Aku doubel up loh:(
°°°°
Kamu dan Mingyu sekarang sudah ada di rumah orang tua Mingyu.
Mertua kamu ini aslinya orang Surabaya-Kediri cuma karena anak-anak mereka semua ada di Bogor jadi Mingyu belikan rumah di Bogor biar bisa lebih dekat sama orang tuanya.
Sebenarnya gak ada acara penting kerumah mertua kamu ini, cuma bunda --panggilan ibu mertua-- katanya kangen sama kamu sama Mingyu juga.
Kamu cuma senyum aja begitu dengar bunda kangen, tapi kamu tau setiap bunda suruh kamu dan Mingyu kerumah pasti ada sesuatu yang mau ia bicarakan.
"(Y/n) sudah minum jamu yang bunda kasih?" Tanya bunda yang buat kamu mikir sebentar.
Jamu yang di kasih 3 minggu yang lalu, pokoknya jamu yang di beri waktu itu adalah jamu agar cepat hamil.
"Oh iya bund, jamunya udah habis kok." Bunda senyum menanggapi.
"Sudah telat datang bulan belum?" Pertanyaan itu sukses buat Mingyu tersedak lidah kucing yang ia makan.
Kamu yang ada di sebelahnya langsung memberikan minum yang tadi di ambil sendiri oleh Mingyu di dapur.
"Makanya kalo makan pelan-pelan gyu." Kata bundanya yang cuma di beri anggukan oleh Mingyu.
Mingyu sudah hafal dengan bundanya pasti akan menanyakan hal ini. Makanya kalau ia kerumah bundanya, ia enggan mengajak kamu karena selalu di tanya sudah hamil atau belum.
"Belum bunda, tapi aku sama mas selalu usaha kok."
Terdengar helaan napas yang keluar dari bunda, buat kamu menunduk dan memilih memainkan kuku jari.
Sudah 4 tahun memang kamu menjadi menantu keluarga ini, tapi kalau di singgung masalah ini pasti kamu akan gugup juga.
"Bunda udah dong jangan bahas kaya gitu terus. Gak capek apa tiap kita kesini ngomongin itu terus?" Mingyu angkat bicara saat dia melihat kamu yang gugup karena pertanyaan bundanya.
"Bunda juga gak mau singgung masalah ini terus. Kalau aja (y/n) sudah hamil, ibu pasti gak akan ngomongin masalah ini."
"Ya tapi gak usah tiap kita kemari di bahas. Ngertiin kita juga bund, kami juga sudah berusaha."
Bunda pun hanya memalingkan wajahnya.
"Bunda udah sabar, udah kasih kalian jalan keluar, udah kasih kalian saran, tapi kalian gak jalanin. Bunda capek liat kalian yang di gunjing orang-orang belum punya momongan! Bunda gak mau anak-anak bunda sedih dengar omongan mereka yang katanya Mingyu mandul lah, (y/n) punya penyakit di rahim, Mingyu kena karma lah. Bunda gak kuat tiap dengar omongan begitu dari orang-orang!" Air mata yang kamu tahan untuk gak jatuh, akhirnya jatuh juga dan membuat sesak di dada tidak bisa di tahan.
Ucapan bunda buat kamu sedih. Selama ini kamu coba untuk gak peduli dan tutup telinga setiap mendengar gosip seperti itu, tapi ternyata bunda malah memikirkan sampai sedih sendiri.
Mingyu menghampiri bunda yang duduk di sebrangnya lalu memeluk bundanya untuk memberikan ketenangan.
Kamu pun ikut memeluk bunda yang buat tangis bunda pecah saat itu juga.
"Bunda gak masalah sama keputusan kalian kalo masih mau tunda momongan, tapi sesekali kalian buka suara lah kalian. Bunda gak mau anak-anak bunda di gosipin kayak gini."
"Bunda gak perlu dengerin apa kata orang-orang, mereka gak perlu tau kondisi kita jadi diamin aja. Bunda gak usah mikirin kaya gini, kita juga ikhtiar terus sambil do'a. Biarin aja orang-orang ngomong apa yang tau kondisi kita ya kita sendiri." Ucap Mingyu lembut yang membuat bunda mengeratkan pelukannya pada kamu dan Mingyu.
Setelah beberapa saat bunda melepaskan pelukannya. Kamu dan Mingyu pun berlutut di depan bunda sambil menenangkan bunda yang masih sesenggukan.
"(Y/n), kalau memang kamu tidak keberatan apa boleh Mingyu menikah kembali?"
°°°
Gue kembali kerumah dengan mata yang sembab dan pikiran yang gak bisa jernih.
Pertanyaan yang di lontarkan bunda ke gue itu buat gue terguncang. Seakan-akan bunda bicara untuk ikhlaskan mas Mingyu dengan perempuan lain.
Bunda emang gak ngomong untuk gue cerai dengan mas Mingyu, tapi tentara menikah lagi sedangkan ia sudah istri bisa di pecat dari TNI.
Dan gue gak mau karier mas Mingyu berhenti di saat karier militernya lagi naik-naiknya.
Gue berjalan gontai menuju kamar, tapi pergerakan gue terhenti saat tangan lain menahan gue untuk jalan.
"Ayo di bicarakan dulu."
"Bicara apa? Udah lah mas aku mau istirahat dulu. Kamu belum sarapan kan? Aku bua--"
"Aku tau kamu sedih. Jangan di tutup-tutupi! Aku gak mau liat kamu kaya gini terus."
"Ya terus mau gimana... Hiks? Bu-bunda bilang kayak gitu aku gak boleh sedih? Aku juga capek mas di gosipin kaya gitu terus sama orang-orang mas. Kita emang pura-pura gak dengar, tapi kita selalu kepikiran. Kayaknya yang bunda bilang benar, kamu harus nikah lagi." Perlu kekuatan penut untuk gue ngomong dengan rasa sesak di dada.
Gue gak rela mas Mingyu pergi dari hidup gue. Gue gak mau.
Tapi kenapa orang-orang mau jauhin gue dari suami gue sendiri?!
Dia mendekat dan dekap gue dalam pelukannya. Dia memenangkan gue dengan tangannya yang elus kepala gue dengan lembut. Dan gue balas pelukannya erat.
Menumpahkan semua rasa kesedihan gue dengan menangis sambil memeluk dia erat.
Gue gak akan bisa bagi dia dengan perempuan lain.
"Aku gak mau nikah lagi, mau itu nikah siri pun aku gak akan mau. Istri aku cuma kamu gak ada yang lain. Masalah anak, kita masih bisa usaha terus, atau kita bisa adopsi dari panti asuhan."
"Tapi bunda gak mau kita adopsi anak..."
"Biar aku yang ngomong sama bunda. Kamu gak usah mikirin udah biar aku aja ya sayang. Jangan nangis lagi, kalo nangis cantik tapi kalo senyum tambah cantik." Dia lepas pelukannya dan cium kening gue lama.
Ucapannya buat gue sedikit lebih tenang di tambah dia yang cium kening gue buat gue merasa lebih baik.
Gue selalu berdo'a untuk rumah tangga gue ini sedikit lebih bertahan kalau memang suatu saat nanti akan ada goncangan yang akan datang.
°°°
Sayang-sayang ku, makasih udah baca
Tapi tidak bisa kah kalian tidak SIDER 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life with Mingyu [2] ⛔ IMAGINE KIM MINGYU SEVENTEEN ⛔
FanfictionMenjalani kehidupan rumah tangga lebih sulit setelah berjuang untuk bersama. Orang ketiga, memiliki momongan, gosip orang-orang? Hal lumrah yang harus di hadapi setelah pernikahan. Cerai atau Bertahan? WAJIB BACA SEASON 1 DULU BIAR TAU ALUR CERITAN...