5

4.8K 554 79
                                    

Malam patroli terasa sangat dingin bagi Lan Wangji. Sudah beberapa bulan berlalu sejak tahun ajaran baru di Cloud Recess. Tidak ada yang berubah karena tidak ada Wei Ying di sana. Lan Wangji masih memikirkan cara untuk mencari keberadaan Wei Wuxian. Tapi dengan jadwal belajar Yunshen yang padat dan peringatan dari pamannya untuk hati-hati bertindak karena pengawasan dari sekte Wen membuat dia tidak bisa berbuat banyak. 

Dia tahu mata-mata Wen sedang berkeliaran di sekitar Gusu, selain memasukkan Wen Qing dan Wen Ning untuk belajar. Mereka pasti sedang mencari sesuatu. Lan Wangji tahu apa yang mereka cari. Tapi dia akan diam dulu untuk saat ini sampai leluhurnya Lan Yi menariknya untuk bertemu. Jika itu terjadi, jika tidak dia tidak tahu juga bagaimana.

Sebuah cahaya redup terbang ke arahnya berdiri. Cahaya itu berasal dari kunang-kunang kecil. Wangji mengerjap saat melihat kunang-kunang itu terbang dengan rendah. Entah dia berhalusinasi, tapi dia merasa serangga itu terbang terseok-seok.

Lan Wangji menadahkan tangan dan kunang-kunang yang lelah itu hinggap di sana. Kunang-kunang itu berkelip tiga kali. Sebuah penglihatan masuk ke pikirannya. Gambaran gubuk kecil yang gelap, cangkir teh kotor, dan rantai panjang dari sela-sela selimut.

"Fuqin!"

Wangji terkesiap, tentu saja serangga ini milik ayahnya. Dia menatap serangga itu lama.  Makhluk kecil itu tidak lagi bergerak dan seakan tertelungkup mati. Serangga ini mati setelah menyampaikan pesan. Wangji bergegas pergi ke gubuk ayahnya.

Jalan menuju ke sana di penuhi oleh rumput tinggi seakan tidak ada yang pernah lewat lagi. Saat tiba di gubuk ayahnya, halaman depannya begitu kotor. Terasnya penuh dengan serangga mati. Bahkan beberapa kunang-kunang dengan sinar redup berserakan.

Wangji mengetuk beberapa kali. Tidak ada jawaban dari dalam. Jadi dia membuka pintu. Ruangan gelap menyapanya. Aroma tidak sedap dari menyeruak. Lantainya lebih kotor dari yang di luar. Banyak serangga kecil sebesar semut, mungkin kunang-kunang. Juga beberapa serangga besar seperti kumbang, kupu-kupu besar dan tonggeret. Semua mati di lantai.

Wangji bergegas mendekati satu-satunya tempat tidur di sana.

"Fuqin!"

Ruangan terlalu gelap untuknya, jadi dia menarik pedangnya sedikit hingga cahaya biru menyinari. Wajah kurus dengan mata cekung berada di tempat tidur. Matanya terpejam rapat dan tidak bergerak seperti seorang pria tua yang telah lama meninggal. 

Wangji merasa terguncang. Dia menyeka selimut untuk mencari nadi di leher orang itu. Leher kurus seperti ranting yang rapuh di lingkari oleh besi kokoh. Mata Lan Wangji terbelalak, leher ayahnya di pasung. Wangji kembali menakan jarinya ke kulit leher. Dia mencari nadi dengan bantuan spiritualnya. Ada berdenyut dengan sangat lemah. 

Dia menarik selimut hingga terbuka semua. Leher, kedua kaki dan tangan semuanya di rantai. Wangji tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Terakhir kali dia menemui ayahnya, hanya ada satu rantai yang melilit kaki. Dia belum bisa memproses ini semua dengan benar. Tapi yang dia tahu saat ini adalah menyelamatkan ayahnya. Wangji menarik bichen keluar dan memutuskan semua rantai itu. Dia menggendong ayahnya dengan hati-hati di kedua tangan. Bahkan tidak terasa berat sama sekali. Wangji menggertakan gigi menahan emosi hati. Dia melesat keluar dari gubuk itu.

Malam sudah terlalu larut untuk semua orang. Bagi sekte Lan bahkan sudah jam tidur. Wen Qing sedang membaca beberapa gulungan medis yang dia bawa saat suara pintu asramanya diketuk dengan brutal. Wen Ning tidak mungkin melakukan itu karena dia anak baik. Siapapun orang ini pasti dalam keadaan genting. Jadi Wen Qing bergegas ke depan.

"Lan Er Gongzi?"

Dari berbagai macam orang yang ada di Gusu, Wen Qing tidak pernah bermimpi akan di datangi salah satu dari Kembar Giok. Jika seorang seperti tuan muda Jiang, mungkin dia akan maklum karena terlihat sekali pemuda itu menaruh hati padanya. 

Don't Mess Up With HanGuang JunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang