Part ini ga bahas yg sedih-sedih kok hehe..
Enjoy it!🍂🍂🍂
Langit Delavar❤
| Gimana keadaan Rafif?
10.42Pesan itu tidak aku balas cepat. Lama aku termenung untuk hanya sekedar memberikan jawaban pada Langit.
Aku tidak tahu keadaan Rafif, bukan... sepertinya aku memang tidak bisa mengatakan bagaimana persisnya keadaan Rafif.
Haruskah aku bertanya langsung pada cowok itu? Tetapi percuma, dia pasti akan menjawab baik-baik saja dan baik-baik saja. Memang tidak ada kata sakit di kamus Rafif Dimansyah Fajaro.
"Ih kenapa sih lo bawa baju gue yang ini, Mel? ini tuh udah kekecilan tau." Rafif baru saja keluar dari toilet dalam kamar rawatnya sambil memprotes pakaian yang kubawakan untuknya.
Bersungut-sungut sebal kemudian dia duduk di atas ranjang rumah sakit, di sebelahku. "Tuh lihat? ini kancing atasnya udah lepas lagi ah."
"Ih, ya gue nggak tau. Namanya orang buru-buru apa aja gue ambil. Masih untung itu bisa dipake, kalau nggak mau nih pake aja jas lo yang kemaren bau keringet, nih!" aku menyentak paper bag berisi setelan jas kemarin malam yang dikenakan Rafif di atas paha laki-laki itu.
"Hehe... iya iya sorry, makasih deh udah bawain baju ganti."
Rafif berhenti mengomel, anaknya sibuk melihat isi paper bag. Mungkin takut ada yang tertinggal di sana.
Aku tidak tahu harus mulai ngomong dari mana. Jadi kami saling diam selama beberapa menit. Sebenarnya kami sedang menunggu Bang Rafa, katanya pria itu akan datang untuk mejemput adiknya. Entahlah, sepertinya masih lama.
Setelah menarik napas dan menghembuskannya perlahan, aku berniat membahas rahasia Rafif. "Kata dokter lo--"
"Gue donorin satu ginjal gue buat orang lain."
Tenggorokanku tercekat, satu kalimat Rafif barusan langsung berhasil memotong kalimatku. Laki-laki itu memusatkan pandangannya pada kedua bola mataku, tidak berkedip sama sekali.
Bagaikan ada petir di siang hari, aku terkejut luar biasa mendengarnya langsung dari Rafif. Meskipun sudah diceritakan oleh Mama, rasanya tetap saja berbeda.
"Dua tahun yang lalu, saat libur semester. Lo sama keluarga lo lagi liburan sekaligus ngerayain kelulusan lo di SMP. Bang Rafa bawa gue ketemu sama anak seumuran gue yang sakit dan butuh cangkok ginjal secepatnya."
Aku masih tidak bisa menyanggah kalimat Rafif. Tidak tahu harus menjawab apa. Mulutku rasanya terkunci rapat.
"Dia sama gue punya golongan darah yang sama dan itu bagus kata dokter. Anak itu sekarang sehat, dia sudah bisa sekolah lagi seperti kita. Gue seneng bisa bantu dia."
Rafif tersenyum, matanya membentuk bulan sabit.
"Hidup dengan satu ginjal bukan masalah besar, Amel. Gue baik-baik aja ya, lo jangan terus-terusan sedih atau pura-pura nggak tau apa-apa depan gue. Emangnya gue bodoh apa? lo pasti denger semuanya dari Tante Ani."
Aku turun dari ranjang rumah sakit dan menghadap Rafif sepenuhnya. Dia ikut mengarahkan kepalanya padaku juga, masih dengan senyum yang sama.
"Bukannya itu ilegal ya? donor ginjal juga berisiko, goblok. Harusnya lo minimal udah berumur delapan belas tahun buat jadi pendonor."
"Dokter mana yang operasi lo? namanya siapa? dia kerja di rumah sakit mana?"
Rafif terkekeh melihat gaya bicaraku. Mungkin aku sudah mirip ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya yang nakal. Ya sebut saja begitu, Rafif memang mirip seperti anak nakal.
![](https://img.wattpad.com/cover/246198852-288-k467512.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Time [Completed]
Teen Fiction[Daily Clover Marathon 2021] Tentang Rafif Dimansyah Fajaro, sahabatku, cinta pertamaku, yang belum juga kembali. Dia bilang dia tidak pernah pergi, dia ada bersama tetes hujan, embusan angin, dan terpaan cahaya senja. Aku belum menemukannya, bagaim...