedikit waktu."

Hello My Summer Rain! (Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang