Sudah dua jam Hazel meringkuk di bawah bedcover. Hazel tidak bisa tidur, dirinya juga merasa sangat dingin padahal suhu kamarnya biasa saja. Lampu kamarnya sudah dimatikan, tapi seseorang menyalakannya. Pasti itu Zayn, batin Hazel.
Beberapa menit kemudian, lampu kamar sudah mati kembali dan ranjang sedikit terguncang, menandakan seseorang naik ke atas ranjang. Orang itu adalah Zayn. Zayn belum memejamkan matanya. Dirinya masih memikirkan gadis yang ada di sebelahnya ini. Berpikir kenapa gadis ini begitu jauh darinya. Setelah berpikir beberapa menit, seseorang memanggilnya.
“Zayn?”
Zayn pun menoleh ke sebelahnya. Zayn hafal betul dengan suara itu, tapi ia merasa ada yang berbeda dari suaranya itu. Zayn lalu membalikkan badannya ke arah gadis di sebelahnya. “Kau belum tidur?”
Hazel membalikkan badannya sehingga ia bisa melihat Zayn. Bedcover itu menutupi setengah wajah Hazel. Hazel kemudian menggelengkan kepalanya. Zayn lalu tersenyum melihat Hazel.
His smile…
Hazel sangat merindukan senyuman itu. Akhir - akhir ini Hazel tidak pernah melihat senyuman itu dan kini senyuman itu terlihat sangat jelas di penglihatannya walaupun keadaan kamarnya sudah gelap. Hazel juga ikut tersenyum tapi tidak kelihatan oleh Zayn karena bedcover yang menutupinya.
“Kau baik – baik saja?” tanya Zayn dengan nada yang khawatir.
“Uhm, kurasa malam ini aku sedang tidak enak badan. Rasanya dingin sekali padahal suhu malam ini tidak begitu rendah,” jelas Hazel.
“Kau mau minum obat dulu?” tanya Zayn khawatir. Hazel hanya menggeleng lemah.
“Zayn?”
“Hm?”
“Tidak, aku hanya ingin memanggilmu. Rasanya kita seperti orang asing yang saling tidak mengenal.”
“Mungkin perasaanmu saja, Haz. Kau sih terlalu sibuk dengan Calum.”
Hazel tertawa kecil. Tidak, tawa itu hanya dipaksa. “Kau sendiri sibuk dengan Devie. Calum hanya temanku. Dia seperti teman curhatku dan aku seperti teman curhatnya. Kami sering menceritakan perasaan kami tentang doi.”
“Jadi, kau hanya berteman dengannya?” Hazel pun mengangguk. “Tidak lebih?” Hazel langsung tertawa dan berkata, “Tentu saja, Zayn. Aku mencintai seseorang dan Calum juga begitu. Kami hanya berteman. Kau sendiri dengan Devie bagaimana? Dia cinta pertamamu, kan?”
DEG.
Darimana dia tahu, batin Zayn.
“Ah, kau sok tahu sekali!” Zayn menoyor kepala Hazel pelan.
“Tapi itu benar, kan? Jangan ditutupi, Zayn. Aku sudah tahu semuanya. Aku juga sudah tahu alasan kenapa kau selalu pergi pagi dan pulang larut malam. Jangan sakiti hatinya, Zayn. Dia mencintaimu.”
See? Hazel lebih memintangkan perasaan orang lain dibandingkan perasaannya sendiri. Hazel berpikir kalau Zayn bukan jodohnya. Kalaupun Zayn adalah jodohnya, Hazel pasti tidak merasa seperti ini. Tapi, Hazel yakin Tuhan pasti memberikannya yang terbaik.
“Kau mengenal Devie?” tanya Zayn. “Tentu saja, Zayn. Dia sahabat baikku.”
Jawaban Hazel membuat Zayn terdiam. Zayn tak menyangka kalau Devie—cinta pertamanya—adalah sahabat baik Hazel. Apa jadinya kalau Devie tahu kalau Zayn mencintai Hazel yang notabenenya adalah sahabat baiknya sendiri? Sungguh Zayn bingung dengan ini semua. Kenapa semuanya begitu rumit?
“Zayn?”
Panggilan itu membuat Zayn tersadar ke alam nyatanya. “Boleh aku memelukmu?”
Zayn langsung tersenyum. Tanpa mengubris permintaan Hazel, Zayn langsung membawanya ke dalam pelukannya. Hazel tiba – tiba terkejut, tapi dirinya langsung memeluk Zayn. Pelukan inilah yang dirindukan Hazel. Posisinya Hazel kali ini membuat Hazel bisa mengeluarkan air matanya tanpa penglihatan Zayn. Hazel hanya takut jika pelukan ini adalah pelukan terakhir buatnya. Sungguh, Hazel tidak bisa jauh lagi dari Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 1: Beautiful Drummer
Fanfiction[CHECK OUT THE TRAILER] Hazel Chloe Horan. Horan? Ya, Hazel merupakan adik angkat dari Niall Horan. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan salah satu personil dari One Direction yang notabene-nya adalah sahabat kakaknya sendiri. Akan tetapi, awal pertemua...