•• Chapter 23 ••

3.8K 235 0
                                    

Selamat datang kembali di cerita Misela ❣️💖

Jangan lupa meninggalkan vote dan komennya ya?!

Happy Reading

Let's star!!!!

••••

“Warnanya terlalu norak,ganti!”

“Yang ini bagus sih,cuman kekecilan,perut lo kelihatan buncitnya.”

“Baju yang ini kebesaran,lo lebih mirip ibu-ibu hamil.”

Misel membuang nafasnya kasar,sudah berapa kali dia bolak balik ke ruang ganti namun belum ada juga dres yang cocok untuknya kata Gaskar.

“Ini sebenernya yang mau beli baju,aku atau kamu sih?”Misel bersedekap di dada mengabaikan sodoran dres bewarna hijau tosca padanya.

“Ganti aja,”gadis itu berdecak sebal lalu pergi ke ruang ganti tak lupa membawa dres tadi.

Tidak butuh waktu lama akhirnya dia selesai,Misel berharap supaya ini baju terakhir dan Gaskar tidak akan menyuruhnya mengganti lagi.

“Gimana,apanya lagi yang kurang? Warna? Ukuran? Atau apa?” Misel sibuk memperhatikan dirinya lalu mendongak.

Merasa di abaikan Misel menyenggol bahu Gaskar,“kok kamu diem aja sih?”

Gaskar tersadar dari lamunannya dan menyengir kemudian menggaruk tekuknya,ketahuan melamun.

“Udah,ini aja.”akhirnya Misel dapat bernafas lega,

Setelah membayar mereka berdua segera keluar dari toko tersebut dan mulai melangkahkan kakinya menelusuri Mall yang terlihat sangat ramai hari ini.

“Kamu kenapa beliin aku dress ini? Bukannya seharusnya kamu yang beli baju ya?” ujar Misel merasa tidak enak.

Gaskar menyunggingkan senyum tipisnya,“ini tujuan gue ngajak lo ke sini.”

“Loh,ngapain?”Misel memicingkan matanya,“kamu udah banyak bantu aku loh,sekarang beliin aku baju.Hutang aku yang kemarin sama kamu aja belum lunas.”ujarnya tidak enak hati.

Seketika Gaskar menyentil keningnya membuat ia meringis,“awsh! Kamu apaan sih,sakit tau!”

“Gue gak minta lo bayar semuanya,cukup ikutin aja apa yang gue suruh.”Misel mengangguk mengerti.

“Tapi tunggu,kalau kamu nyuruh aku bunuh diri aku harus mau juga?”celetuknya dan Gaskar menganggukkan kepalanya.

“Iyalah,kalau gak gue bakalan minta ganti rugi sama lo.”Misel berkeringat dingin,ia mengira Gaskar orangnya tidak seperti itu dan sekarang apa yang harus dia lakukan,uang saja dia tidak bagaimana caranya membayar hutang.

Cekungan muncul di bibirnya,“gak pa-pa deh,soalnya aku beneran mau mati cepat-cepat,biar gak nyusahin orang tua aku lagi.”

Gaskar tersentak dan menghentikan langkahnya.Dia memegang kedua bahu Misel untuk menghadapnya kemudian menghela nafasnya,”kenapa lo ngomong gitu?”

Misel tersenyum sendu,”kalau aku mati aku gak bakal nyusahin kedua orang tua aku lagi.”

Gaskar mengusap wajahnya gusar,”lo tau gak setiap anak itu gak ada namanya yang nyusahin orang tuanya.Dan satu lagi,jangan bicara kayak gini lagi bisa-bisa orang tua lo denger terus mereka sedih lagi.”

”Gak,”Misel memalingkan wajahnya berusaha tidak memperlihatkan air matanya.

“Mereka gak akan sedih,malahan mereka pasti akan senang sebab anak mereka yang menyusahkan ini udah pergi untuk selama-lamanya.”Gaskar seketika merasa bersalah.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang