29. Only You

49 6 24
                                    


Satu tahun telah berlalu.

Hari ini adalah hari besar di masa terakhirku menginjakkan kaki ke sekolah untuk menimba ilmu. Kami secara khusus mengenakan pakaian adat, bebas, tidak ada unsur paksaan. Mau mengikuti adat dari latar belakang keluarga, pakaian adat pilihan favorit, maupun pakaian adat yang sedang trand.

Kebaya adalah pilihan terbanyak yang dikenakan teman-teman cewek seangkatanku. Termasuk diriku sendiri yang menggunakan kebaya berwarna merah muda lengan panjang.

Acara pesta kelulusan berlangsung sejak pagi. Kami menikmati secara khidmat, menyaksikan sambutan penuh dari orang-orang penting di sekolah, pun sampai upacara pelepasan berlangsung.

"Cantiknya Mama...."

Aku berlari dengan hati-hati demi mendekati kedua orangtuaku yang duduk di kursi khusus para wali murid berprestasi. Aku berhasil mempertahankan peringkatku, tetap di urutan kedua setelah Yunan.

"Aduh Ma, kakiku pegel nih pake heels."

Mama tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Papa. "Lihat, Pa, anak kita ini. Duh... udah tahan aja, sehari ini kok."

"Naura mana, sayang?" tanya Mama.

Baru saja aku ingin memanggil Naura, gadis itu rupanya sudah berlarian menghampiriku.

"Halo Tante, Om." sapanya dengan riang.

"Naura? ini kamu? ya ampun kamu cantik banget sayang. Selamat ya udah lulus, udah gede, mau lanjut ke mana?"

"Aku nggak lulus masuk ke UGM, Tante. Tapi lulusnya masuk seleksi atlet nasional hehe."

Kali ini Papa yang berseru heboh. "Uwah... bagus itu, Nak. Selamat ya..."

"Berarti kalian pisahan ya."

Aku dan Naura saling pandang setelah Mama mengatakan kalimatnya. Aku kembali teringat perpisahanku dengan Naura nanti, jadi kami saling berpelukan lagi.

"Gue bakal kangen banget sama lo pasti, Mel."

"Gue juga, Ra."

Naura menggoyangkan tubuhku ke kanan dan kiri, tanpa malu diperhatikan orang-orang. Mama dan Papa kembali duduk, mengobrol dengan orangtua yang lain.

"Tes satu dua tiga... yang merasa cantik dan tampan harap kemari untuk menyapa." suara dari arah stage berhasil melepaskan pelukanku dan Naura.

"Langiiiit..."

"My sky..."

"Uwah... Langiiiit."

Netraku mengarah langsung kepada sosok laki-laki yang kini tengah berdiri di belakang stand mic, di atas stage. Laki-laki tampan yang selalu menemani hariku, sang idola sekolah, sahabat terbaik.

Langit Delavar.

"Setuju nggak kalau gue nyumbang lagu?"

"Setujuuuuu." teriak anak-anak yang sudah berkerumun di bawah stage.

"Gue udah izin sama senior di belakang, tapi tetep mau izin lagi. Kepada Mas Fiersa sama Mas Rizky Febian, saya izin membawakan lagu untuk Delafamily yang hari ini melepaskan status pelajar SMA-nya." Langit menoleh ke belakang sebentar, kemudian fokus lagi ke depan.

Senyumnya mengembang sempurna. Langit kini melambai-lambaikan tangan padaku. Lalu Naura menyikut lenganku tiba-tiba sambil menahan tawa.

"Lagu ini khusus untuk sahabat baik gue yang lagi berjuang. Sahabat baik, teman sebangku gue, Rafif Dimansyah Fajaro, di mana pun lo berada... lo tetep berada di hati gue."

Our Time [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang