ML 31

400 86 9
                                    


"Islam membolehkan mu untuk berpoligami, tidak ada salahnya untuk kau berpoligami." Ayah Alloula masih gencar untuk Mingyu menerima lamarannya.

Tapi Mingyu sedikit menyunggingkan senyum tipis. "Pekerjaan ku yang melarang ku untuk mempunyai 2 orang istri. Tapi maaf saya tidak bisa menerima lamaran ini. Bahkan dalam hal poligami seperti ini saya harus meminta restunya."

Bungkam ayah Alloula dengan ucapan Mingyu.

Ini memang tidak di perhitungkan oleh ayah Alloula dan asal melamar Mingyu untuk anaknya. Tapi siapa yang sadar kalau Mingyu sudah menikah? Melihat sikapnya pada Alloula yang seperti laki-laki lajang, itu bukan salah ayah Alloula juga.

Ayah Alloula bangkit dari duduknya dan memanggil Alloula. Entah sudah sejak kapan, tapi Alloula keluar dengan air mata yang sudah membanjir. Isakannya makin menjadi kala ayahnya memanggil.

"Kau sudah degar sendiri dari mulutnya bukan kalau ia sudah beristri. Ia pun menolak untuk berpoligami karena pekerjaannya. Baba tidak bisa apa-apa lagi kalau dia sudah menolak mu." Ucap ayah Alloula di samping anaknya lalu pergi dari ruang makan.

Mingyu berdiri dan mendekati Alloula.

"Aku hargai rasa cinta mu pada ku tapi maaf aku tak bisa membalasnya. Aku sudah mempunyai seseorang yang mengisi hati ku, aku harus segera pergi untuk tidak membuatnya khawatir disana." Ujar Mingyu yang malah hanya membuat isakan Alloula makin menjadi.

Mingyu memang tak mengatakan kalau ia sudah menikah. Ayah Alloula juga tidak menanyakan apa pun tentang status Mingyu. Jadi jika tidak di tanyakan, Mingyu pun tidak akan mengatakannya.

"Apa istri mu adalah orang yang fotonya kau pandang dan kau genggam setiap malam saat sebelum tidur?" Tanya Alloula setelah dirasa tangisannya cukup tenang.

"Iya, sudah 3 bulan aku tak mengetahui kabarnya. Alloula, aku minta maaf karena telah mematahkan hati mu. Tapi kau tau, ini lebih baik dari pada aku harus menerima lamaran baba mu. Aku berpikir panjang sebelum menjawab tawaran baba mu, dan ternyata tidak semudah itu. Aku harap kau bisa mengikhlaskan aku dan mendapatkan laki-laki yang mau menerima mu dengan ikhlas." Setelah bicara itu Mingyu berniat pergi untuk menyiapkan kepergiannya dari sana malam ini, tapi dia rasa ada dua tangan yang melingkar di pinggangnya dengan erat.

"Tidak bisa kah aku memeluk mu sebentar seperti ini sebelum kau benar-benar pergi? Paling tidak aku bisa memeluk mu karena tidak bisa memiliki mu." Ucap Alloula yang buat Mingyu memutar badannya menghadap Alloula.

Mingyu menghelakan napas berat lalu menggenggam pergelangan tangan Alloula lalu melepas paksa pelukan Alloula.

"Maafkan aku, tapi kita tidak bisa melakukan ini. Ini demi kebaikan aku dan kau agar lebih cepat melupakan ku." Lalu Mingyu senyum untuk membuat Alloula mengerti.

°°°

Selesai operasi tadi, gue sama dokter Jeonghan istirahat di kantin cafe sambil makan siang.

Gue kalo abis operasi emang gak mood buat makan tapi mengingat sekarang gue udah punya anak dan menyusui, mau gak mau gue harus isi perut gue biar ada isinya.

"Masih kuat buat makan abis mainin organ tubuh orang? Kamu hebat." Kata dokter Jeonghan sambil minum es kelapanya.

Gue cuma bisa jawab dengan tatapan sinis. Kalo gak menyusui gak bakalan gue makan.

"Jangan banyak ngomong deh, saya juga terpaksa makan dok." Dan dokter Jeonghan cuma ketawa aja.

"(Y/n) akhir-akhir ini entah kenapa saya sering liat Jaehyun di donut dunkin. Entah itu itu Jaehyun beneran atau nggak sih saya ragu." Entah kenapa dokter Jeonghan tiba-tiba ngomongin Jaehyun orang yang paling dia gak suka karena udah buat gue kecewa.

Gue agak heran karena dia mau bahas om Jaehyun lagi.

Btw donut dunkin tempatnya ada di depan rs. Lebih tepatnya depan UGD agak kanan dikit.

"Ya terus? Dokter kan paling gak suka kalo bahas om Jaehyun, kenapa tiba-tiba bahas dia?" Tanya gue ke dia dengan sedikit senyum.

Bukannya apa-apa ini cuma buat nutupin kecanggungan tiap bahas om Jaehyun.

"Ya nggak cuma mau bilang aja siapa tau kamu nyariin."

"Dih apaan deh, aku udah ada suami temennya dokter juga kan. Gak usah ngomongi orang lain deh ya." Dokter Jeonghan ubah posisi duduknya jadi majuin badannya yang tadinya senderan.

"(Y/n) apa kamu yakin Mingyu masih hidup disana? Udah 3 bulan ini gak ada kabar terbaru tentang pencarian Mingyu di perbatasan Lebanon dan Israel." Ucapan dokter Jeonghan buat gue taro lagi sendok makan yang tadi siap buat masuk ke mulut gue.

Gue tatap dokter Jeonghan yang juga liat gue dengan serius.

"Apa dokter sekarang mau suruh saya buat deket lagi sama om Jaehyun? Padahal selama 3 bulan ini dokter yang selalu ingetin saya buat kuat yakin percaya kalo suami saya masih hidup." Kata gue dengan mencoba buat tenang dan gak mengeluarkan emosi.

Emosi yang gue maksud adalah nangis, bukannya marah-marah gak jelas.

Dokter Jeonghan helain napas panjang.

"Maaf (y/n), saya terlalu khawatir dan ikut campur urusan rumah tangga kamu."

Gue ketawa ngakak liat ekspresi wajah dokter Jeonghan yang gak enak ke gue. Jarang banget dia nampakin muka kayak gini. Rasanya pengen gue foto mukanya dan jadiin profil wa grup dokter rs.

"Gak apa-apa, dokter udah saya anggap kakak saya sendiri wajar kalo dokter berpikir begitu. Tapi saya mohon sama dokter buat kuatin saya dan buat saya percaya kalo suami saya masih hidup." Jawab gue yang buat dia senyum.

Dokter Jeonghan sebaik itu sama gue dan dia selalu mau dengerin cerita gue kalo gue lagi ada masalah begitu pun dengan dia kalo lagi ada masalah sama mbak Sowon dia cerita ke gue.

Bahkan gue ngerasa lebih deket sama dokter Jeonghan di bandingkan sama kak Jaemin kakak kandung gue sendiri.

Walaupun kadang dokter Jeonghan sama jailnya emang 11 12 sama kak Jaemin.















"(Y/n), ada waktu luang? Saya mau bicara serius."






°°°°

Siapa tuh yang ngomong?? Tau dah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa tuh yang ngomong??
Tau dah

Marriage Life with Mingyu [2] ⛔ IMAGINE KIM MINGYU SEVENTEEN ⛔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang