•• Chapter 13 ••

3.7K 236 2
                                    

Halow💗💗

Welcome back too my story💗💗

Jangan lupa meninggalkan vote dan komentarnya yap!😘

Oke,let's go!🎉🎉🎉✨

Typo di tandai!✨🎈🎈

Happy Reading🌈🌈🌈🔥

°°°°

Yuna membuka kasar pintu kamar Misel.Kamar putrinya yang sudah lama tidak pernah dia kunjungi,kamar yang selalu gelap dan suram di setiap harinya.

Yuna melangkahkan kakinya masuk ke dalam kemudian menyibakkan selimut yang membaluti tubuh Misel dengan kasar,tetapi Misel masih tidur.Yuna berkacak pinggang memikirkan bagaimana cara membangunkan anaknya ini.

“Bangun kamu pemalas!” Misel masih setia memejamkan matanya dengan tubuhnya yang menggigil,merasa di abaikan Yuna malah menjambak rambut Misel namun masih belum ada terlihat pergerakan dari tubuh anaknya tersebut.

“Kamu tuli?! Bangun! Ayo sekolah,jangan membuang uang saya untuk membayar uang sekolahmu.”Yuna menggoyangkan-goyangkan tubuhnya sambil menggerutu.

“Ini anak kenapa susah banget sih di banguninnya,dasar kebo!”

“Panas...”gumamnya terkejut di saat tidak sengaja menyentuh lengan Misel dan hati kecilnya menyuruh memegang kening Misel.

“Panas juga,apa kamu sakit?”Yuna menutup mulutnya kaget,tanpa dia sadari air matanya perlahan menetes begitu saja dengan segera ia kembali menyelimuti badan putrinya hangat-hangat dan keluar dari kamar itu tergesa-gesa untuk mencari suaminya.

Setelah Yuna keluar Misel terbangun,dia bermimpi Mamanya ada di sini dan memegang keningnya tetapi mimpi itu terasa sangat nyata.Namun pikiran itu langsung dia tepis jauh-jauh,tidak mungkinkan Mamanya membuang waktu hanya untuk melihat keadaannya.

“Mas..Misel sakit Mas,pantesan dari kemarin dia gak sekolah,gimana ini mas? Apa kita bawa saja dia kerumah sakit?”ucap Yuna khawatir pada suaminya namun Bryan hanya menatap sekilas dan kembali melanjutkan menyerumput kopinya yang sedikit panas.

“Kamu udah mulai peduli sama dia?”Bryan mengkerutkan keningnya seraya perlahan meletakkan kopi tadi di piring kecil.

“Ini bukan saatnya untuk membahas itu mas,dia butuh dokter,anak kita lagi sakit!”sangkal Yuna panik sendiri berbeda dengan Bryan yang masih kelihatan santai.

“Biarkan saja,biar sekalian dia mati! Agar tidak menyusahkan hidup kita lagi,"desis Bryan kasar tidak berperasaan.

“Mas!”Yuna merasa suami telah kelewatan.

“Apa? Kamu lupa kalau dia itu yang sudah menghancurkan hidup kita? Apa kamu sudah mulai peduli pada anak pembawa sial itu?!Kalau kamu mau anterin dia ke dokter silahkan,saya juga tidak melarang.”Bryan berdiri sambil merapikan jasnya kemudian pergi begitu saja meninggalkan Yuna dengan perasaan yang campur aduk.

“Apa yang harus saya lakukan ya tuhan?!” Yuna mendudukan bokongnya di kursi sambil  menjambak rambutnya frustasi.

“Yang di katakan mas Bryan benar,ta-tapi aku tidak tega melihat putriku seperti itu.”Yuna masih bingung,yang mana yang akan dia ikuti,hati kecilnya berkata ingin merengkuh tubuh mungil itu ke dekapannya,ingin membawa putrinya itu berobat agar dia tidak merasakan sakit lagi namun di lain hati dia masih dendam dengan anaknya sendiri.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang