21. Speculation

67 13 64
                                    


Mark langsung menuju ruangannya lebih dulu karena Tretan tiba-tiba perlu ke toilet. Pikirannya bimbang mengetahui rekannya itu bukan berasal dari masa kini.

“Harusnya aku tahu waktu dia sebutkan tempat asalnya.” Mark meremas rambut hingga surai hitamnya itu jadi sedikit berantakan. “Inilah akibatnya kalau kau mengesampingkan pelajaran Geografi, Mark!” omelnya pada diri sendiri, “mana aku tahu tempat itu tidak ada di masa kini. Dunia kebanyakan berubah selama ini.” Sejak tadi ia tak henti-hentinya mengomel di depan Tesla yang terkulai. Kalau robot itu sudah aktif saat ini, ia pasti akan pusing melihat penciptanya mondar-mandir.

Dalam pikirannya, Mark menyelidik tentang wujud Tretan yang seperti manusia pada umumnya. Tidak ada ekor, tidak ada tanduk, ukuran kepalanya normal, kulit normal, cara berjalannya, bahkan bahasa yang ia tuturkan, Bahasa Indonesia. Tidak ada yang mencurigakan.

Tretan mungkin saja berasal dari waktu yang berbeda, waktu yang dirinya masih tidak ketahui. Entah masa lalu atau masa depan.

Mark sebenarnya tidak ingin terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Tretan--sedikit tidaknya--membantu pengerjaan Tesla. Namun, entah pikiran apa yang membuat kakinya melangkah menuju komputer lalu mengetik nama tempat asal Tretan.

Suatu tempat bernama Dev. Hanya itu yang ia ingat.

Mesin pencari tidak menunjukkan hasil.

“Baiklah, kalau begitu dia pasti berasal dari masa depan,” simpulnya sebelum menghela napas lega. “Syukurlah, di masa depan manusia masih berwujud manusia.” Ia lantas menggeliat setelah menyadari betapa menggelikan pemikirannya tentang manusia masa depan yang berevolusi, memiliki ekor dan tanduk. “Tentu, itu tidak mungkin.” Mark tergelak.

Tenggat waktu pengerjaan Tesla sudah dekat, tapi lelaki itu malah termenung memandangi kerangka robot di depan. Ada sebuah teori menggelikkan yang tiba-tiba menghampiri pikirannya.

“Mungkin saja, aku di masa depan yang mengirimkan Koko untuk datang kemari menyelesaikan Tesla.” Hatinya mulai setuju dengan ide itu. Senyum bangga terulas di wajah tanpa disadari. Dengan begitu, keyakinan dalam diri Mark menguat sesaat sebelum kekhawatiran kembali menyerang. Kemungkinan kedua, Tretan dikirim oleh pesaingnya di masa depan, dan ia datang untuk menghancurkan Tesla--yang Mark percaya akan membawa perubahan besar bagi hidupnya.

Mark menumpukan tangan kanan di atas paha, badannya bungkuk sedikit, sambil jarinya memijat kening. Tesla yang belum selesai dikerjakan sudah cukup membebani pikirannya. Sekarang, ditambah kedatangan seseorang dari masa depan dengan misi yang ia tak ketahui.

Di sisi lain, Tretan masih terduduk di atas kloset. Jantungnya berdegup kencang. Pertanyaan Mark waktu di mobil seakan membuatnya berada di ujung tanduk. Tretan tak bisa berlama-lama lagi di sini. Luna R277 harus ditemukan. Mobil waktu itu pasti ada di suatu tempat.

Untuk beberapa saat, kepalanya terasa hampir meledak memikirkan jalan untuk pulang. Bagaimana cara ia menemukan Luna R277, bagaimana cara ia memulai pencarian, masih menjadi hal yang harus dipikirkan mengingat lelaki itu bisa kapan saja ditangkap dan ditahan jika melakukan kegiatan yang mencurigakan. Jalan keluar terasa jauh sampai pikirannya dihampiri sosok seorang pria bermata biru yang mencurigakan. Sosok yang menyimpan banyak rahasia.

“Kort! Aku harus mencarinya.”

Belum selesai kaki melangkah keluar toilet, tiba-tiba tiga titik merah berkedip pada Chip Watcher-nya. Ia klik salah satu titik hingga kode yang berantakan bergulir di atasnya.

Tretan tidak mengerti penyebab kemunculan titik-titik itu, tapi ia tahu itu adalah koordinat. Seseorang atau sesuatu terhubung dengan Chip Watcher miliknya entah bagaimana.

The Light-workerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang