"Pecahkan dulu bilang-bilangan di sebelah kanan, yang memiliki tanda minus. Lalu, kalian kerjakan juga yang di sisi kirinya. Setelahnya tinggal digabungkan saja. Paham?""Paham, Bu..."
"Silahkan salin dulu contoh di papan tulis ke dalam buku catatan kalian sebelum Ibu bagi soal."
Helaan napas keberatan terdengar sampai ke telingaku begitu Bu Arini membicarakan soal Matematika. Aku yakin seratus persen, Bu Arini pun mendengar helaan napas teman-temanku. Bahkan yang lebih parah, Naura menghela napasnya dengan keras, persis seperti naga.
Dengan acuh, gadis di sebelahku itu malah membuka ponselnya dan membuka aplikasi Instagram. Jarinya asik men-scroll timeline, menekan satu foto yang berwajah tampan dan cantik, kemudian menekan dua kali, muncul tanda hati.
"Nggak sabar lihat relay cam punya Renjun." gumamnya pelan.
Aku menyikut lengan Naura, hingga tanpa sengaja gadis itu menekan satu foto lain, kali ini gambar orang sedang berlibur di hamparan salju.
"Kenapa sih, Mel?"
"Belajar, lo malah asik liatin instagram lagi, goblok bener."
"Ya udah sih kalau mau belajar ya belajar aja, jangan ajak-ajak gue."
"Ya Allah, kenapa hamba bisa berteman dengan manusia goblok satu ini?" ucapku mendramatisir keadaan sembari menengadahkan kedua telapak tangan layaknya orang tengah berdoa.
"Apakah kalian sudah selesai menyalinnya?" tanya Bu Arini, beliau telah berdiri kembali di depan papan tulis dengan tangan kiri menyanggah buku paket Matematika yang terbuka.
"Sudah, Bu.."
"Baik, Ibu hapus ya. Ibu mau tulis soal dan kalian coba-coba di buku dulu, nanti Ibu tunjuk ya."
"Yah..."
"Tidak susah, ini gampang kok. Kan tadi kalian bilang paham."
Definisi paham menurut murid adalah ketika guru menjelaskan contoh soal. Itu terlihat mudah, tetapi berbeda ketika mulai masuk ke latihan soal yang baru. Variasi soalnya sangat berbeda dengan contoh soal yang diberikan. Bu Arini pasti paham maksud kami, tapi tetap saja memberikan soal latihan yang variasi angkanya berbeda dari contoh.
"Bosen banget ketemu Matematika dua hari berturut-turut, Mel. Senin, Selasa, Oh my god! pecah kepala gue lama-lama." cecar Naura.
"Matematika juga keknya bosen ketemu lo, tiap disuruh belajar malah lihatin idol Korea."
"Apaan sih, Mel. Kemarin lo bilang mau stan anak dreamis?"
Aku menggaruk kepalaku, lupa-lupa ingat pernah mengatakan itu.
"Oh... gemes aja sama yang ketawanya ngakak itu loh, siapa sih..? lupa."
Entah sejak kapan Naura menemukan foto seorang lelaki yang kemarin tidak sengaja kuamati di ponselnya, kini terpampang nyata dan ditunjukkan di depan wajahku.
"Namanya Chenle, dibaca conlo."
"Oh iya iya, oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time [Completed]
Teen Fiction[Daily Clover Marathon 2021] Tentang Rafif Dimansyah Fajaro, sahabatku, cinta pertamaku, yang belum juga kembali. Dia bilang dia tidak pernah pergi, dia ada bersama tetes hujan, embusan angin, dan terpaan cahaya senja. Aku belum menemukannya, bagaim...