19

2.5K 299 50
                                    

"Wei Ying."

"Iya?"

Lan Wangji dan Wei Wuxian kini sudah berpindah ke Demon Slaughtering Cave milik Wei Wuxian. Mereka tidak mungkin bersantai-santai ria di rumah Luo Yunxi. Master itu akan mencekiknya dan menenggelamkan mereka di kolam darah nanti.

"Tentang yang dikatakan Lord Hua. Apa maksudnya kau terlihat lebih utuh?"

Lan Wangji bisa melihat senyum Wei Ying terlihat lebih kaku. Dia jadi menatapnya curiga. Wei Ying langsung mencoba menghindari tatapannya.

"Um, saat aku mati..."

Tubuh Lan Wangji tegang. Wei Wuxian yang menyadarinya mengelus tangan soulmatenya halus. Pembicaraan soal kematian Wei Wuxian bagaikan hal tabu. Lan Wangji masih menyesali dirinya yang tidak bisa menolong kekasihnya lebih.

"Saat aku pergi, jiwaku tiba di sebuah tempat bernama Ghost City. Kota itu milik Hua Cheng. Aku terlalu lemah dan ditemukan oleh Hua Cheng. Dia bilang api jiwaku sudah rusak dan dapat menghilang tertiup angin. Dia agaknya kasihan padaku dan membantuku mengumpulkan kepingan jiwaku." Wei Wuxian berbicara dengan nada kecil seperti takut Lan Wangji akan bersedih jika mendengarnya terlalu jelas. "Tempat itu tidak berada di dekat sini. Oh aku baru tahu kalau itu berada di dimensi lain."

'Karena itu kau tidak menjawab inquiry-ku.' batin Lan Wangji dalam .

Lan Wangji kembali teringat masa lalu. Hari-hari punggungnya berdarah dan hatinya dingin. Hari-hari dia mengharap satu nada di getaran senar guqinnya yang menjawab atas nama Wei Ying. Hari di mana dia duduk di paviliun perpustakaan dan berharap seseorang memanggilnya 'Lan Zhan' untuk mendapatkan atensinya.

Lan Wangji tenggelam dalam pikirannya sampai dua buah tangan hangat menangkup pipinya. Saat fokus matanya kembali, dua buah iris berwarna silver layaknya bulan yang cantik menatapnya. Senyuman hangat dari bibir plum yang tebal memanggil namanya.

"Er gege, Lan Zhan, jangan bersedih. Yang sudah terjadi tidak perlu diingat-ingat lagi. Aku di sini sekarang. Aku tidak akan kemana-mana."

Lan Wangji tidak menjawab dengan suara. Dia menarik tubuh hangat kekasihnya ke dalam pelukan. Kepalanya dia benamkan untuk menghirup aroma manis yang hanya Wei Ying miliki. Dia merasakan usapan di kepalanya dan tawa kecil di telinganya.

Benar, Wei Ying di sini bersamanya sekarang.

....................................................................................................................................

Aula untuk rapat terasa sangat dingin. Bukan dingin dalam artian udara, tapi dingin dalam artian suasana. Luo Yunxi mengajak Ketua Sekte Jiang. Masalahnya tidak hanya Jiang Fengmian saja yang datang. Madam Yu dengan harga dirinya yang tinggi muncul di ruangan itu. Tentu saja residen pengajar di sana menjadi tidak bersahabat. Tangan mereka berdenyut ingin menggapai pedang karena merasa waspada. Khawatir jika tiba-tiba wanita itu menyerang.

"Apa lagi yang ditunggu? Kenapa mereka belum mulai?" gerutu matriak Sekte Jiang itu.

DengLun bisa melihat Luo Yunxi menahan umpatan dengan menyesap tehnya. Bibir Master itu berkedut hanya dengan mendengar suara Yu Ziyuan. Dia tidak menyalahkan Master itu. Di dunia ini, Master Luo yang paling mengetahui sejauh apa kekerasan yang dialami Wei Wuxian. Dia melakukan empati agar bisa mencari tahu seberapa dalam trauma yang tidak di treatment dengan baik. Lan Wangji juga belum tentu tahu separah apa hidup Wei Wuxian selama dalam asuhan keluarga Jiang. Tapi di dunia ini Wei Wuxian tidak dibesarkan oleh keluarga Jiang. Setidaknya anak itu sedikit terlindungi dari kerusakan mental yang akan dia dapatkan.

Ah tidak juga, masih ada Jiang - brengsek- Fengmian yang gila melakukan hal menjijikan saat Wuxian tidur. Yu Ziyuan juga masih dendam pada Wei Wuxian padahal orangnya bahkan tidak hidup untuk menjadi bayang-bayang orang tuanya. Mereka sama sekali tidak menjadi lebih baik.

Don't Mess Up With HanGuang JunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang