ML 35 (END)

706 91 8
                                    

PLAK!!

Satu suara tamparan yang nyaring mendarat di pipi kanan om Jaehyun. Gue udah geram selama ini karena dia yang terus kejar-kejar gue. Deketin gue karena mau di jadikan istrinya sedangkan dia tau gue udah ada suami.

Kalo dia berani sampek lamar kayak gini, berarti dia gak hargain gue dan menganggap suami gue udah gak ada.

UGD sekarang lagi rame karena tadi pagi ada kecelakaan yang cukup parah antara 2 mobil dan satu motor. Keluarga korban yang datang jenguk ada didepan UGD melihat kejadian gue tampar om Jaehyun.

"Saya rasa tamparan itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan anda." Jawab gue dingin lalu menatap marah ke arahnya.

Bisa gue liat orang-orang disana kaget dan membelalakan mata mereka termasuk mbak Oci yang ada di samping gue dengan satu tangannya menutup mulutnya.

"(Y/n)?!" Teriakan dokter Jeonghan bersama dengan mbak Sowon yang juga kayaknya liat kejadian tadi. Mereka sama-sama kaget.

Dokter Jeonghan jalan ke arah om Jaehyun dengan pandangan marah yang gue yakin, pasti dia mau hajar om Jaehyun lagi kayak waktu itu, tapi untungnya berhasil gue cegah dengan menahan lengannya lalu menghadang badan dokter Jeonghan.

Gue jadi gak enak sama mbak Sowon kalo gini kan.

"Udah dok, masalahnya udah selesai. Jangan tambah keributan lagi. Jangan sampek pimpinan tau." Kata gue dengan menenangkan dokter Jeonghan.

Beruntung dokter Jeonghan nurut dan langsung di hampiri mbak Sowon dengan mengeusap tangan suaminya itu.

Om Jaehyun bangun dari bertekuk lututnya lalu bangkit dan memasukan lagi kotak berisi cincin itu kedalam jasnya.

Gue mendekat ke arahnya yang menatap gue kesal, "Apa belum cukup malu? Om Jaehyun bahkan udah mempermalukan saya dengan setiap hari datang dan mendekati saya. Lebih baik om Jaehyun pergi dari sini, jangan tampakin diri depan saya lagi." Ucapan gue rasanya udah cukup menohok untuk dia, sampai dia gak bisa berkata apa-apa lagi.

"Jangan pernah menyesal telah menolak saya."

"Saya tidak akan menyesal." Jawab gue berani yang buat dia mendengus kasar lalu pergi dari sana.

Jelas dia malu karena di liat orang banyak di depan UGD sekaligus mantan bawahannya.

Gue balik badan dan menatap ke arah 2 sejoli yang lagi gandengan,"Dokter sama mbak Sowon bisa pulang kok, saya gak apa-apa sama mbak Oci nih." Kata gue seraya senyum untuk meyakinkan mereka bahwa gue baik-baik aja.

Gue berharap mbak Sowon gak berpikiran negatif deh tentang gue sama dokter Jeonghan. Karena kita beneran gak apa-apa cuma sahabat aja gak lebih.

"Kamu beneran gak apa-apa? Takutnya di jalan nanti dia balik lagi." Kata mbak Sowon dengan nada khawatirnya.

Gue senyum kikuk dan tetep bilang gak apa-apa  walaupun sebenarnya gue agak takut emang.

Setelah itu mereka berdua pamit menuju mobil mereka. Masih bisa gue liat dengan jelas keluarga korban kecelakaan yang tadi gue urus masih liat ke arah gue gak percaya. Mungkin mereka kaget liat gue yang tadi kalem dan lembut pas ngobrol sama mereka, dan sekarang keliatan beda.

Gue hanya melempar senyum ke arah mereka yang membuat mereka kembali ke aktivitas mereka.

°°°°

Sampai di rumah, gue liat ada sepatu pdl denga warna coklat muda semi kuning yang gue tau warnanya khas banget sama tentara daerah timur tengah yang tugas di daerah gurun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage Life with Mingyu [2] ⛔ IMAGINE KIM MINGYU SEVENTEEN ⛔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang