Hard Choice

7.9K 689 129
                                    

Seiring berjalannya waktu, penyakit Hazel semakin parah. Hampir setiap hari hidungnya mengeluarkan darah segar dalam jumlah yang banyak. Kini, kondisi Hazel semakin melemah dan sel – sel kankernya mulai berjalar menuju organ tubuhnya yang lain. Louis dan Eleanor ingin sekali jika Hazel menjalankan kemo selama menunggu darah yang datang, tapi Hazel tidak mau. Hazel belum siap menerima efek samping dari kemonya. Bahkan Hazel sempat berkata kalau dirinya memang hanya sampai di sini tak apa.

“LEWIH! AKU DAPAT KABAR GEMBIRA!” teriak Eleanor di saat menghampiri Louis.

“Kabar apa, babe?” tanya Louis penasaran.

“Aku dapat darah yang cocok untuk Hazel!” seru Eleanor.

“Seriously?! Oh my god!”

“Ayo kita ke rumah sakit, Lou! Hazel harus sembuh!” Eleanor menarik tangan Louis agar bangkit dari duduknya. Selanjutnya, mereka pun melesat ke rumah sakit.

Tapi, seseorang menguping pembicaraan Louis dan Eleanor…

“Darah untuk Hazel? Hazel sakit apa?”

***

Di rumah sakit, Hazel tersenyum senang saat Louis memberitahu kabar yang sangat baik untuknya. Tapi, senyumannya langsung pudar karena mengingat ada konser yang mereka laksanakan di O2 Arena besok. Bagaimana dirinya bisa transifusi darah malam ini jika besok pagi dirinya harus berlatih sebelum konser?

Tiba – tiba Louis dan Eleanor datang dan membuat Hazel tersadar dari lamunannnya.

“Guys, aku senang bisa mendengar kabar baik dari kalian. Tapi, aku tidak bisa malam ini.” Hazel menundukkan pandangannya.

“Kenapa, Haz? Aku tidak tega melihatmu sakit seperti ini,” ucap Eleanor.

“Guys, kalian lupa yah? Besok kita akan konser di O2 Arena,” ingat Hazel.

Louis langsung menepuk pelan dahinya. “Astaga, bagaimana bisa aku melupakannya? Oh God! Jadi, bagaimana denganmu?”

“Dan bagaimana dengan konser kita?” Hazel malah balik bertanya.

“Lou, aku tahu ini pilihan yang sangat sulit untuk kalian berdua apalagi untukku. Aku masih bisa main besok, kok. Cuci darah dan transifusinya bisa setelah konser, kan?”

Eleanor langsung memeluk Hazel. “Kau tahu, ini sangat berbahaya untukmu. Kau tidak boleh meremehkan keadaanmu sekarang. Lihatlah, tubuhmu sudah sangat kurus, dan wajahmu sangat pucat.”

“Ya, Eleanor benar. Konser kita bisa dibatalkan, kok,” tambah Louis.

“Tidak, Lou. Aku sudah tanya Liam, konsernya sudah tidak bisa dibatalkan. Tak apa, guys, aku masih sanggup, kok,” bantah Hazel.

“Kesehatanmu lebih penting daripada konser kita, Haz. Pikirkan hal itu baik – baik. Kami hanya tidak ingin melihatmu terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit lagi.”

Hazel menghela nafasnya, “Guys, aku tahu itu. Aku hanya tidak ingin membuat directioners kecewa dengan kita. Aku tidak mau jadi orang yang egois. Pasti Niall akan marah besar jika aku tidak bisa. Ayolah, guys.”

“Hazel, ini bukan masalah egois atau tidak. Kesehatanmu itu lebih penting daripada konser kita. Sudah berapa kali aku beritahu, Haz.”

“Louis William Tomlinson. Aku tak peduli dengan kesehatanku. Kau tahu, aku lelah hidup, Lou. Jika kehidupanku hanya sampai di sini, aku bisa terima itu, Lou. Setidaknya, aku bisa merasakan satu konser lagi sebelum aku benar – benar pergi.”

Louis langsung memeluk Hazel dan terisak, “Jangan pernah berkata seperti itu lagi, Haz!”

“ Kalau begitu, izinkan aku bermain besok.”

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang