Like a date

6K 678 29
                                    

New York City.

Di sinilah mereka berada. Di kota yang dinyatakan sebagai kota terbesar di dunia. Betapa senangnya Hazel ketika menginjakkan kakinya di JFK Airport. Menghirup udara segar yang menerpa dirinya. Dan betapa senangnya Niall melihat adiknya yang begitu menikmatinya. Sama seperti kemarin, Hazel terus mengucapkan terima kasih pada Niall sambil berbisik. 

Setelah dijemput oleh kru di bandara, mereka melesat menuju basecamp yang sudah disediakan manajemen One Direction. Kenapa bukan di apartemen atau hotel? Mereka akan di NYC selama dua satu bulan. Ya, waktu yang cukup lama. Banyak jadwal mereka yang akan diselenggarakan di Amerika, terutama di NYC. 

Setelah beberapa menit, mereka semua sampai di basecamp yang dimaksud. Basecampnya lumayan besar dan sangat nyaman untuk dihuni. Di dalamnya sudah disediakan semua barang - barang yang mereka butuhkan, termasuk bahan makanan dan snack yang banyak untuk Niall. Di basecamp itu, terdapat beberapa kamar dan sudah ditentukan di mana mereka akan tidur. Satu kamar untuk Hazel seorang diri, satu kamar untuk Niall, Zayn, dan Liam, dan satu kamar lagi untuk Louis dan Harry. Nama mereka sudah terpampang secara jelas di depan pintu kamar masing - masing, sehingga mereka tidak perlu memilih - milih lagi.

Hazel memasuki kamarnya yang memang didesain untuk seorang gadis seumurannya. Manajemen sudah mengatur semuanya agar Hazel nyaman berada di kamarnya, walaupun jarang menempati kamar tersebut karena jadwal yang begitu padat. Di kamarnya, Hazel merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit - langit kamarnya sambil memikirkan kehidupannya ke depan, karirnya nanti bagaimana, dan kuliah yang ditinggalkannya. 

Kuharap tidak ada haters yang menyambutku nanti...

Di sisi lain, Niall dan keempat sahabatnya langsung tepar di atas ranjang mereka. Well, perjalanan dari London ke NYC bukanlah perjalanan yang dekat. Tetapi, setelah beberapa menit, Zayn bangkit dari posisi baringnya menuju ke ruang santai untuk menonton berita hari ini. Tapi sebelumnya, ia melewati kamar Hazel yang pintunya terbuka lebar, sehingga dirinya bisa melihat Hazel yang terbaring di atas ranjang sambil menatap langit - langit kamarnya.

Dengan berani, Zayn masuk ke sana, kemudian duduk di pinggiran ranjang lalu menyandarkan bahunya di punggung ranjang tersebut, dan membuat Hazel terkejut.

“Apa yang kau lakukan di sini?”

“Entahlah. Aku hanya mencari teman saja. Yang lainnya sudah tepar dan kemungkinan besar mereka tidak akan bangun sampai besok pagi.”

Hazel menautkan alisnya. “Well, aku mau bertanya padamu.”

“Bertanya apa?” tanya Zayn yang terlihat bingung. “Katanya Niall, kau sedang memiliki masalah. Kalau boleh aku tahu, masalah apa itu?”

“Kau benar – benar ingin tahu? Bukannya kau membenciku?” tanya Zayn balik.

Hazel mendengus kesal, lalu bangun dari posisinya yang masih saja telentang menghadap ke langit – langit kamarnya. “Biar kujelaskan. Aku itu jarang membenci siapa – siapa, bahkan aku tidak pernah membenci siapa – siapa. Aku hanya kesal padamu waktu itu, jadi ya aku bilang kalau aku membencimu. Tapi sebenarnya, aku tidak membencimu, kok.”

Zayn hanya manggut – maggut mengerti. “Baiklah, karena kau tidak membenciku aku akan memberitahumu.”

Apakah aku menceritakan saja masalahku dengan Perrie pada Hazel? Kulihat – lihat, dia anak baik yang bisa menjaga rahasia. Kurasa begitu…

Zayn kemudian menghela nafasnya. “Aku putus dengan Perrie.”

Sontak Hazel membelakkan matanya, tidak percaya akan ucapan Zayn barusan. Hazel berpikir kalau Zayn itu hanya bercanda, tapi setelah dipikir – pikir kembali, Hazel percaya pada ucapan Zayn karena terlihat jelas dari wajah Zayn yang begitu gusar kemarin malam.

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang