Satu gelas coklat panas mengepulkan asap yang menyerbakkan aroma menenangkan. Setidaknya berhasil membuatku lupa akan Rafif yang masih belum juga aku maafkan. Sebenarnya aku khawatir, tapi biarlah untuk sementara waktu.Sepertinya aku butuh waktu untuk melupakan hal itu. Lucu juga membiarkan Rafif berusaha mendapatkan perhatianku.
Aku meneguk sedikit coklat panas buatan Mama sambil melihat pemandangan di luar karena aku tengah duduk di teras rumah.
"Masuk Mel, kamu nggak belajar?"
Mama ikut duduk di kursi sebelahku ketika aku menoleh.
"Bentar lagi Ma, sekalian habisin ini."
"Udah sholat Isya?"
Aku menggeleng. "Lagi dapet, Ma."
"Oh iya Mel, kamu inget nggak waktu itu Mama mau cerita sama kamu soal Rafif."
"Yang waktu kita makan mie ayam?"
"Iya yang itu."
"Cerita aja, Ma." kataku penasaran. Sudah lama juga Mama melupakannya.
"Rafif cerita nggak sama kamu kalau dia--"
Kring...Kring...
Kalimat Mama terputus, di luar pagar rumah Rafif menyalakan lonceng sepedanya. Panjang umur sekali, baru saja diomongin dia sudah muncul seketika.
"Eh, kamu musuhan ya sama dia?" tanya Mama.
Aku masih fokus memperhatikan Rafif yang melambai-lambaikan tangannya menyuruhku keluar. Lalu aku menoleh pada Mama sambil mengangkat kedua bahuku. "Lagi nggak mood aja sama orang yang suka rahasia-rahasiaan."
Mama terkekeh kecil, "Jangan gitu ah, sudah sana keluar. Tuh dia mau ajakin kamu jalan-jalan."
Setelah itu Mama berdiri. Beliau membalas sapaan Rafif sambil tersenyum hangat, bahkan menawari anak itu untuk masuk dan makan malam.
Aku meletakkan coklat panas di atas meja yang ada di antara kursi yang aku dan Mama duduki. Lalu ikut berdiri menilik wajah Mama.
"Udah buruan sana, kasihan tuh Rafif. Kamu baikan sama dia sana, inget dosa lho Mel."
"Mama nggak jadi cerita lagi dong? kita cerita aja yuk Ma, jangan ladenin orang gila itu." aku menunjuk lurus Rafif di luar gerbang, anaknya sudah menyengir lebar. Dasar orang gila!
"Nanti aja ceritanya, udah sana... nggak baik biarin tamu di luar kelamaan. Mama mau masuk, mau nonton sinetron sambil nunggu Papa pulang."
"Mama... " lirihku, berharap Mama mengajakku menonton sinetron juga.
"Cewek, jalan yuk wek!"
Berisik sekali seruan Rafif di luar sana, entah apa yang dipikirkan tetangga kami nanti. Aku menghentakkan kaki dengan terpaksa untuk menghampiri cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time [Completed]
Novela Juvenil[Daily Clover Marathon 2021] Tentang Rafif Dimansyah Fajaro, sahabatku, cinta pertamaku, yang belum juga kembali. Dia bilang dia tidak pernah pergi, dia ada bersama tetes hujan, embusan angin, dan terpaan cahaya senja. Aku belum menemukannya, bagaim...