ML 2

730 126 5
                                    



Bismillahirrahmanirrahim

Banyak yang baca
Dikit SIDER

Aamiin


°°°



"Oh dokter Jeonghan, kirain siapa."

"Kamu kira saya Jaehyun?" (Y/n)langsung ubah tatapannya menjadi datar.

Itu sudah 4 tahun yang lalu tapi masih saja di bahas.

"Tau ah males." (Y/n) pun lanjut jalan meninggalkan Jeonghan yang masih ketawa karena puas menjahilnya.

"Eh kok ngambek sih. Nih saya ada bawa roti bakar. Karena hari ini kamu yang shift malam. Saya pulang dulu ya, assalamualaikum."

"Makasih ya dok, walaikumsalam."

Jeonghan pergi setelah memberikan bungkusan yang berisi roti bakar.

Jangan berpikir jika Jeonghan tertarik pada (y/n). Sampai kapan pun dia tidak akan tertarik ke (Y/n) karena dia sudah ada istri dan anak, cuma dia memang care. Apa lagi dengan (Y/n) di rs karena Mingyu adalah sahabatnya.

Setelah sampai di ruangan (y/n) langsung pakai jas dokter dan membawa stetoskop untuk memulai mengecek keadaan pasien UGD yang sedang di rawat bersama dengan Daehwi si perawat laki-laki.

Hanya beberapa dari mereka yang di rawat, kemungkinan mereka akan menjalani rawat inap jika penyakitnya tak kunjung mereda.

Kamu menjadi dokter jaga UGD selama 2 tahun belakangan ini. Terhitung dari koas sampai menjadi dokter tetap di RSAD Bogor.

Memang menjadi dokter UGD memakan waktu yang banyak, sampai pernah ia jaga 2 hari tanpa pulang karena kekurangan dokter di UGD. Saat itu ada sebagian dokter yang pulang kampung karena sedang lebaran, terpaksa (y/n) yang mengantikan karena ia tidak pulang kampung.

Mingyu sampai di buat khawatir dengan keadaannya dan sampai membuat (y/n) harus menelan kesedihan karena janin yang ia kandung menginggal. Padahal sudah menginjak usia 7 bulan.

Mingyu pun sempat melarang (y/n) untuk bekerja setelah itu dan menyuruhnya istirahat. Tapi yang namanya (y/n), dia keras kepala dan tetap ingin melanjutkan pekerjaannya sebagai dokter.

"Hallo Raden. Obatnya sudah di minum?" Tanya (y/n) ramah pada anak yang berusia 4 tahun yang hanya bisa berbaring karena kaki, tangan, dan beberapa luka wajahnya.

Anak ini di pukuli habis-habisan oleh ayah tirinya kemarin dan langsung (y/n) tangani begitu sampai UGD.

Tau ceritanya begitu, (y/n) menangis karena sedih melihat anak yang masih kecil di hajar habis-habisan oleh ayah tirinya hanya karena masalah sepele.

Seharusnya ia bersyukur mempunyai anak walaupun hanya anak tiri, karena ada banyak pasangan yang menginginkan seorang anak tapi ada saja orang tua yang malah memukuli mereka.

"Alhamdulillah sudah dok, tapi nanti akan pindah ke ruang rawat inap." Jawab ibu Raden yang hanya mendapat jawaban anggukan kepala dari (y/n).

"Iya gak apa-apa, yang penting rajin-rajin minum obatnya ya biar cepat sembuh." Ucapannya sambil tersenyum lalu mengusap kepala Raden lembut.

"Oh ini dokter ada coklat untuk Raden. Tapi makannya setelah lukanya sembuh ya." (Y/n) menyodorkan coklat dari kantung saku jas dokter dan memberikannya pada Raden yang matanya berbinar begitu melihat coklat di berikan padanya.

"Makasih dokter..." Jawab Raden pelan karena malu-malu.

(Y/n) tersenyum lalu pergi melihat kondisi pasien yang lain.

°°°

Ini udah jam 12 malam, mata gue ngantuk berat tapi apalah daya gue harus tetep melek karena katanya bakal ada pasien yang katanya kena tabrak lari.

Gue cuma duduk di ruangan sambil makan roti bakar yang di kasih sama dokter Jeonghan tadi.

Daehwi, mbak Oci, Yuna, sama mas Ten istirahat karena gue yang suruh. Tinggal lah gue sama Lami.

Iya Lami dia kuliah keperawatan akhirnya karena dorongan dari gue. Niatnya masuk keperawatan ikhlas kok, gue gak ngepaksa dia buat masuk keperawatan cuma ya kasih hasutan aja hehe.

"Lam, suami gue masa ngirimin foto Tania liat deh." Kata gue terus sodorin hp yang layarnya ada foto Tania anaknya Siyeon adeknya mas Mingyu yang umurnya masih 1 tahun.

"Tania... Anaknya Siyeon kan? Itukan keponakan lo, lo cemburu?" Tanya Lami yang gue balas gelengan kepala.

Gue gak cemburu ngapain juga cemburu sama keponakan, cuma gue ngerasa kalo itu kode dari mas Mingyu kalo dia bener-bener pengen anak.

"Lo gak peka Lam..." Lami cuma kedip-kedip karena gak ngerti maksud gue.

"Gue ngerasa suami gue pengen banget punya anak, tapi gue belum bisa ngasih. Gue sedih gak bisa jadi istri yang sempurna buat dia."

"Ini konten sensitif buat kita bahas. Gue sendiri belum berumah tangga apa lagi punya anak gue bingung mau kasih saran apa, tapi gue bisa jadi pendengar yang baik buat lo. Sekarang lo sabar usaha terus sama om Mingyu, berdo'a juga jangan lupa. Gak apa-apa kalo belum di kasih, lo sama om Mingyu bisa nikmatin masa-masa pacaran dulu kan." Ucap Lami panjang lebar.

Gue cuma ngangguk terus senyum denger kata-katanya.

Emang benar sih apa yang di bilang Lami, tapi umur mas Mingyu udah 34 dia pengen banget punya anak. Wajarkan umur segitu dia pengen punya anak? Toh kita menikah udah 4 tahun.

Di antara teman sebaraknya hampir semuanya udah punya anak, kecuali om Dokyeom belum nikah karena baru tahun ini dia mau nikahin Lami.

Om Wonwoo anaknya udah 2 perempuan, om Hoshi anaknya 1 laki-laki, om Eunwoo anaknya udah mau 2 padahal nikah hampir mau 2 tahun.

Di bilang insecure, ya pasti insecure walaupun kehidupannya lebih mapan mas Mingyu.

Gue pun cuma bisa bengong sambil terus gak kerasa air mata udah netes aja.

"Jangan nangis dong ah." Lami yang dari tadi nonton TV begitu liat gue nangis, jadi ikut nangis juga.

Gue sama Lami elap air mata dan buru-buru keluar karena ambulans udah datang bawa pasien.

Begitu pasien udah ada di tempat, Lami keliatan kaget liat pasiennya.

"Kenapa sus? Cepat ambilkan alkohol, gunting, dan kapas." Ucap gue instruksi ke Lami yang malah bengong.









Pasien itu dengan nama Anjani Chayeon Resti masuk UGD kasus tabrak lari karena lihat suaminya yang berduaan dengan perempuan lain ternyata adalah mantan pacar suami gue.

°°°

Maunya doubel up, kalo tugas gue udah kelar hehe

Marriage Life with Mingyu [2] ⛔ IMAGINE KIM MINGYU SEVENTEEN ⛔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang