A little fight

5.6K 724 46
                                    

Well, aku mau bilang banyak terima kasih buat active readersku yang selalu ngasih komentar yang LUAR BIASA. Komentar - komentar kalian buat aku jadi semangat nulis lhoo. And thank you so much, much, much, and more:*:*:*

***

Hari ini merupakan hari terakhir One Direction di London sebelum mereka menjalankan tournya. Dan hari ini juga Josh tidak datang ke studio, sementara One Direction harus latihan sebelum pergi besok. Mereka semua resah terhadap Josh yang tidak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Hazel dan Danny pun begitu. Mereka berdua takut jika penyakit Josh kambuh lagi. Menurut mereka berdua, yang kain harus tahu tentang Josh sekarang.

"Guys?" panggil Hazel. Semuanya langsung menoleh ke arah Hazel.

"Ada hapa, Haz?" sahut Liam mewakili semuanya.

"Kami ingin memberitahu kalian sesuatu," ucap Danny.

"Apa itu?" tanya Louis.

Danny kemudian menghela nafas, lalu menatap Hazel. Sedangkan Hazel memberi tatapan beritahu-mereka-saja pada Danny.

"Well, maafkan aku dan Hazel karena baru memberitahu kalian tentang ini. It's about Josh."

Tiba - tiba mereka semua membelakkan matanya. "Ada apa dengan Josh?" 

Hazel menghela nafasnya, lalu menjelaskan semuanya tentang Josh. All 'bout Josh. Mulai dari penyakit yang dideritanya, perawatan rutin yang harus dijalaninya, sampai permintaannya untuk berhenti menjadi drummer One Direction. Hazel menceritakan semuanya dengan jelas, dan sedikit tambahan dari Danny. Mereka yang mendengarkan penjelasan Hazel dan Danny hanya bisa menahan tangisnya pecah. Bagaimana tidak? Josh sudah bersama dengan mereka sejak tiga tahun dan akhirnya harus sesedih ini.

"This is not possible!" 

"Jadi, bagaimana dengan tur kita nanti?" tanya Harry yang terlihat panik.

"Aku juga tidak tahu. Dan sepertinya tur ini sudah tidak bisa diundur lagi. Semua tiket konser kita sudah terjual habis dan tak mungkin kita mengecewakan para Directioners. Dan yah, tak mungkin juga kita meinggalkan Josh yang sedang sakit," jelas Liam. Semuanya mengangguk setuju dengan penjelasan Liam.

Danny kemudian membuka suara. "Guys, aku sudah membahas masalah tur kita nanti dengan Josh. Josh bilang, kita harus tur tanpanya."

"Bagaimana bisa? Josh itu bagian dari One Direction dan tak mungkin kita meninggalkannya. Tak mungkin juga kita bisa tur tanpanya," sangkal Zayn.

"Josh bilang dia sudah menemukan penggantinya. Jadi, tak apa jika kita tur tanpanya. Tapi jujur sih, aku juga tidak bisa meninggalkannya," jelas Danny.

"Siapa penggantinya? Apakah dia sehebat Josh?" tanya Niall.

Tentu saja, Niall. Dia bahkan lebih hebat dari Josh menurutku, batin Danny.

"Tanyakan saja pada Josh. Dan masalah hebatnya, kita akan tahu nanti," jawab Danny.

Hazel sedari tadi tidak memperhatikan pembicaraan Danny dan yang lainnya, dia justru sibuk dengan ponselnya. Dia sedang sibuk bertukar pesan dengan seseorang. Sampai akhirnya...

"Guys, Josh meminta kita untuk menemuinya. Dan katanya, kita harus membawa uncle Simon!" seru Hazel.

Semua yang mendengarnya melongo tidak mengerti dengan ucapan Hazel. Hazel terpaksa menjelaskannya secara detail pada mereka. "Jadi begini, Josh ingin membicarakan sesuatu pada kita semua termasuk uncle Simon. Dan mungkin, hal yang ingin dibicarakannya begitu penting. Tentang tur kalian, mungkin?"

"Kenapa kau tidak bilang daritadi?" protes Harry yang baru saja connect.

Hazel seketika membulatkan matanya. "Kau bilang apa? Kenapa aku tidak bilang daritadi? Hello, Mr. Styles, aku sudah mengatakannya tadi, tapi dengan singkat agar aku tidak boros dalam berbicara. Seharusnya kalian sudah mengerti apa yang kuucapkan awalnya," semprot Hazel.

"Wow, calm down, lil girl. Baiklah, ayo kita menemui Josh. Dan kau Zayn, tolong hubungi uncle Simon untuk segera menemui kita di rumah Josh," ucap Niall sambil beranjak dari duduknya. Zayn hanya mengangguk mengiyakan Niall, kemudian menelfon uncle Simon.

***

Di sepanjang perjalanan, Hazel sibuk dengannya permainan yang ada di iPadnya, Harry sedang fokus menyetir, Louis dan Liam sibuk dengan nintendonya masing - masing, Niall sibuk dengan beberapa chipsnya, dan Zayn sibuk dengan ponselnya. Sepertinya, Zayn sedang bertukar pesan dengan kekasihnya.

Tidak lama, Zayn menoleh ke arah Hazel yang duduk tepat di samping kirinya. "Apa yang kau mainkan?"

Hazel tak menghiraukan Zayn, dia tetap fokus pada layar iPadnya. Zayn yang kesal tidak dihiraukan langsung merampas iPad yang dipegang Hazel. 

Hazel otomatis terkejut. "ZAYN APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU MEMBUATKU KALAH!"

"Hazel, pelankan suaramu! Aku tidak bisa fokus menyetir," tegur Harry, namun tidak dipedulikan oleh Hazel.

"Apa yang kulakukan? Aku hanya ingin meminjam iPadmu dan masalah kalah atau tidakmu bukan urusanku." Zayn kemudian memainkan iPad milik Hazel.

"Kau memang pengganggu. Kau tahu? AKU. SANGAT. MEMBENCIMU!" pekik Hazel membuat Liam dan Louis kalah dengan permainannya.

"Hazel, kau mengangguku main!" keluh Liam.

"Hazel, kau membuatku kalah, dan kau tahu, sedikit lagi aku akan menang!" keluh Louis.

"Hey, kenapa kalian menyalahkanku? Salahkan si jambul ini! Dia yang mengacakan semuanya!" Hazel menjewer telinga Zayn dan membuat Zayn langsung berteriak.

"AAAAA! TELINGAKU SAKIT BODOH!" 

Zayn langsung melepsakan tangan Hazel yang sedang menjewernya. Kemudian, Zayn mengunci kedua tangan Hazel dengan memegangnya erat - erat dan membuat Hazel memberontak agar Zayn melepaskannya. 

"Kau tidak bisa lagi menjewerku, kecil!"

"Hey, aku bukan anak kecil! Ayo lepaskan tanganku!"

"Yes, you are!"

Niall dan Harry hanya bisa tertawa dengan apa yangg dilakukan Zayn dan Hazel. Sedangkan Louis dan Liam merasa terganggu dengan mereka berdua.

"Guys, bisakah kalian berhenti bertengkar? Kau membuat konsentrasiku hilang?" tegur Louis yang masih fokus dengan nintendonya. 

"Bagaimana bisa? Dia yang memulai ini semua?' protes Hazel tidak terima jika diterus - terusan disalahkan.

"Aku tidak akan menganggumu lagi, Haz. Tapi, ada satu syarat," ucap Zayn.

Hazel mendengus kesal. "Kenapa harus pake syarat? Memangnya aku mau mendaftar sekolah apa?"

"Ya sudah kalau kau tidak mau. Hidupmu tidak akan tenang Hazel Chloe Horan."

"Fine! Apa syaratnya?" Hazel menyerah terhadap Zayn yang selalu mengusik kehidupannya. Kali ini, Hazel benar - benar kesal pada Zayn, tapi ada sesuatu yang lain ketika tangannya digenggam oleh Zayn. Well, awalnya Zayn hanya memegang tangan mungil Hazel, tapi lama - kelamaan, pegangan itu berubah menjadi sebuah genggaman yang mungkin ada artinya.

"Biarkan tanganmu di sini dan jangan lepaskan jika kita belum sampai," bisik Zayn.

"Kau gila? Tanganku lama - lama bisa mati rasa!" pekik Hazel.

"Kalau kau tidak mau, hidupmu tidak akan tenang. Bukankah kau sudah mengetahuinya?" 

"Fine! Kau menang kali ini, Malik!"

Hazel hanya bisa pasrah dengan sikap Zayn sangat tidak masuk akal--menurut Hazel. Hazel tak bisa berbuat apa - apa lagi, tapi sebenarnya dia bisa mengaduh ke Niall atau Harry, tapi lidahnya mendadak kelu ketika ingin mengaduhnya. Dan yang terakhir... there're so many butterflies in her stomach. 

Astaga, ada apa denganku ini? Kenapa di saat dia menggenggam tanganku rasanya sedikit aneh tapi menyejukkan? Jangan - jangan... Oh tidak, tak mungkin hal itu terjadi!

***

Well, ada ZaZel momentnya nih wkwkwk. Ohiya, aku punya kabar lho, aku mau bikin trailer fanfiction ini, ada yang mau gak? Kalau banyak yang mau bakal aku bikin, tapi kalau sedikit tetap aku bikin kok heheheh.

Massive thanks to you all<3

Keep vomments yo

zazahoranxx

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang