•• Chapter 42 ••

3.8K 204 3
                                    

Happy reading❤❤

Jangan lupa meninggalkan vote dan komentarnya ya❤❤

Semoga kalian menyukainya!

Typo di tandai!!

°°°°

Hamparan air berwarna biru menyambut kedatangan Misel,di sekitar di kelilingi oleh pepohonan rindang membuat oksigen yang Misel hirup sangat enak dibandingkan dengan di kota yang di penuhi polusi.

Kicauan burung mengiringi langkah keduanya untuk duduk lesehan di rerumputan,menatap lurus ke depan dan menghela nafas beberapa kali,mata telanjangnya terus menatap pemandangan lepas di hadapannya,mulutnya tak henti berdecak kagum.Mereka berada di sebuah danau terpencil sekarang.

“Kamu tau tempat ini dari siapa?” setelah mereka duduk berdampingan,Misel bersuara.Gaskar menoleh sebentar lalu tersenyum tipis.

“Gak ada,gue nemuin tempat ini sendirian waktu kecil.”sahutnya seadanya.

“Jadi waktu kecil kamu sering ke sini?”

“Gak sering juga sih,kalau gue ada masalah gue pergi ke sini buat nenangin diri.”Misel mengangguk mengerti seraya memperhatikan sekitar.Tempat yang jauh dari kebisingan dan hamparan danau yang luas ini memang sangat cocok untuk kita yang ingin menyendiri.

“Aku kira kamu gak pernah punya masalah,”balas Misel sedikit bercanda.

Gaskar menghirup nafas dalam-dalam kemudian terkekeh kecil,“kenapa lo bilang gitu?”

Misel mengubah posisi menjadi bersimpuh,mengambil dedaunan kering di sekitarnya lalu merobeknya kecil-kecil.

“Hmm hidup kamu sempurna.Wajah tampan,punya orang tua yang sayang sama kamu dan otak yang pinter,pasti itu adalah hal yang sangat di idam-idamkan oleh semua orang diluaran sana.Bahkan aku pun termasuk di list orang itu.”Gaskar diam sejenak,membiarkan wajahnya di terpa angin.

“Kadang apa yang di lihat belum tentu benar,setiap orang pasti punya masalah tetapi beberapa orang ada yang memilih untuk menyembunyikannya dengan senyuman.”Misel tertegun,ia menjadi tidak enak sendiri telah menanyakan hal ini.

“Maaf,”cicitnya menunduk.Setelah beberapa saat sebuah tangan sudah berada di atas kepalanya mengacak rambutnya,beberapa kali hingga membuatnya menjadi jengkel sendiri.

“Jangan di acak!”Misel berdiri,wajah dongkol Misel sukses membuat Gaskar tertawa terbahak-bahak.

“Ngapain kamu ketawa? Apa yang lucu?”Tanya Misel dengan sinis,tangannya terlipat di dada masih sebal dengan makhluk satu ini.

Sedangkan Gaskar mati-matian memberhentikan tawanya,perutnya sudah sakit akibat kelamaan ngakak.

“Gak ada.”Saat itu juga ekspresi Gaskar menjadi berubah seratus delapan puluh derajat,yang tadinya di penuhi dengan tawa menjadi dingin seketika.

“Kenapa?”Gaskar menggeleng.

Misel menggertakkan giginya kesal,ia tak henti-hentinya mendumel,andai saja membunuh orang tidak berdosa mungkin sudah dia lakukan sekarang juga.

“Tau ah! Aku sebel,mau pulang!”saat hendak melangkahkan kaki,sebuah tangan menariknya begitu saja membuat tubuhnya hilang keseimbangan,Misel segera memejamkan matanya berharap ada mukjizat yang menolongnya agar pantatnya tidak mendarat di rerumputan itu.Cukup lama Misel tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya,dia hanya merasakan ada benda empuk yang menahan tubuhnya sekarang.

Dengan ragu Misel membuka matanya perlahan dan saat itu juga hembusan nafas menerpa wajahnya,mulut Misel terbuka tidak percaya saat sadar bahwa tubuhnya berada di atas tubuh Gaskar.Seketika jantungnya berdetak tidak karuan,apalagi dengan kondisi wajah yang masih berdekatan satu sama lain seperti ini bahkan hidung mereka saling menempel.Refleks Misel mengalihkan tatapannya ke arah lain,Gaskar tersenyum miring dengan tingkah Misel.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang