Amelia Anjani
🍂🍂🍂
Rafif Dimansyah Fajaro. Namanya indah sekali, tapi sudahlah, aku lebih suka menyebutnya cowok sableng. Lihat saja sekarang, setelah menceritakan bahwa Langit menyukainya, dia malah tertawa mengejekku.
Dan mengatakan bahwa, "Lo kalah cantik dari gue, wlee."
"Ish! awas aja lo. Gue--Amelia Anjani, anaknya Mama Ani dan Papa Anjaya--Nggak akan bisa kalah." kataku menyombongkan diri. Tapi percayalah, jauh sangat di dalam hatiku ini rasa khawatir sedang meluap-luap.
"Kenapa sih suka si gay itu?"
"Kenapa juga lo sering banget nanya kek gitu?"
Rafif membuka kembali novel yang dia bawa dari kelas. Oh iya, saat ini kami sedang duduk di taman depan sekolah. Sebuah kebetulan yang indah sekali, kelas kami sama-sama jam kosong. Naura asik tidur di kelas, beberapa menit yang lalu menolak saat kuajak ke taman.
"Kenapa?" cecarku.
"Kenapa nggak gue.. nggak kenapa suka, gue aja?" gumamnya di balik novel yang dia baca.
Bagaimana aku bisa mengerti apa yang dia katakan kalau dia saja malah menutup wajahnya dengan buku?
"Ngomong apa sih? tolong gue manusia coy, kagak paham sama bahasa kuyang kayak lo."
"Nggak kok, nggak apa-apa." katanya sambil menurunkan novelnya. Rafif fokus kembali menatap wajahku setelah menutup novelnya.
"Pip, lo kemarin sama Bang Rafa ke mana?"
Rafif menarik napasnya gusar. "Bang Rafa... dia --Maksudnya, kami pergi ke panti asuhan yang sering dikunjungi Ayah dulu."
"Terus? kok nggak masuk sekolah? nginep?"
"Ya menurut lo kami berubah jadi kuyang?"
"Iya! lo kan siluman kuyang!"
Rafif tertawa keras, padahal demi Tuhan aku sama sekali tidak bergurau.
Tapi, tawa bahagianya berhasil membuatku tenang. Ada perasaan hangat yang menjalar di hatiku saat tahu bahwa dia tidak mendapat perlakuan buruk dari kakaknya.
"Oh iya satu lagi, kata Yunan lo sering banget bolos rapat OSIS. Bener?" tudingku.
Rafif menjulurkan tangan kanannya, mengacak-acak kepalaku. Dengan tawa menyebalkannya, laki-laki itu menjawab santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time [Completed]
Teen Fiction[Daily Clover Marathon 2021] Tentang Rafif Dimansyah Fajaro, sahabatku, cinta pertamaku, yang belum juga kembali. Dia bilang dia tidak pernah pergi, dia ada bersama tetes hujan, embusan angin, dan terpaan cahaya senja. Aku belum menemukannya, bagaim...