Lan Wangji tidak menyangka dia akan berhasil melakukan ritual itu. Hal yang mengejutkan adalah dia kembali jauh ke masa lalu. Dia berharap dia kembali ke masa saat Wei Ying masih belajar di Yunshen Bushi Zu. Tapi dia malah datang ke masa ibunya masih ada.
Mata keemasan miliknya menatap sendu wajah kedua orang tuanya yang tertidur. Wajah ibunya adalah cerminan wajah seorang ibu yang lembut. Dulu dia samar-samar mengingatnya setelah dewasa. Hanya menyimpan kenangan jahil ibunya yang berusaha membuatnya tersenyum.
Saat Wangji menatap ayahnya, sorot matanya semakin sedih. Pada masa mudanya Lan Wangji beruntung memiliki privilage untuk dapat menemui ibunya satu kali dalam setiap bulan. Tapi ayahnya, bisa dihitung jari pertemuannya selama satu tahun.
Ayahnya mengasingkan diri dari sejak orang tuanya menikah. Dia dan kakaknya dibesarkan oleh pengasuh sekte sebelum bisa diberikan pada pamannya. Tidak ada yang mau menceritakan tentang ayahnya. Dia hanya tahu ayahnya seorang ketua sekte yang mengasingkan diri. Jabatan ketua sekte seharusnya sudah tidak lagi dipegang olehnya karena secara teknis semua urusan sekte dijalankan pamannya.
Satu-satunya yang dia tahu tentang ayahnya adalah kemampuannya dalam bermusik. Pamannya selalu berkata Qingheng Jun adalah jenius musik. Alat musik favoritnya adalah guqin. Mungkin itu salah satu alasan bagi Wangji kecil memilih belajar guqin untuk mencoba terhubung dengan ayahnya. Saat umurnya tujuh tahun, pamannya membawa hadiah sebuah guqin, yang kemudian dikatakan sebagai hadiah dari ayahnya.
Lan Wangji menatap tangan ayahnya dengan jari-jari kapalan yang kurus. Dia tidak ingat bahwa wajah ayahnya sangat tirus, seperti orang yang sakit. Dia juga tidak ingat betapa pucat kulit ayahnya atau betapa cantiknya garis wajahnya. Orang-orang selalu berkata bahwa dia dan kakaknya adalah kembar giok yang tampan dan cantik secara bersamaan. Tapi dia rasa ayahnya adalah sosok yang berbeda, sosok ethereal.
Keindahan seorang Lan yang sesungguhnya adalah ayahnya. Kenapa tidak ada yang melukiskannya?
Mata keemasan itu kini memandang sekitar. Kamar ayahnya sangat kecil dibandingkan jingshi miliknya. Bahkan tidak ada ruang duduk untuk menerima tamu. Pengasingan ayahnya lebih menyesakkan dibandingkan dirinya. Ayahnya bahkan melakukannya hingga napas terakhirnya.
"Kau sudah bangun nak."
Lan Wangji tidak sadar dia melamun. Ayahnya duduk dan mengusap kepalanya. Emosi Wangji berkecamuk, dia tiba-tiba ingin menangis. Apa ini efek menjadi anak kecil kembali?
"Xiongzhang. Sudah waktunya." ujar pamannya.
Ayah dan ibunya tidak mengucapkan sampai jumpa lagi. Mereka hanya tersenyum tanpa kata. Apa kedua orang tuanya dulu selalu seperti ini?
Tidak ada salam perpisahan maupun ucapan semoga bertemu kembali.
.........................,..........,...................................
Lan Wangji dikembalikan ke kamarnya sebelum hari gelap. Bukan jingshi, kamarnya masih bersebelahan dengan kakaknya. Lan Xichen pergi setelah memastikan adiknya aman di kamarnya.
Tuan muda kedua Lan diam berpikir. Jika dia berumur delapan tahun sekarang itu berarti satu tahun sebelum ibunya pergi. Dulu pamannya tidak berkata ibunya telah meninggal. Pamannya hanya berkata agar dia tidak perlu lagi menemui ibunya.
Dapatkah dia mengubah takdir agar ibunya tetap hidup dan melihatnya bersama Wei Ying?
'Wei Ying!'
Benar juga, saat berumur delapan tahun Wei Ying sudah kehilangan kedua orang tuanya. Sekarang dia mungkin di Yilling atau sudah ditemukan oleh Ketua sekte Jiang. Bagaimana cara dia mengeceknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Mess Up With HanGuang Jun
FanficGambar cover by IG: @narumi_febrian Edit cover by me with Canva.com Jangan comot cover saya ya. Saya commision khusus untuk fanfic ini. Lan Wangji, sang HanGuang Jun ternama yang di kenal dunia kultivasi sebagai seorang kultivator kuat yang menjunju...