Broken

7.4K 691 199
                                    

Pagi ini merupakan hari yang cerah, namun hatinya Hazel tak secerah pagi ini. Perasaannya masih hancur tapi ia berusaha untuk tetap tersenyum seperti biasanya. Pagi ini, Hazel membantu Nadine dan Devie memasak untuk sarapan pagi. Hazel sedang memotong beef, Devie sedang menumis bumbu, dan Nadine sedang memotong bawang.

Beberapa saat kemudian, Nadine menggoreskan pisau tajam yang dipakainya ke pergelangan tangan dekat urat nadinya. Nadine sedikit menjerit membuat Hazel dan Devie menoleh padanya.

"Aww, ini sakit sekali. Devie tolong panggil yang lain dan Hazel tolong pegang pisau ini," ucap Nadine sambil meringis kesakitan. Hazel dan Devie kemudian mengerjakan yang disurukan Nadine. Hazel kemudian memegang pergelangan tangan Nadine dengan tangan kirinya karena tangan kanannya sedang memegang pisau yang penuh dengan darah Nadine. Tidak lama, the boys datang dan...

"Astaga, apa yang terjadi padamu, babe?" tanya Niall khawatir dan langsung mengambil alih atas pergelangan tangan Nadine.

"Aww, Niall, ini sakit sekali. Dia mengiris pergelangan tanganku. Katanya, dia membenciku!" ucap Nadine asal.

Hazel membelakkan matanya, sedangkan the boys menautkan kedua alisnya tidak mengerti. "Dia siapa?"

"Kalian lihat siapa yang memegang pisau dengan penuh darah."

Semua mata tertuju pada Hazel membuat Hazel menggeleng. "Bukan, bukan aku yang melakukannya!"

"Hazel? Kau tega menyakiti orang yang kucintai? Kenapa, Haz?" tanya Niall yang mendekat ke Hazel.

"Niall, aku jujur. Bukan aku yang melakukannya. Dia sendiri yang melakukannya, Nee. Dia itu jahat dan dia licik!" ucap Hazel.

"Hah, bukannya kau yang licik?" itu suara Zayn membuat Hazel menundukkan wajahnya. Matanya sudah berkaca - kaca, rasa sakit itu datang lagi.

"Niall, dia itu membenciku. Jadi dia selalu melukaiku. Bukan hanya ini yang dia lakukan padaku. Sudah banyak, Nee," ucap Nadine dengan manja membuat Hazel membelakkan matanya lagi.

"Kau jangan sembarang menuduhku, bitch! Aku tidak pernah melakukan apa - apa padamu!" semprot Hazel sambil menunjuk wajah Nadine. The boys langsung menjauhkan Hazel dari Nadine.

"Tidak, Nee. Aku tidak menuduhnya. Itu kenyataan, tanyakan saja pada Devie. Devie itu saksinya."

Zayn melirik kearah Devie. "Dev?"

Devie mengangkat wajahnya dan berkata, "Ya, Hazel memang selalu melukai Nadine di saat kalian tidak ada. Dan Nadine tidak berbohong soal yang tadi. Aku melihat Hazel melukai tangan Nadine tadi," jelas Devie.

Hazel kemudian menatap Devie tidak percaya. Hazel tidak menyangka kalau Devie, sahabat baiknya, tega menuduhnya yang tidak - tidak. "Dev, kenapa kau lakukan itu? Kenapa kau berbohong demi wanita murahan itu, huh? Aku salah apa padamu, Dev?"

"Jangan pernah menyebut Nadine itu wanita murahan, slut!" bentak Niall kemudian...

PLAK

Satu tamparan keras mendarat dengan sempurna di atas pipi halus Hazel. Hazel kemudian memegang pipinya yang sudah memerah karena tamparan yang sangat keras. Hazel tidak menyangka Niall bisa sekasar ini padanya.

"Niall!" tegur Liam dan Louis bersamaan.

Hazel menatap Niall penuh arti sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa kau lebih mempercayai wanita murahan itu daripada adikmu sendiri, Nee? Kenapa?"

"Apa kau bilang? Kau adikku? Ingat, Haz, kau itu bukan adikku! Aku tidak akan pernah memiliki adik! Kalaupun ada, dia tidak selicik kau!" bentak Niall.

Book 1: Beautiful DrummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang