9

4.8K 477 172
                                    

WARNING!

Baca setelah buka puasa oke 😉

Lan Wangji yakin tidak akan butuh waktu lama sampai Qishan Wen menyerang Gusu setelah selesainya pertandingan memanah. Maka dia semakin mempersiapkan diri. Dia bersama kakaknya sudah menduplikasi buku-buku di perpustakaan Gusu dengan talisman khusus. Talisman itu dikirim Wei Ying bersama surat untuk Lan Wangji. Talisman itu mempercepat proses penduplikasian. Kecuali beberapa buku yang tidak bisa diduplikasi karena sihir atau kutukan yang dipasang di buku tersebut.

Lan Wangji telah menyarankan latihan evakuasi dan memperkuat pelindung Gusu. Dia juga menyarankan membuat patroli ketat untuk memperketat keamanan.

"Kau tidak perlu khawatir Wangji. Pelindung Gusu sudah sangat kuat. Tidak perlu menambah patroli."

"Tapi Qishan Wen..."

"Qishan Wen tidak akan melakukan apa-apa. Kita tidak bermasalah dengan mereka. Kau bilang Yin metal juga sudah ditangani bukan. Jadi tidak ada alasan untuk mereka menyerang kita."

"Tapi.."

"Jangan berprasangka buruk pada orang lain!" pamannya mengucapkan salah satu peraturan Gusu. "Dengarkan kata orang yang lebih tua." satu aturan lagi diucapkan.

Lan Wangji tidak bisa menahan kekesalannya. Dia tahu pamannya orang yang sulit. Tapi menganggap pelindung Gusu sekuat itu untuk menahan bala tentara pasukan Wen adalah sikap yang sangat arogan. Menjadi arogan itu dilarang. Mereka tidak punya masalah dengan Qishan Wen tidak berarti mereka tidak akan diserang. Pemikiran yang sangat naif. Dia sudah mengalaminya sekali di masa lalu. Dia tidak mau mengalaminya lagi.

Lan Wangji pergi dengan menggertakan gigi. Dia tidak peduli sebentar lagi akan masuk jam malam. Dia pergi ke Hanshi untuk bertemu orang yang mengerti dirinya.

Ayahnya sudah bisa berjalan sendiri dan menggerakan tangan. Dia masih tidak bisa bicara. Tapi Lan Wangji sangat bersyukur melihat ayahnya bergerak.

Qingheng-jun sudah menanggalkan jubah terluarnya. Pakaiannya masih rapi sesuai standar Gusu. Saat melihat wajah frustasi Lan Wangji, Qingheng-jun segera menariknya ke tempat tidur. Qingheng-jun duduk bersandar di kepala tempat tidur. Pahanya dia berikan pada putra bungsunya untuk dijadikan alas kepalanya. Tangannya bergerak menyusuri rambut hitam malam putranya.

Lan Wangji memejamkan mata menikmati perlakuan lembut itu. Dia memejamkan matanya sambil tangannya menyusuri motif bordiran awan yang ada di pakaian ayahnya. Mereka diam dalam kenyamanan itu.

"Wangji."

"Xiongzhang."

Kakaknya baru kembali dari apapun tugas yang dilakukannya. Lan Wangji jadi menyesal pergi bicara dengan Lan Qiren sendirian. Dia seharusnya menunggu kakaknya kembali agar bisa meyakinkan pamannya bersama. Kakaknya lebih jago dalam kata-kata.

Lan Wangji melihat Lan Xichen melepas jubah luarnya. Gerakannya anggun dan tanpa cela. Kakaknya bahkan melepaskan penahan rambutnya hingga rambutnya terurai bebas. Dia terlihat sangat rileks.

Lan Xichen meraih penahan rambut besi milik adiknya dan membantu melepasnya. Dia kemudian menyisir rambut Lan Wangji.

"Xiongzhang..."

"Tenang Wangji. Kakak akan bicara lagi dengan paman. Aku akan membujuknya menyetujui permintaanmu."

Walaupun Qingheng-jun sudah keluar dari pengasingan, dia belum bisa kembali mengemban tugasnya sebagai Ketua Sekte karena kondisinya. Jadi pamannya masih memegang kuasa untuk keputusan di sekte.

"Tidurlah di sini. Aku yakin ayah akan sangat senang kau menginap."

Lan Wangji melihat bibir ayahnya melengkung naik. Matanya berbinar cantik. Lan Wangji melepaskan jubah terluarnya tanpa menanggalkan pakaian formalnya.  Dia melihat Lan Xichen dengan telaten melepaskan pakaian ayahnya hingga hanya menggunakan zongyi putih saja.

Don't Mess Up With HanGuang JunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang