Dan malamnya Mingyu beneran jebol tembok tahanan itu.
Sempat buat geger satu tahanan, tapi Mingyu berhasil lolos dari kejaran tentara Israel. Pemuda yang selalu ajak Mingyu ngobrol itu cuma bisa ketawa keras liat Mingyu beneran pakek saran darinya.
Gak cuma itu, pemuda itu juga selalu berdo'a untuk keselamatan Mingyu biar bisa bener-bener lolos dari kejaran tentara Israel.
Mingyu bingung harus jalan kearah mana. Kompas pun dia gak bawa, bawa hp? Nggak dia lagi tugas gak mungkin bawa hp.
Tempat itu asing buat dia. Mau pergi balik ke Lebanon pun harus ke arah mana yang dia ambil, dia bingung.
Yang dia bawa cuma foto kamu dan pisau sangkur yang diam-diam di ambil dari tentara Israel.
Di tengah malam akhirnya dia jalan dengan gontai. Makan aja nggak tapi tenaganya abis buat jebol tembok sama lari dari kejaran tentara Israel tadi.
Sementara di markas pasukan Garuda, mereka dapet info kalo Mingyu kabur dari tahanan dengan cara jebol tembok tahanan yang rapuh.
"Agak gila, tapi itu cara yang bagus untuk melarikan diri." Puji Joshua yang kebetulan dia komandan di sana.
"Izin mayor, apa tindakan yang harus kita ambil setelah tau kapten Mingyu melarikan diri?" Tanya Yohan yang tadi kasih berita itu ke Joshua.
"Segera minta izin dari pihak tentara Lebanon untuk mencari kapten Mingyu di daerah perbatasan. Kalian tidak bisa seenaknya sendiri mencari kapten Mingyu. Setelah dapat izin cepat lakukan pencarian, pangdam sudah geram karena menantunya tidak kunjung di temukan." Kata Joshua sambil pijet pelipisnya.
Pusing Taeyong ngomel terus minta Mingyu cepet-cepet di temuin.
Setelah itu Yohan pergi dari sana dan laksanain apa perintah Joshua.
°°°
Sementara di Indonesia, Taeyong lagi berhadapan dengan Chayeon.
Chayeon di temuin di rumah orang tuanya. Lebih tepatnya di Yogyakarta.
Iya dia nekad kabur sampek Yogyakarta buat menghindar dari kejaran polisi. Dia pikir ayahnya bisa bantu dia tutup masalah ini, tapi ternyata malah ayahnya sendiri yang bantu anak buah Taeyong buat tangkep anaknya.
Dengan perban di kepala, lalu tangannya yang di gendong di bahunya dia udah nunduk ketakutan liat air wajah Taeyong yang keliatannya mau marah.
"Sebenarnya apa masalah kamu sama anak dan menantu saya, sampai kamu melakukan hal seperti ini?" Tanya Taeyong yang santai tapi kedengeran serem di telinga Chayeon.
"Saya... Saya hanya ingin pernikahan mantan pacar saya rusak." Ucap Chayeon yang akhirnya memberanikan diri untuk jujur.
"Apa ada salah menantu saya dengan kamu? Kamu liat dampaknya sekarang? Kamu membunuh satu cucu saya?!" Taeyong mulai naikin nada bicaranya buat mental Chayeon ciut buat jawab pertanyaannya.
"Maaf saya tidak sengaja..." Cicit Chayeon yang makin nundukin kepalanya.
"Jangan minta maaf ke saya, minta maaf dengan anak saya. Karena kamu dia jadi melahirkan di bulan ini, padahal usia kandungan masih 8 bulan. Saya gak akan cabut tuntutan kamu, sekalipun ayah kamu adalah pengusaha sukses yang membantu perekonomian negara, saya tidak akan mentolerir." Taeyong pun pergi dari ruang tunggu di depan kamar kamu dan sisa Chayeon yang masih disana dengan segala ketakutannya.
Dia takut kalau hukumannya berat, dia takut di penjara, dia takut kalau hukumannya harus di bayar dengan nyawa. Dan yang paling parah, ayahnya gak akan bisa bantuin dia untuk lolos dari kasus ini.
Dia juga udah di gugat cerai sama Bambam dan sekarang dia udah resmi jadi janda.
Kamu yang ada di tempat tidur rumah sakit, cuma bisa nangis dalam diam dengan menghadap ke kanan sambi memainkan jari-jari kecil Zoeya.
Begitu di kasih tau kalo anak kamu yang laki-laki meninggal, kamu nangis sejadi-jadinya sambil ngucap sumpah serapah buat Chayeon.
Perempuan yang tega rusak hubungan rumah tangga orang sampek bunuh anak kamu, harus dihukum sepatutnya tanpa pengecualian.
"(Y/n), makan dulu yuk. Dari kemarin kamu belum makan apa-apa, asi kamu susah keluarnya nanti." Ucap ibu kamu yang ada disebelah kiri dengan membawa mangkok bubur.
"Gak nafsu makan." Jawab kamu singkat.
"Zoeya mau kamu kasih makan apa kalo asi kamu gak keluar nanti."
"Pasti nanti keluar kok."
Ibu kamu cuma hembusin nafasnya berat.
Gak lama, Lami, Dokyeom, Somi, Haechan, Sowon dan Jeonghan masuk dengan membawa parcel buah dan kado untuk bayi kamu.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Kamu cuma liat mereka sekilas, terus lanjut lagi mainin jari Zoeya yang udah tidur pules.
"Tante ini kado sama parcelnya di terima ya." Kata Somi sama Lami yang masing dari mereka bawa kado dan parcelnya.
"Makasih ya, Tante tinggal dulu keluar titip (y/n) ya." Terus ibu kamu keluar pergi ke kantin rs.
Jeonghan dan Sowon ngedeket ke kamu buat liat keadaan kamu dan ganti infus yang udah mau abis.
"(Y/n) ada temen-temen kamu, gak mau nyapa mereka?" Tanya Sowon yang sibuk sama tangan kamu.
Sedangkan yang di sebut cuma senyum manis ke arah kamu.
"Masih bisa senyum lo semua?" Kamu udah posisi jadi duduk dan natap kosong mereka berempat.
Lami pun pegang tangan kamu yang lain sambil ngomong, "Bukan maksud kita seneng (y/n), kita seneng tapi juga sekaligus sedih."
Kamu udah gak tahan buat gak nangis akhirnya nangis juga di pelukan Lami.
Jeonghan sama Sowon pun suruh yang lain keluar dari ruangan untuk kasih tempat buat kamu nangis.
Akhirnya Haechan sama Dokyeom keluar dengan bawa Zoeya buat di ajak main dengan izin kamu. Padahal anaknya lagi tidur
"Kalian gak tau rasanya jadi gue. Udah harus melahirkan padahal belum waktunya, anak gue meninggal, gue kecelakaan, dan yang paling buat gue sedih suami gue di tahan di sama tentara Israel...."
°°°°
Maap keun ceritanya di chapter ini ngebosenin
Bayangin aja deh itu gambarnya Taeyong lagi ajak ngobrol Chayeon😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life with Mingyu [2] ⛔ IMAGINE KIM MINGYU SEVENTEEN ⛔
FanfictionMenjalani kehidupan rumah tangga lebih sulit setelah berjuang untuk bersama. Orang ketiga, memiliki momongan, gosip orang-orang? Hal lumrah yang harus di hadapi setelah pernikahan. Cerai atau Bertahan? WAJIB BACA SEASON 1 DULU BIAR TAU ALUR CERITAN...