Eifel Tower

5.1K 600 41
                                    

Langit malam yang gelap kembali menemani Hazel yang sedang termenung di depan jendela kamarnya. Pikirannya masih berkecamuk. Dirinya bingung harus bagaimana dan harus berbuat apa. Zayn dan Devie masih setia menjadi beban di pikiran Hazel. Ya, Hazel sedang memikirkan dinner mereka. Sebenarnya, Hazel takut mereka menjadi sepasang kekasih. Namun, Hazel berusaha untuk bisa menerimanya jika mereka benar – benar menjadi sepasang kekasih.

Sekarang jarum jam di jam tangannya sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh enam menit. Hazel masih sendirian di basecamp karena Louis dan Eleanor juga sedang keluar. Tidak lama, seseorang mengetuk pintu basecamp dengan keras. Dengan cepat, Hazel langsung berlari ke pintu utama. Kemudian dibukalah pintu tersebut.

DEG.

Hatinya bergeming tidak karuan, atau dalam artian lain, hatinya sedang hancur. Bagaimana tidak? Hazel melihat dua pasang manusia sedang bergandengan tangan dengan manisnya. Hazel mengira kalau mereka benar – benar sudah official.

“Kalian sudah official?” tiba – tiba kalimat itu keluar dengan sendirinya dari mulut Hazel, membuat mereka tersenyum penuh arti. Hazel menangkap maksud dari senyuman itu. Kemudian, Hazel mempersilahkan pasangan baru itu masuk.

“Aku ke kamar dulu, yah? Tadi, mom menelfon dan aku meninggalkannya sebentar,” dusta Hazel lalu berlari ke kamarnya.

Kalian pasti sudah tahu apa alasan Hazel ingin ke kamar, bukan? Kalian juga pasti tahu apa yang ingin dilakukan Hazel, kan? Jawabannya cuma satu, yaitu menangis. Itulah alasan kenapa Hazel terburu – buru ingin ke kamar. Dan itulah yang ingin dilakukannya sekarang. Hanya menangis, karena hatinya sakit, hancur, terluka, dan hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang.

Hazel mengunci kamarnya, lalu menenggelamkan wajahnya di bawah bedcovernya. Hazel menangis sejadi – jadinya. Tangisannya terdengar seperti orang yang sangat, sangat, sangat sedih. Tentu saja, sangat sakit melihat lelaki yang dicintainya bersama orang lain, apalagi orang lain itu adalah sahabat baiknya sendiri. Hatinya sudah sangat terluka, dan luka itu sangat sakit baginya. Tapi, Hazel berusaha untuk menerima kenyataan yang harus dihadapinya.

Hatinya masih bertanya – tanya dengan perlakuan manis Zayn terhadapnya. Hazel berpikir kalau Zayn bukan lelaki yang brengsek. Hazel tahu kalau ada alasan dibalik ini semua, namun ia sendiri tidak tahu alasan itu apa.

Moment di mana Hazel sedang berdua dengan Zayn terputar dengan jelas di pikirannya, membuatnya semakin bertanya – tanya.

Apa maksud dari ini semua?

Apa maksud dari genggaman itu?

Apa maksud dari pelukan nyaman itu?

Dan apa maksud ciuman itu?

Beberapa menit kemudian, Hazel menyeka air matanya yang sudah memenuhi wajah manisnya. Lalu ia membasuh wajah manisnya yang sudah sedikit buruk karena menangis. Setelah itu, Hazel mengambil iPodnya dan mendengarkan lagu disana, sambil sesekali menggumamkan liriknya.

“You know I’ll be

Your life, your voice, your reason to be

My love, my heart is breathing for this

Moment in time I’ll fine the words to say

Before you leave me today…”

***

A few months later…

Hari ini One Direction akan pergi ke Paris. Mereka akan menggelar dua konser di sana. Tapi, waktu mereka di sana hanya satu minggu. Kini, mereka semua sudah berada di dalam pesawat dan beberapa menit lagi akan lepas landas. Hazel sedang menatap para kru yang masih berbincang di luar pesawat melalui jendela pesawat.

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang