Tour?

14K 960 102
                                    

HI guys! This is my first fanfiction! I hope you guys like it. And give me vote and comments. Dan karena cerita ini sudah end, bukan berarti kalian gak ninggalin vomments. Vomments tetap jalan ya guys. Thank you xx

***

Hazel Chloe Horan.

Sekarang ini, ia sedang menunggu kedatangan kakakknya dari Inggris. Sambil menunggu kakaknya datang, ia memutuskan untuk pergi ke Starbucks untuk menyeruput segelas cokelat panas--karena ia merasa dingin sore ini. Di Starbucks ia memilih untuk mengambil tempat di pojokan, karena menurutnya di pojokan itu sangat tenang. Setelah cokelat panasnya datang, ia langsung menyeruputnya sambil meniup-niupnya pelan. Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Hazel dan hampir membuat cokelat panas yangdipegang Hazel tumpah. Untung saja Hazel masih bisa mengontrol pegangan gelas di tangannya. Hazel kemudian menoleh ke arah orang yang menepuk pudaknya tadi.

"Niall?!" seru Hazel tidak percaya ketika melihat kakaknya. Niall tersenyum melihat Hazel. "Kau tidak mau memeluk kakakmu yang tampan dan cute ini?"

Niall dengan pedenya berkata seperti itu--tapi memang, Niall itu tampan dan cute. Tanpa ia bilang saja, kenyataan sudah mengatakannya terlebih dahulu. Kemudian, Hazel menghambur ke dalam pelukan Niall yang sangat hangat. Siapapun yang dipeluknya pasti akan nyaman.

"Oh, I miss you much, Nee," gumam Hazel yang masih dalam pelukannya.

"Me too, lil girl," bisik Niall tepat di telinga Hazel. Kemudian, ia melepaskan pelukannya. "Kau mau langsung pulang atau mau minum dulu, atau bagaimana?" tanya Hazel.

"Kita pulang saja. Aku benar - benar merindukan rumah," jawab Niall.

"Baiklah. Ayo kita pulang!" Hazel pun menyaut tasnya di atas meja, kemudian pulang ke rumahnya bersama Niall.

***

"Hazel?" panggil Niall dari luar kamar milik Hazel. "Ada apa, Nee?" sahut Hazel yang masih bergelayut di ranjang super empuknya.

"Can I come in?" tanya Niall. "Of course, Nee. Pintunya tidak kukunci," jawab Hazel.

Niall kemudian masuk ke dalam kamar Hazel dengan segelas cokelat panas di tangannya. Karena melihat Hazel dengan posisi tengkurap di atas ranjang, Niall memutuskan untuk duduk di pinggiran ranjang milik Hazel.

"Ini untukmu, minumlah. Aku tahu kau suka cokelat panas," ucap Niall seraya menyodorkan segelas cokelat panas itu kepada Hazel. Tapi sebelumnya, Hazel mengubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk di samping Niall.

"Terima kasih," ucap Hazel, kemudian menyeruput cokelat panas, lagi. "Sama - sama," balas Niall sambil mengusap pelan puncak kepala Hazel.

"Jadi, apa tujuanmu datang ke kamarku?" tanya Hazel to the point.

"Memangnya aku tidak boleh datang ke kamarmu, yah?" tanya Niall balik. Hazel mendesah pelan. " Bukan, bukan itu maksudku. Yah, tentu saja kau boleh. Tapi tak biasanya kau datang, apalagi dengan membawa segelas cokelat panas untukku," jelas Hazel.

Niall terkekeh kecil mendengar penjelasan Hazel. "Aku hanya bercanda, Haz. Jadi, kita to the point saja?" Hazel pun mengangguk.

"Begini, apakah kau tertarik untuk ikut denganku ketika tour nanti?" tanya Niall yang langsung to the point atas permintaan Hazel.

Hazel menautkan kedua alisnya. "Tour?"

"Iya, tournya One Direction? Kau mau ikut tidak denganku?" tawar Niall.

Hazel terlihat seperti berpikir sesuatu. Jika ia ikut dengan Niall, kuliahnya bagaimana? Namun, di sisi lain ia sangat mau ikut dengan Niall. Tak ada kesempatan lagi untuk berkeliling dunia buatnya kecuali kesempatan kali ini. Ia harus menggunakan kesempatan ini untuk bisa mencoret salah satu impiannya yang ia tulis.

"Bagaimana dengan kuliahku jika aku ikut denganmu?" tanya Hazel sambil menatap Niall. "Itu urusan yang mudah diatur, Haz. Intinya sekarang adalah kau mau ikut denganku atau tidak?"

"Aku akan ikut denganmu. Tap--"

"Tapi apalagi, Haz?" Niall memotong ucapan Hazel membuat Hazel mendengus kesal. "Kau memotong ucapanku," protes Hazel kesal.

"Baik, maakan aku."

"Bagaimana dengan mom and dad? Apa mereka sudah tahu?" tanya Hazel yang mengingat kedua orang tuanya--walaupun mereka hanya orang tua angkat Hazel.

"Mereka sudah tahu, dan mereka mengizinkanmu, Haz. Mereka juga tahu kalau kau punya impian untuk berkeliling dunia. Dan tak lama kau akan meraihnya bersamaku," jelas Niall membuat Hazel langsung memeluknya.

Hazel tak menyangka ia memiliki kakak yang super duper baik seperti Niall. Seorang kakak yang ingin melihat adik angkatnya bahagia dengan membantunya meraih impian - impiannya. Awalnya, Hazel mengira bahwa Niall akan membencinya karena dirinya hanyalah anak angkat dari keluarga Horan. Tapi, Hazel salah besar. Ia malah disayangi oleh Niall, sangat disayangi. Dan mendapat kasih sayang yang selayaknya didapatkan olehnya dari kedua orang tua angkatnya.

Niall membalas pelukan adiknya itu seraya berkata, "Are you okay?"

"No, I mean yes. I'm okay, Nee. Sungguh, aku sangat senang kau mengingat impianku dan kau mau membantuku untuk meraihnya," gumam Hazel. Saat itu juga, Niall mengembangkan senyumnya. "Aku takkan pernah melupakannya, Haz. Bukankah kau menulis semua impianmu itu bersamaku? You remember that?"

"Of course. Aku takkan pernah melupakan momen itu, Nee."

"Jadi ... kau benar - benar mau ikut denganku?" tanya Niall untuk memastikan. Kalian pasti tahu jawaban Hazel.

"Tentu saja aku mau, Nee!"

***

Her name is Hazel Chloe Horan. Hazel lebih muda setahun dari Niall, atau lebih tepatnya dia berumur sembilan belas tahun. Hazel memiliki mata biru yang sama indahnya dengan mata milik Niall. Rambutnya panjang berwarna coklat, tingginya hampir sama dengan Niall, dan kulitnya putih bersih layaknya snowhite. Jadi tak jarang lelaki di kampusnya sering mencuri pandang ke arahnya.

Di sisi lain, Hazel itu orang yang cuek, terkadang bersikap dingin, dan sangat ceroboh. Namun, dibalik semua sikapnya itu, Hazel memiliki sifat dan sikap yang baik, sopan santunnya terjaga, dan dia sebenarnya lembut seperti kapas. Hanya saja, Hazel menampakkan sisi baiknya di depan orang terdekatnya. Tentu saja Hazel memiliki alasan untuk hal tersebut.

Hazel bisa menjadi bagian dari keluarga Horan, karena Niall tidak sengaja menemukannya di sebuah pemakaman saat usia Hazel baru menginjak sembilan tahun. Dan Hazel berkata kalau kedua orang tuanya sudah meninggal, dan tak satupun keluarganya yang mau mengurus keberadaannya. Jadilah, keluarga Horan mengadopsinya, dan memberinya kenyamanan suatu keuarga pada Hazel. Dan alasan lainnya, keluarga Horan sangat ingin memiliki anak perempuan yang manis seperti Hazel kecil dulu.

***

So, this is the first chapter! How do think about this chapter? Need your comment, guys. And your vote too haha.

Thanks for reading, by the way xx

zazahoranxx

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang